Menilik perkembangan gitar klasik, pertama kali dimulai pada tahun 1500 SM di Persia. Bahkan, secara etimologis, kata “gitar” itu sendiri berasal dari Persia, yakni dari kata “Char” (yang berarti “empat”), dan “tar” (yang berarti “senar”). Gitar di jaman Persia itu sering dikelompokkan dengan nama “Persian Tanbur”. Di jaman itu, bentuk gitar tidak seperti yang dikenal seperti saat ini: memiliki enam senar, fretboard, lubang suara, saddle, serta bodi gitar yang melengkung dan besar. Bentuk gitar di jaman Persia masih sederhana, leher gitar dan bodinya tidak sebesar seperti gitar yang diketahui saat ini. Bodi Persian Tanbur termasuk kecil, dan senarnya pun masih empat.
Lalu, sekitar tahun 400 gitar pertama kali mulai dikenal di wilayah Eropa, khususnya di Yunani dan Italia. Namun demikian, bentuknya masih mirip dengan Persian Tanbur: berukuran kecil, dan memiliki empat senar. Gitar pada periode ini, sering dikelompokkan dengan nama Greek Tanbur (Yunani), dan Roman Tanbur (Italia).
Perubahan yang cukup signifikan pada bentuk gitar pertama kali berada di sekitar tahun 1500. Saat itu dikenal dengan instrumen bernama Vihuela. Instrumen Vihuela ini ada yang berpendapat pertama kali muncul di Spanyol. Namun demikian, pada tahun yang sama, Vihuela ini dikenal juga di Mexico, Italia, dan Portugal. Untuk Italia dan Portugal, Vihuela sering disebut dengan nama Viola de Mano.
Senar Vihuela tergolong banyak bila dibandingkan dengan Persian Tanbur, yakni ada dua belas senar. Untuk bodi, bentuknya masih tergolong kecil dibandingkan gitar klasik dijaman modern. Namun demikian, Vihuela ini tergolong dasar bagi perkembangan bentuk gitar klasik hingga kita mengenalnya seperti sekarang ini.
Perkembangan gitar hingga kepada bentuknya yang kita kenal sekarang, berpijak di sekitar tahun 1800. Konon, salah satu gitaris dari Italia bernama Macassi saat itu mendatangi seorang luthier atau pembuat gitar untuk memodifikasi bodi gitar. Macassi mengeluh kepada luthier tersebut, bahwa gitar miliknya itu suaranya terdengar kecil. Dari situlah sang luthier menanggapi keluhan Macassi tersebut dengan memperbesar bodi gitar. Modifikasi yang dilakukan luthier itu pada akhirnya yang menjadi cetak biru bagi bentuk gitar klasik hingga sekarang.
Menurut Chris, salah satu guru gitar klasik yang menjadi pembicara pada Studio Class 2009, sekitar tahun 1500 hingga 1800-an, gitar kalah populer dibandingkan instrumen orkestra lainnya yang ada pada saat itu, seperti violin dan piano. Beberapa dari penyebabnya adalah sisi kesulitan dalam memainkan gitar. Memainkan gitar lebih sulit dibandingkan dengan memainkan piano. Selain itu, disebabkan bentuknya yang kecil dan senarnya belum terbuat dari nylon, maka suaranya juga tidak sekencang seperti suara gitar di jaman sekarang. Malah terkalahkan oleh suara yang keluar dari violin. “Violin, walaupun bentuknya kecil, tetapi suara yang dihasilkannya lebih kencang dibandingkan suara gitar pada jaman itu,” jelas Chris.
Namun demikian, kehadiran komposer Fernando Sor (1778 – 1837) sanggup mengembangkan gitar ke level yang selanjutnya. Sor sering disebut sebagai komponis yang brilian pada masanya dan mempengaruhi gitaris-gitaris yang datang sesudahnya. Dalam membuat lagu, Sor selalu membuat notasinya terlebih dahulu, baru kemudian memainkan gitar. Berbeda dengan komposer-komposer lain pada masanya, dimana dalam membuat musik, mereka berpijak dari permainan gitar terlebih dahulu. Dengan kejeniusan Sor dalam menggubah lagu tersebut, gitar pada akhirnya diperhitungkan sebagai alat musik “konser” sebuah orkestra. Paradigma pada masa itu, instrumen gitar tidak dianggap bisa menggubah lagu-lagu klasik dalam sebuah konser orkestra. Permainan Sor pada nyatanya membongkar paradigma tersebut. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah “Theme and Variations on Mozart's the Magic Flute Opus 9".
Gitaris lain yang memberi pengaruh terhadap perkembangan gitar klasik adalah Andrés Segovia (1893-1987). Segovia dianggap sebagai “bapak”-nya musik klasik modern. Disamping teknik bermain gitarnya yang menginspirasi banyak gitaris, Segovia juga adalah seseorang yang mempengaruhi dan mendorong para luthier untuk bereksperimen dengan kayu dan desain bodi gitar, sehingga menghasilkan suara yang jernih dan lebih kencang. Selain itu, Segovia juga sudah mulai menggunakan senar berbahan nylon pertama kali di jamannya.
Lalu, sekitar tahun 400 gitar pertama kali mulai dikenal di wilayah Eropa, khususnya di Yunani dan Italia. Namun demikian, bentuknya masih mirip dengan Persian Tanbur: berukuran kecil, dan memiliki empat senar. Gitar pada periode ini, sering dikelompokkan dengan nama Greek Tanbur (Yunani), dan Roman Tanbur (Italia).
Perubahan yang cukup signifikan pada bentuk gitar pertama kali berada di sekitar tahun 1500. Saat itu dikenal dengan instrumen bernama Vihuela. Instrumen Vihuela ini ada yang berpendapat pertama kali muncul di Spanyol. Namun demikian, pada tahun yang sama, Vihuela ini dikenal juga di Mexico, Italia, dan Portugal. Untuk Italia dan Portugal, Vihuela sering disebut dengan nama Viola de Mano.
Senar Vihuela tergolong banyak bila dibandingkan dengan Persian Tanbur, yakni ada dua belas senar. Untuk bodi, bentuknya masih tergolong kecil dibandingkan gitar klasik dijaman modern. Namun demikian, Vihuela ini tergolong dasar bagi perkembangan bentuk gitar klasik hingga kita mengenalnya seperti sekarang ini.
Perkembangan gitar hingga kepada bentuknya yang kita kenal sekarang, berpijak di sekitar tahun 1800. Konon, salah satu gitaris dari Italia bernama Macassi saat itu mendatangi seorang luthier atau pembuat gitar untuk memodifikasi bodi gitar. Macassi mengeluh kepada luthier tersebut, bahwa gitar miliknya itu suaranya terdengar kecil. Dari situlah sang luthier menanggapi keluhan Macassi tersebut dengan memperbesar bodi gitar. Modifikasi yang dilakukan luthier itu pada akhirnya yang menjadi cetak biru bagi bentuk gitar klasik hingga sekarang.
Menurut Chris, salah satu guru gitar klasik yang menjadi pembicara pada Studio Class 2009, sekitar tahun 1500 hingga 1800-an, gitar kalah populer dibandingkan instrumen orkestra lainnya yang ada pada saat itu, seperti violin dan piano. Beberapa dari penyebabnya adalah sisi kesulitan dalam memainkan gitar. Memainkan gitar lebih sulit dibandingkan dengan memainkan piano. Selain itu, disebabkan bentuknya yang kecil dan senarnya belum terbuat dari nylon, maka suaranya juga tidak sekencang seperti suara gitar di jaman sekarang. Malah terkalahkan oleh suara yang keluar dari violin. “Violin, walaupun bentuknya kecil, tetapi suara yang dihasilkannya lebih kencang dibandingkan suara gitar pada jaman itu,” jelas Chris.
Namun demikian, kehadiran komposer Fernando Sor (1778 – 1837) sanggup mengembangkan gitar ke level yang selanjutnya. Sor sering disebut sebagai komponis yang brilian pada masanya dan mempengaruhi gitaris-gitaris yang datang sesudahnya. Dalam membuat lagu, Sor selalu membuat notasinya terlebih dahulu, baru kemudian memainkan gitar. Berbeda dengan komposer-komposer lain pada masanya, dimana dalam membuat musik, mereka berpijak dari permainan gitar terlebih dahulu. Dengan kejeniusan Sor dalam menggubah lagu tersebut, gitar pada akhirnya diperhitungkan sebagai alat musik “konser” sebuah orkestra. Paradigma pada masa itu, instrumen gitar tidak dianggap bisa menggubah lagu-lagu klasik dalam sebuah konser orkestra. Permainan Sor pada nyatanya membongkar paradigma tersebut. Salah satu karyanya yang fenomenal adalah “Theme and Variations on Mozart's the Magic Flute Opus 9".
Gitaris lain yang memberi pengaruh terhadap perkembangan gitar klasik adalah Andrés Segovia (1893-1987). Segovia dianggap sebagai “bapak”-nya musik klasik modern. Disamping teknik bermain gitarnya yang menginspirasi banyak gitaris, Segovia juga adalah seseorang yang mempengaruhi dan mendorong para luthier untuk bereksperimen dengan kayu dan desain bodi gitar, sehingga menghasilkan suara yang jernih dan lebih kencang. Selain itu, Segovia juga sudah mulai menggunakan senar berbahan nylon pertama kali di jamannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar