Dan tiba-tiba saja kehidupan sudah seperti yang sekarang ini. Walaupun kuyakin, tidak ada seorang pun yang akan menyangka, selama ini mereka berdiri dengan waktu dan peristiwa yang menghampiri dan kemudian melewati, lalu pada gilirannya mengubah mereka. Tetapi, apalah hamparan waktu dan rentetan peristiwa itu ketika senja mulai tersaji dan satu persatu lampu mulai menyala di kota yang makin hari makin rapuh. Dengan para pekerja yang lelah dan kesepian menunggu lampu hijau menyala di sebuah perempatan. Menunggu seperti menanti imaji tentang kehidupan yang lebih baik turun ke permukaan bumi yang tidak kekal ini.
Akan ada hari esok yang dijalani bersama memori-memori yang perlahan memudar. Ada degup jantung dan melankolia tentang ekstase masa muda yang seakan tidak berpuncak. Tetapi apalah artinya memori-memori itu, ketika jalan raya menjadi saksi bagaimana sebuah roda kendaraan berputar. Dari satu jalan ke jalan yang lainnya. Mencapai sebuah tujuan, atau sekadar mencari arah. Ada kenangan di setiap jalan raya, dan sekaligus menjadi saksi tentang bagaimana setiap orang ternyata terus melaju.
Dan para pekerja yang lelah dan kesepian itu, pada akhirnya mereka kembali. Kembali pada keterasingan mereka, atau kepada kehangatan percakapan di sebuah tempat yang mereka sebut rumah. Pada akhirnya, ada hal-hal yang dihadapi oleh para pekerja di waktu seusai senja: melanjutkan hidup.
Akan ada hari esok yang dijalani bersama memori-memori yang perlahan memudar. Ada degup jantung dan melankolia tentang ekstase masa muda yang seakan tidak berpuncak. Tetapi apalah artinya memori-memori itu, ketika jalan raya menjadi saksi bagaimana sebuah roda kendaraan berputar. Dari satu jalan ke jalan yang lainnya. Mencapai sebuah tujuan, atau sekadar mencari arah. Ada kenangan di setiap jalan raya, dan sekaligus menjadi saksi tentang bagaimana setiap orang ternyata terus melaju.
Dan para pekerja yang lelah dan kesepian itu, pada akhirnya mereka kembali. Kembali pada keterasingan mereka, atau kepada kehangatan percakapan di sebuah tempat yang mereka sebut rumah. Pada akhirnya, ada hal-hal yang dihadapi oleh para pekerja di waktu seusai senja: melanjutkan hidup.
13 komentar:
mantap, bo. bikin merenung. iya juga ya
maklum. lagi lieur, yas! heheh.
ciee.. apa atau siapa yg bikin lieur bo? hohohoh (gosip mode: on)
polantas! hahah. gak ko, tlsn ini mah cuman kesan2 selama ini muterin kota bandung.he.
seperti narasi film-film (atawa komik) DC,, dark.
punten, sedikit metafora:
mumpung musim kemarau udah tiba, minta doanya saja, semoga matahari yang muncul dari arah timur kali ini kerasa angetnyah (dan mudah2an ga harus ada cerita el nino-nya).
semoga bo,, semoga... amin.
ini bisa di likes this nggak bo? :D
jempol kuku bima juga boleh lah. heheh.
tuh, kaan, whats up dengan jempol kuku bima iih... Huehehe!
jempol yg kejepit diantara telunjuk dan jari tengah. KIMPOI
jamu yang segmentasinya pria jantan. tapi kenapa pria jantan, simbolnya harus jempol? atau itu cuman perumpamaan? perumpamaan seperti kata "Bedah Kelambu"? Nah, eta pan bodor. bodor pisan. hehe.
baru denger saya ini mah.. haha.. BELAH KELAMBU
Posting Komentar