Senin, 21 April 2014

Interkoneksi?



Suatu waktu, aku makan di sebuah kantin di dekat kosan. Saat itu sudah waktunya makan siang. Sambil mengunyah makanan, mataku tidak lepas dari layar kaca telefon pintar yang kugenggam dengan tangan kiri ku. Sementara tangan kanan ku memegang sendok makan.

Mungkin merasa tergelitik dengan pose makan ku saat itu, seorang lelaki tua menepuk bahuku. "Hai, anak muda. Kalau sedang makan, cobalah simpan dulu telefon dan semacamnya. Itu semua bisa menunggu," ujar orang tua itu.
 

Aku tersenyum mendengarkan ucapan orang tua itu. "Kagok, pak," jawabku sekenanya, dan setengah bercanda.
 

"Kalau kita sedang makan, dan melakukan aktivitas di luar itu--contohnya seperti memainkan telefon--itu artinya kita tidak menghormati yang membuat makanan," kata orang tua itu lagi.
 

Aku kembali tersenyum, sebagai bentuk membalas obrolan orang tua itu. Aku kembali mengunyah makanan. Telefon seluler kuletakkan di sebelah piring. Tidak lagi kumain-mainkan seperti sedia kala.
 

Menghormati yang membuat makanan...alasan orang tua itu soal hormat-menghormati unik juga. Bisa dibilang, untuk menghormati yang membuat makanan, kita harus berkonsentrasi sepenuhnya kepada makanan tersebut. Menghabisinya dengan khusyuk.
 

Lucu. Apakah si penjual makanan peduli bila aku menghabiskan makanannya sambil memain-mainkan telefon seluler? Tampaknya, satu-satunya yang penjual makanan itu pedulikan adalah bagaimana dagangan yang dijajakannya itu habis terbeli. Urusan bagaimana memanfaatkan makanannya yang telah dibeli itu--apakah dihabiskan sambil salto atau tiger sprong sekalipun--tidaklah menjadi perhatian utama sang penjual makanan. 
 

Tapi, mungkin teguran orang tua itu seperti mengingatkan juga zaman seperti apa aku hidup saat ini. Mereka bilang saat ini adalah jamannya gadget. Jamannya internet. Jamannya manusia terkoneksi dengan dunia digital. Pekerjaan konon menjadi mudah dengan adanya semua itu. Namun, belum tentu beban pekerjaan bertambah mudah pula.
 

Melihat pekerjaanku yang berhubungan dengan informasi, mengharuskanku memantau terus perkembangan berita dari waktu ke waktu. Di satu sisi, aku memeriksa email yang masuk, di sisi lain, aku memeriksa sebuah situs berita, di kesempatan berikutnya, aku memeriksa grup di beberapa jejaring sosial, karena siapa tahu ada informasi baru yang muncul.
 

Pekerjaanku membuat diriku semakin terkoneksi dengan dunia digital ini, tetapi apakah diriku kehilangan sensitifitasnya dengan dunia nyata, patut juga dipertanyakan. Mungkin orang tua itu benar telah menegurku.

Tidak ada komentar: