Selasa, 20 Oktober 2009

Jeff Arwadi and Leo Setiawan are Leaving Kekal, But the Band Remains Exist Without Band-Members

The following is the statement made by Jeff:

I cannot describe how sad I am at this point, but the situation is simply inevitable and I have made a decision, a very tough decision I've been thinking about for more than a couple years now: I am leaving Kekal.

Yesterday, I celebrated the 14th anniversary of Kekal in a very low-key; drinking alone quietly in sadness and grief, remembering all those years we have been through as a band. It is hard to believe that I had to leave this way, but it is better to end like this than to suffer by not being able to express myself properly to the band, and not being able to handle the band all by myself.

After about 3 years of living in such a different atmosphere (being closer to the nature: parks, lakes & mountains, and being placed in the city of 1 million instead of overcrowded 13 million that I used to live), I found myself devoid of all the anger and bitterness within, and further, that turns out that I am unable to express myself with music. I realized that I had used music to express negative feelings for far too long, to channel pain, anger and bitterness, if you don't have them in you any longer to a certain level, you can't force yourself to make that happen or they might influence you back into your life. I am all against fake expressions, and there is no way for me to lie to myself pretending that I still have that kind of negative feelings and continue to write songs for Kekal.

There are indeed some other reasons which contribute to my final decision, but they are more personal and private.

As for the other remaining member, Leo, he agreed that if I leave Kekal, he will leave too. He has his own music project at this moment and he wants to keep his focus on that, so this means he is leaving Kekal with me. And Levi already left Kekal earlier this year.

So does that mean Kekal has ended? No, absolutely not. We all understand that Kekal CANNOT be dissolved as a band. No one has a right to disband Kekal legally as it is already bound to copyrights, licenses and all the legal stuff as an independent institution. But it is a good thing to see Kekal as a band will stay forever in the music world, even without current active band-members. The energy and music will stay there and it will touch many more people in generations to come. All internet sites of Kekal will remain running and active, and the band itself has as many as 7 albums on the back-catalog.

I am asking you fellow music enthusiasts, to keep listening to the music of Kekal and keep share it to all your friends as many as possible. I always believe Kekal should gain many more listeners than it has today, and it's up to us, including myself, to keep spread Kekal's music to the world.

I am asking you to please share Kekal's Myspace, Facebook, and Last.fm links to all your friends and let them listen the music and experience Kekal.
(Source: Kekal Website).



*****
Secara personal, ini menyedihkan. Apalagi bila mengingat pertama kali mendengarkan mereka di album 1000 thoughts of violence jauh di jaman, ehm, ‘remaja’ dulu. Bagaimana tidak, di jaman album itu keluar (kira-kira tahun 2003) gaya bermusik mereka termasuk menonjol diantara musik-musik underground lokal. Bahkan, sekitar tahun 2004 lalu mereka sempat melakukan mini-tour di benua Eropa…dan mini tur itu juga bukan tur di kedutaan besar Indonesia, dimana mayoritas penontonnya orang-orang Indonesia lagi…tidak seperti itu. Ini asli tur Eropa, dimana orang bule yang menjadi penontonnya.

Dan hal yang lebih menyedihkannya lagi sebenarnya bukan sekadar pada sisi musikalitas Kekal, tetapi orang-orang dibelakangnya. Buat saya, eksistensi Kekal selama empat belas tahun ini sangat memberi saya inspirasi dalam memandang musik. Tidak mudah mempertahankan sebuah band hingga selama itu. Apalagi bila diselingi oleh pergantian personil dan semacamnya. Ditambah fakta, bahwa kamu tinggal di negara dunia ketiga seperti Indonesia. Dimana elemen pendukung (infrastruktur, kesempatan karir, dsb) dalam bermusik, khususnya musik underground, masih sangat-sangat lemah. Tidak mudah untuk bisa fokus dalam bermusik di kondisi seperti demikian.

Dan perjuangan orang-orang dibalik Kekal yang bisa bertahan hingga empat belas tahun, menjadi inspirasi tersendiri buat saya. Apalagi bila memperhatikan proses kreatif Kekal dalam membuat musik. Proses kreatif, ketika personil Kekal tidak lagi utuh: hanya tinggal berdua (Jeff dan Leo). Bagaimana  absennya drummer (padahal ini vital dalam sebuah band!) tidak menghentikan mereka dalam berkarya…malah, absennya drum itu diakali dengan drum digital.

Tantangan paling berat bagi Kekal mungkin adalah ketika salah satu personil, yakni Jeff, harus tinggal di Kanada, sedangkan Leo masih tinggal di Indonesia. Mempertahankan sebuah band, apalagi ketika personilnya tinggal di negara yang berbeda dan dipisahkan oleh jarak beribu-ribu kilometer. Tentu sangat tidak mudah.  Dan  masalah seperti itu menjadi perjuangan tersendiri bagi mereka. Walaupun pada kenyataannya, mereka berdua akhirnya hengkang juga dari Kekal. Dan dengan kepergian mereka berdua, berarti habis juga personil yang ada di dalam Kekal….

Hmm, saya tidak ahli membuat kata-kata perpisahan yang mengharukan, tapi yang pasti, Kekal selalu menjadi inspirasi buat saya. Inspirasi untuk tidak lekas mematikan semangat dalam bermusik…dan terus berusaha untuk mengeksplorasi musik yang berbeda dari perspektif industri musik. Karena bermusik tentunya harus dibawa senang, tidak dipenuhi oleh perhitungan-perhitungan apakah khalayak akan suka atau tidak (seperti pola industri musik yang hanya memikirkan profit itu). Lagipula, dalam bermusik, yang terpenting adalah kualitas karya. Masalah orang akan suka atau tidak, akan mengikuti kemudian…dan Kekal setidaknya telah membuktikan hal itu.

So long Kekal… your music and passion will always be remembered by me. Godspeed.

Tidak ada komentar: