Minggu, 18 Oktober 2009

Studio Class 2009: Perspektif Menikmati Musik (Bag. 1)

Bila kita tidak menyenangi suatu jenis musik tertentu, bukan berarti jenis musik yang kita dengarkan itu jelek, tetapi kita sebagai pendengar memang belum mengerti apa yang diinginkan oleh musik tersebut. Hal itu diutarakan oleh Chris, ketika berbicara di depan murid-murid sekolah musik Allegria saat acara Studio Class 2009, Minggu 18 Oktober 2009.

“Tidak ada istilah jelek dalam musik. Semua jenis musik itu bagus. Tidak ada musik yang diciptakan untuk tujuan merusak dunia,” tambah guru gitar klasik di Allegria ini dibarengi tawa hadirin.

Dalam Studio Class 2009 yang diselenggarakan atas inisiatif para guru musik yang mengajar di sekolah musik Allegria itu Chris menceritakan pengalamannya pertama kali, ketika bersentuhan dengan dunia musik klasik. Chris bercerita, sama seperti umumnya niat para murid yang akan les gitar klasik, tujuan pertama kalinya adalah untuk bisa membentuk band bersama teman-temannya. Tidak ada niatan untuk mendalami musik klasik. Bahkan dirinya sendiri mengaku, saat pertama kali les gitar, dirinya tidak menyenangi musik klasik sama sekali.

“Dulu, guru saya selalu memberi saya cd musik klasik. Dan tidak pernah didengarkan sama sekali oleh saya. Tetapi, guru saya itu terus-terusan memaksa saya untuk mendengarkan musik klasik. Hingga saya selalu dimarahi bila tidak mendengarkan musiknya. Akhirnya, karena selalu dipaksa untuk mendengarkan musik klasik, akhirnya sampai sekarang saya bisa menikmati musik klasik,” jelas Chris.

Dari pengalamannya dipaksa mendengarkan musik klasik itulah Chris memetik pelajaran, bahwa tidak sukanya seseorang terhadap suatu genre musik tertentu, bisa disebabkan karena seseorang itu memang belum mengerti pola musik yang didengarkannya tersebut. Bukan karena musik itu jelek atau bagaimana.

Khusus untuk musik klasik, musik jenis ini memang belum banyak digemari. Salah satu penyebabnya, biasanya dari aransemen yang terlalu rumit, hingga dampaknya terdengar membosankan. Tidak seperti lagu populer yang struktur lagunya simpel dan mudah dicerna. Namun demikian, seperti yang diutarakan oleh pembicara lainnya dalam Studio Class 2009, yaitu Suryo, bahkan musik populer yang digemari oleh masyarakat pun merupakan turunan dari musik klasik. Hal itu bisa dilihat, menurut Suryo, dari pola tiga nada yang biasa terdapat dalam susunan struktur lagu populer yang berasal-muasal dari musik klasik.

Terdapat beberapa rangkaian acara dalam Studio Class 2009 yang diselenggarakan oleh para guru gitar klasik Allegria pada Minggu, 18 Oktober 2009, yang diadakan di Batu Nunggal, Bandung ini. Seperti menonton dvd permainan gitaris klasik John Williams, resital oleh para murid Allegria, dan obrolan santai mengenai perkembangan gitar klasik.

2 komentar:

Remon Yohanes mengatakan...

Salam kenal,
kalau begitu kira-kira apa ya yang diinginkan dalam musik pop melayu mendayu-dayu yang tahun-tahun ini gencar menginvasi telinga orang Indonesia ?

abo si eta tea mengatakan...

haha, wah ga tau ya apa yang dimauin ma mereka. kalau kata saya, mungkin harus dibedain konteksnya dengan menikmati musik yang dimaksud di atas...daripada ngomongin apa yang dimauin sama band pop melayu itu, lebih baik ngomongin industri musik dibelakangnya...yang punya andil besar memperkenalkan dan, ehm, "menjual" band-band pop melayu itu. apa yang dimauin sama industri musik di indonesia itu sebenarnya?
hehe, gimana kalau pertanyaannya gitu? soalnya, ga adil juga buat musisi pop melayu itu kalau dihujat edan-edanan. toh, itu kreatifitas mereka. walaupun, kreatifitasnya harus diakui segitu-gitu aja. tapi toh, yang punya kekuasaan cukup besar kan pihak industri rekaman...yang ngarahin, yang memproduserin, sampai yang ngedistribusiin...mungkin, dalam kasus pop melayu ini, yang harus disorot itu ya, itu tadi: pihak industri rekamannya.
pop melayu mah selera...dan ngomongin selera, bakal jadi debat kusir.