Kembali lagi mendaki gunung, setelah sebelumnya bergelut dalam rutinitas yang cukup merepotkan. Saking merepotkannya, hingga beberapa buah buku tidak sempat dibaca dan album-album baru dari band favorit tidak sempat didengarkan. Bahkan gitar juga tidak pernah disentuh lagi. Hingga jari jemari saya benar-benar kaku bila dibawa kembali main gitar. Untuk rutinitas yang merepotkan ini, saya sempat berkeluh kepada seorang teman: seakan-akan kehidupan saya direnggut.
Si teman hanya senyam-senyum dan membalas dengan cukup simpel: dunia kerja memang seperti itu.
Memang ada benarnya juga, dunia kerja memang seperti itu. Dan itulah yang membuatku khawatir. Tetapi, kekhawatiran itu, untuk saat ini, setidaknya bisa diredam sementara oleh rencana mendaki gunung Manglayang pada Sabtu, 9 Mei 2009. Lagipula, si teman itu mengatakan, dirinya akan membawa kompor saat mendaki nanti. Itulah yang membuat kekhawatiran saya sirna sementara. Berjalan lagi di gunung bersama orang terdekat, dan melepaskan pikiran untuk terbang liar di alam terbuka.
Beberapa teman kampus juga akan ikut serta mendaki. Keikutsertaan mereka menjadi obat pelepas kerinduan akan kehadiran mereka saat masih sering ada di kampus dulu. Akhir-akhir ini, kampus memang sudah berubah. Teman-teman sudah sibuk dengan urusan akademisnya. Ada perasaan sepi juga ketika berjalan di plaza kampus dan melihat tempat-tempat yang biasa ditongkrongi dulu, sekarang sudah sepi dari kehadiran teman-teman dan digantikan oleh wajah-wajah baru. Wajah-wajah dimana mereka tidak mengenal saya, dan juga sebaliknya.
Fase kembali berubah, dan setiap perubahan belum tentu menyenangkan. Tetapi, mau tidak mau perubahan itu harus dihadapi. Sekarang, saatnya untuk menikmati perjalanan di sisa-sisa fase kehidupan kampus yang sebentar lagi akan berakhir.
Si teman hanya senyam-senyum dan membalas dengan cukup simpel: dunia kerja memang seperti itu.
Memang ada benarnya juga, dunia kerja memang seperti itu. Dan itulah yang membuatku khawatir. Tetapi, kekhawatiran itu, untuk saat ini, setidaknya bisa diredam sementara oleh rencana mendaki gunung Manglayang pada Sabtu, 9 Mei 2009. Lagipula, si teman itu mengatakan, dirinya akan membawa kompor saat mendaki nanti. Itulah yang membuat kekhawatiran saya sirna sementara. Berjalan lagi di gunung bersama orang terdekat, dan melepaskan pikiran untuk terbang liar di alam terbuka.
Beberapa teman kampus juga akan ikut serta mendaki. Keikutsertaan mereka menjadi obat pelepas kerinduan akan kehadiran mereka saat masih sering ada di kampus dulu. Akhir-akhir ini, kampus memang sudah berubah. Teman-teman sudah sibuk dengan urusan akademisnya. Ada perasaan sepi juga ketika berjalan di plaza kampus dan melihat tempat-tempat yang biasa ditongkrongi dulu, sekarang sudah sepi dari kehadiran teman-teman dan digantikan oleh wajah-wajah baru. Wajah-wajah dimana mereka tidak mengenal saya, dan juga sebaliknya.
Fase kembali berubah, dan setiap perubahan belum tentu menyenangkan. Tetapi, mau tidak mau perubahan itu harus dihadapi. Sekarang, saatnya untuk menikmati perjalanan di sisa-sisa fase kehidupan kampus yang sebentar lagi akan berakhir.
2 komentar:
great escape my friend!
escape the fate. hehe
Posting Komentar