Ada saja yang terlupakan. Ada saja yang baru disadari kemudian. Selepas malam tiba, dan matahari muncul dari timur...dari arah Cibiru. Sebenarnya ada kehangatan yang mengingatkan banyaknya kasih sayang yang mengalir alami dari orang-orang lama. Mereka yang sederhana, dan sebenarnya selalu terbuka. Namun, seperti gedung-gedung yang menjulang tinggi di Asia-Afrika itu...sinar matahari tidak pernah berhasil menembus bata, beton, besi dan baja yang menjadi fondasinya. Pada akhirnya, hanya menyisakan bayang-bayang bangunan yang menjulang tinggi. Sama seperti mata ini yang selalu tertutup akan realitas...hanya memburu bayang-bayang: tak ingin menginjak muka bumi dimana kaki benar-benar menapak di tanah yang sederhana. Selalu mengharapkan kehidupan yang sempurna dari ketinggian imaji yang semu dan goyah.
Di Cileunyi sorot sinar matahari begitu hangat. Bersamaan dengan motor yang melaju di kecepatan 60 km per jam, angin berhembus menerpa kulit. Terasa hangat. Rasakan sinar matahari. Tidak terlalu menyilaukan seperti siang. Resapi pagi yang tersisa: bukalah mata, hati, dan pikiran. Mudah-mudahan.
Di Cileunyi sorot sinar matahari begitu hangat. Bersamaan dengan motor yang melaju di kecepatan 60 km per jam, angin berhembus menerpa kulit. Terasa hangat. Rasakan sinar matahari. Tidak terlalu menyilaukan seperti siang. Resapi pagi yang tersisa: bukalah mata, hati, dan pikiran. Mudah-mudahan.
3 komentar:
mudah mudahan :D
jelema nu karek hudang isuk2 setelah kian lama hudang berang biasana mah sarua siga kieu bo....asa mukjizat ya?wkwkwkwkwk
heheh. asa beda weh...
Posting Komentar