Selasa, 22 April 2014

Apa yang Disajikan, Apa yang Dirasakan

Tidak ada yang mengetahui arah kehidupan menuju kemana. Seringkali, kita hanya bisa menerima apa yang tiba-tiba saja terhampar di hadapan kita. Dan beberapa hari terakhir ini, ketika ritme kehidupan berputar dengan sangat kencang, semuanya tiba-tiba berubah membeku. 

Hanya ada bayangan, dan kilasan. Seolah-olah meneguhkan, bahwa tahun-tahun yang dilewati berlalu begitu cepat. Apa yang tersaji, menihilkan apa yang telah dilewati selama bertahun-tahun, dan kita harus menerimanya. Mungkin, begitu juga dengan kematian, ketika nanti menjelang. Semuanya membeku, dan kita harus bisa menerimanya.

Foto-foto di bawah adalah beberapa dokumentasi ketika aku dirawat di sebuah rumah sakit di Bandung, karena mengalami kecelakaan di Sumedang, Jawa Barat, 19 April 2014 lalu. Lantaran minimnya penerjangan jalan umum, jalanan berlubang yang dilalui oleh motor yang kukendarai tidak terlihat, sehingga akhirnya ban motor slip, kemudian aku terjatuh. Dagu mengalami sobekan, dan harus dijahit sebanyak 6 jahitan. 

Saat ronsen awal, pihak rumah sakit Sumedang menyebutkan tidak ada bagian dagu maupun rahang yang patah akibat kejadian tersebut. Namun keterangan berbeda datang dari spesialis bedah mulut di rumah sakit di Bandung, tempat dimana aku memeriksakan kondisi kesehatanku untuk yang kedua kalinya. Menurut pihak bedah mulut tersebut, bagian dagu ku harus dioperasi. Dan demikianlah, foto-foto di bawah merekam saat-saat ku baru saja mendatangi rumah sakit Sumedang, hingga saat-saat sebelum dan sesudah operasi.





Tidak ada komentar: