Suatu waktu, temanku ini mengaku sebagai cenayang, dan dia terlihat sungguh-sungguh dengan perkataannya itu.
“Jadi kamu cenayang?” kataku.
“Aku kan Mama Loreng,” katanya.
“Soklah…jadi, gimana karier gua dimasa depan?”
“Kamu mah ga cocok sama elemen air,” jawabnya.
“Berarti gua ga bisa buka usaha kolam renang dong?” balasku.
“Pokoknya kamu ga cocok jadi perenang, buka usaha depot air minum. Pokoknya yang berhubungan sama aer.”
O, ya sudah. Masa bodoh juga.
Sekarang waktunya bertanya ramalan yang menyangkut perkara hati, alias perjodohan. Maklum, sudah berkepala dua. Otomatis penasaran juga masalah jodoh. Walaupun temanku itu diragukan kredibilitasnya dalam hal ramal-meramal, tetap saja saya penasaran mengenai ‘ramalan’-nya tentang nasib perjodohan ini.
“Terus, sekarang perjodohan. Kalau jodoh gua gimana menurut ramalan kamu?”
“Bukannya merendahkan nih…,” dia menjawab.
Sebenarnya untuk pertanyaan ini sedikit aneh, karena dia cukup lama membalasnya.
“Tapi untuk masalah jodoh, kamu mah susah. Susah sregnya,” katanya lagi.
Disitu saya ketawa ngakak. Saya ingat cerita-cerita perkara hati yang dulu-dulu. Bila dia meramal seperti itu, bisa jadi memang benar seperti demikian.
Alasan yang menjadi penyebab perjodohan tidak pernah beres-beres selama ini, seperti yang telah diramalkan oleh perempuan itu, yaitu ‘tidak sreg’ jadi terpikirkan juga olehku. Mungkin juga perempuan itu, sekali lagi, benar. Selama ini saya memang tidak pernah yakin bila menyangkut hubungan dengan perempuan. Saya selalu berpikir, mungkin ini ada kaitannya dengan kebiasaan sehari-hari yang selalu terbiasa memikirkan diri sendiri. Seringkali melakukan apa-apa dengan sendiri, sehingga ketika menyangkut hubungan dengan ‘kehidupan’ yang lain, terasa canggung.
“Bener kaannn?!” kata perempuan itu lagi.
“Hmm, ga tau juga deh,” balasku kemudian.
Suatu ketika, saya chatting melalui YM dengan temanku yang lain. Kali ini temanku itu laki-laki. Suasana saat itu sudah larut malam. Suasana larut malam ini kiranya patut ditulis, karena temanku itu sedang dikantor. Kerja shift malam. Berada di kantor sendirian larut malam tentunya akan berpengaruh juga secara psikologis.
“Galau euy, kudu cari pacar ini mah,” tulis temanku itu di YM.
“Hahah. Iya, bung. Cari jodoh yang sreg dan belum punya pacar,” balasku.
“Ga usah yang sreg, yang penting kita ngebonceng perempuan di motor,” timpal temanku itu.
Rupanya masalah sreg atau tidak sreg tidak berpengaruh besar buat temanku itu. Saya hanya membalas omongan dia dengan emoticon 'big laugh' saja, karena saya tidak tahu harus berbicara apa lagi.
Tidak beberapa lama, dia menulis lagi melalui YM. “Nyari soulmate mah lama dan susah. Sekarang mah yang penting ada dulu.”
Saya iyakan saja perkataannya itu, ditambah tulisan ‘he-he-he’ setelahnya. Saya tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan.
Ada orang yang pernah berkata padaku perihal masalah jodoh ini, bahwa selalu pilih-pilih seringkali menjadi penyebab mengapa seseorang selalu mentok disitu-situ saja. Menurut orang itu, saya memang terlalu pilih-pilih bila menyangkut hubungan dengan perempuan.
Sebenarnya saya tidak ingin pilih-pilih, tetapi seringkali perasaan tidak sreg itulah yang selalu dominan bila sudah mulai berhubungan dengan perempuan. Terlalu banyak pertimbangan ini-itulah. Dalam satu titik, saya sendiri mulai ragu…apakah memang hubungan saya dengan seseorang itu tidak nyambung, atau memang saya nya saja yang memang tidak ada keberanian? Dari sini saya lebih baik merokok.
Tetapi, suatu waktu, orang yang berkata tentang masalah ‘pilih-pilih’ ini mengucapkan sesuatu yang, bagiku, terasa kontradiktif dengan perkataannya yang terdahulu. “Tapi, kalau masalah jodoh mah si emang ga bisa dipaksain. Kalau memang ga yakin mah, ya, masa mau dipaksain?”
Mendengar omongannya sekali lagi saya menjadi tambah bingung. Jadi, setidaknya ada dua hal disini…jangan pilih-pilih, dan jangan dipaksakan.
Hmm, saya tidak tahu apa lagi yang mau ditulis. Sudah bingung sendiri.
Tetapi, dulu sekali saya ingat, pernah ada seorang teman perempuan yang bertanya kepadaku perihal jodoh ini. “Jadi, kriteria cewe yang kamu suka tuh yang kaya gimana?” katanya.
“Yang komedian,” jawab saya.
“Jadi kamu cenayang?” kataku.
“Aku kan Mama Loreng,” katanya.
“Soklah…jadi, gimana karier gua dimasa depan?”
“Kamu mah ga cocok sama elemen air,” jawabnya.
“Berarti gua ga bisa buka usaha kolam renang dong?” balasku.
“Pokoknya kamu ga cocok jadi perenang, buka usaha depot air minum. Pokoknya yang berhubungan sama aer.”
O, ya sudah. Masa bodoh juga.
Sekarang waktunya bertanya ramalan yang menyangkut perkara hati, alias perjodohan. Maklum, sudah berkepala dua. Otomatis penasaran juga masalah jodoh. Walaupun temanku itu diragukan kredibilitasnya dalam hal ramal-meramal, tetap saja saya penasaran mengenai ‘ramalan’-nya tentang nasib perjodohan ini.
“Terus, sekarang perjodohan. Kalau jodoh gua gimana menurut ramalan kamu?”
“Bukannya merendahkan nih…,” dia menjawab.
Sebenarnya untuk pertanyaan ini sedikit aneh, karena dia cukup lama membalasnya.
“Tapi untuk masalah jodoh, kamu mah susah. Susah sregnya,” katanya lagi.
Disitu saya ketawa ngakak. Saya ingat cerita-cerita perkara hati yang dulu-dulu. Bila dia meramal seperti itu, bisa jadi memang benar seperti demikian.
Alasan yang menjadi penyebab perjodohan tidak pernah beres-beres selama ini, seperti yang telah diramalkan oleh perempuan itu, yaitu ‘tidak sreg’ jadi terpikirkan juga olehku. Mungkin juga perempuan itu, sekali lagi, benar. Selama ini saya memang tidak pernah yakin bila menyangkut hubungan dengan perempuan. Saya selalu berpikir, mungkin ini ada kaitannya dengan kebiasaan sehari-hari yang selalu terbiasa memikirkan diri sendiri. Seringkali melakukan apa-apa dengan sendiri, sehingga ketika menyangkut hubungan dengan ‘kehidupan’ yang lain, terasa canggung.
“Bener kaannn?!” kata perempuan itu lagi.
“Hmm, ga tau juga deh,” balasku kemudian.
Suatu ketika, saya chatting melalui YM dengan temanku yang lain. Kali ini temanku itu laki-laki. Suasana saat itu sudah larut malam. Suasana larut malam ini kiranya patut ditulis, karena temanku itu sedang dikantor. Kerja shift malam. Berada di kantor sendirian larut malam tentunya akan berpengaruh juga secara psikologis.
“Galau euy, kudu cari pacar ini mah,” tulis temanku itu di YM.
“Hahah. Iya, bung. Cari jodoh yang sreg dan belum punya pacar,” balasku.
“Ga usah yang sreg, yang penting kita ngebonceng perempuan di motor,” timpal temanku itu.
Rupanya masalah sreg atau tidak sreg tidak berpengaruh besar buat temanku itu. Saya hanya membalas omongan dia dengan emoticon 'big laugh' saja, karena saya tidak tahu harus berbicara apa lagi.
Tidak beberapa lama, dia menulis lagi melalui YM. “Nyari soulmate mah lama dan susah. Sekarang mah yang penting ada dulu.”
Saya iyakan saja perkataannya itu, ditambah tulisan ‘he-he-he’ setelahnya. Saya tidak tahu apa lagi yang harus dibicarakan.
Ada orang yang pernah berkata padaku perihal masalah jodoh ini, bahwa selalu pilih-pilih seringkali menjadi penyebab mengapa seseorang selalu mentok disitu-situ saja. Menurut orang itu, saya memang terlalu pilih-pilih bila menyangkut hubungan dengan perempuan.
Sebenarnya saya tidak ingin pilih-pilih, tetapi seringkali perasaan tidak sreg itulah yang selalu dominan bila sudah mulai berhubungan dengan perempuan. Terlalu banyak pertimbangan ini-itulah. Dalam satu titik, saya sendiri mulai ragu…apakah memang hubungan saya dengan seseorang itu tidak nyambung, atau memang saya nya saja yang memang tidak ada keberanian? Dari sini saya lebih baik merokok.
Tetapi, suatu waktu, orang yang berkata tentang masalah ‘pilih-pilih’ ini mengucapkan sesuatu yang, bagiku, terasa kontradiktif dengan perkataannya yang terdahulu. “Tapi, kalau masalah jodoh mah si emang ga bisa dipaksain. Kalau memang ga yakin mah, ya, masa mau dipaksain?”
Mendengar omongannya sekali lagi saya menjadi tambah bingung. Jadi, setidaknya ada dua hal disini…jangan pilih-pilih, dan jangan dipaksakan.
Hmm, saya tidak tahu apa lagi yang mau ditulis. Sudah bingung sendiri.
Tetapi, dulu sekali saya ingat, pernah ada seorang teman perempuan yang bertanya kepadaku perihal jodoh ini. “Jadi, kriteria cewe yang kamu suka tuh yang kaya gimana?” katanya.
“Yang komedian,” jawab saya.
12 komentar:
Sama nunung aja, Bo. Jomblo kan doi :p
joi :)
haha line nu ieu juara pisan. mun kieu mah, ngabonceng indung ge geus cukup.
mun ceuk urang, untuk memandang perkara 'cari jodoh' bisa dimulai dari dua macam perspektif. apakah kita berangkat dari mata atau hati. ketika anda memulai dari mata, maka anda hanya akan merasa sreg dengan lawan jenis yang memenuhi kriteria fisik idaman anda, jika tidak maka kecocokan mustahil tercapai.
sebaliknya, dari perspektif hati, anda akan melihat sosok lawan jenis sebagai sebuah entitas yang bisa dibentuk, sebuah zat yang tentatif, seorang manusia yang bisa dipelajari dan dipahami. maka kecocokan atau ke-sreg-an pada perspektif hati akan terjadi pada suatu titik ketika hubungan berjalan intens.
*haha anying capruk kieu mang, beak udud euy.
pengaruh gawe peuting jigana. biasa :)
hmm, mun kitu jigana urg perspektif mata hati we lah. mun bisa dua-duana cokot dua-duana :D
Aaah.. Welcome to 20's.
tah untungna cari jodoh tidak sama dengan skripsi, boleh mencampur adukan perspektif. urusan metode, itu cuma alat... haha. tapi untuk urusan kesukaran, cari jodoh maupun skripsi sepertinya tidak beda jauh euy, sarua hese.
:)
jeung kasus unik mun ceuk urg mah. personal. teu bisa digeneralisir siga nyocok-nyocokeun metode & teori dina skripsi.
jadi, eta buku-buku nu 'how to' teh sebenerna waduk. euweuh dina rukun iman percaya ka buku 'how to' jieunan motivator. komo film-film jiga sex and the city...nu ttg relationship kitu. waduk oge eta. hehe. hubungan sosial perempuan-laki single menengah ke atas new york, moal sarua2 amat jeung di indo.
hahaha, enya. epis. urang ge pernah maca nu "men from mars, women from venus." tutorial hubungan laki-laki perempuan pisan! nu nyieunna ti amerika, budaya keluarga jeung hubungan laki-laki perempuanna ge geus beda. moal bisa diterapkeun di dieu plek-plekan. omong kosong pisan... *kecuali buku erich fromm tea bo. eta mah rada bisa digeneralkeun.
Jadi setuju dong kalo gw bilang urusan hubungan pria-wanita/cowok-cewek itu kasuistik.
kalo kasuistik tuh mksdnya sm kaya kondisional ga? kalo iya, hayu2 aj :)
gara2 harga cabe naik, sambel di warung jadi kurang lada :)
Posting Komentar