Nuansa
seni terasa ketika masuk pelataran Pesantren Alquran Kaligrafi Lemka (Lembaga
Kaligrafi Alquran) di Jalan Bhineka Karya No. 53, Kelurahan Karamat, Kecamatan
Gunung Puyuh, Kota Sukabumi.
Begitu memasuki komplek pesantren itu, terdapat sebuah asrama bagi santri putra di sisi sebelah kanan. Di asrama berwarna jingga itu, gerbang serta bagian tengah bangunannya dihias sedemikian rupa oleh huruf-huruf arab yang diambil dari potongan ayat alquran. Masuk lebih dalam ke komplek pesantren, terlihat bangunan-bangunan yang beberapa bagiannya juga dihias seperti asrama putra. Menandakan bahwa tempat tersebut merupakan wadah bagi mereka yang ingin mendalami seni kaligrafi.
Saat
penulis mengunjungi Pesantren Alquran Kaligrafi Lemka, Kamis (2/8), suasana
tampak sepi. Terlihat beberapa anak kecil bermain di sebuah sanggar di tengah
komplek pesantren. Mereka sedang menunggu waktunya pesantren kilat kaligrafi
yang diadakan dalam rangka menyambut bulan ramadan. Sanggar tempat anak-anak
itu bermain juga dihias oleh seni kaligrafi yang menarik. Seluruh dindingnya
dihiasi oleh tulisan kaligrafi ditambah dekorasi dengan beragam motif.
Menurut
penuturan seorang santri, Muamar, pesantren itu sepi karena tahun ajaran
2011/2012 baru saja usai. "Para santri kebanyakannya sudah pulang kampung sekarang,"
kata pria kelahiran tahun 1981 yang juga juara lomba kaligrafi MTQ Nasional di
Ambon Juni 2012 lalu itu. Saat ini, menurutnya, merupakan waktu untuk
penerimaan santri baru tahun ajaran 2012/2013. Proses penerimaannya dimulai
pada 1-7 Agustus 2012.
Pesantren
Kaligrafi Alquran Lemka yang penulis kunjungi awal minggu lalu merupakan
pesantren yang mengkhususkan pada seni kaligrafi. Sebanyak 70 persen materinya
membahas tentang teknik kaligrafi, sedangkan sisanya adalah materi pendukung,
seperti pengajian kitab kuning.
"Dalam
kegiatan belajar di Lemka, biasanya dalam setahun, santri diajar meniru karya
kaligrafi para master, kemudian mereka didorong membuat karya yang menonjolkan
karakter sendiri. Lalu, di antara kegiatan itu, ada koreksi terhadap karya yang
telah dibuat oleh santri. Sesekali karya mereka juga dipamerkan," kata
Muamar.
Kegiatan
belajar-mengajar kaligrafi Lemka telah berjalan cukup lama. Gagasan mendirikan
pesantren kaligrafi alquran itu pertama kali dilontarkan pada 11 Juli 1996 oleh
Didin Sirojuddin AR saat perumusan Sistem Pembinaan Peserta MTQ Jabar.
Sementara untuk Lembaga Kaligrafi Alquran sendiri telah berdiri lama, yakni
sejak tahun 1985.
Pada
awal mula kelahirannya, Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka sempat terkendala
penetapan lokasi. Sebelum berada di Sukabumi seperti sekarang, pesantren itu
rencananya didirikan di Kota Bogor. Hal itu didasari pertimbangan strategisnya
kota itu dalam jaringan kawasan Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek).
Namun, rencana tersebut urung terjadi, karena masalah ijin lokasi.
Masalah
ijin lokasi yang mewarnai perjalanan Lemka tak hanya terjadi sekali. Tercatat,
hingga enam kali Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka tersandung permasalahan
penetapan ijin lokasi yang tak pernah jelas. Barulah pada 26 Januari 1997,
pesantren itu menemukan "tempat berlabuh", yakni di Kota Sukabumi.
Pada 9 Agustus 1998 barulah proses belajar-mengajar diselenggarakan pertama
kalinya.
Di
awal peresmiannya pada tahun 1997, Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka berdiri di
atas tanah wakaf yang merupakan hibah dari beberapa keluarga. Saat itu, luas
tanahnya 1.163 meter persegi. Sementara saat ini, luasnya berkisar 5.000 meter
per segi.
Dalam
perjalanannya, pesantren itu menyerap santri dari berbagai kawasan di
Indonesia. Tahun ajaran 2011/2012 saja, tercatat ada 80 santri yang berasal
dari 17 provinsi. Tempat tinggal santri-santri itu tersebar mulai dari pulau
Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, hingga Sulawesi.
***
***
Salah
satu pengurus pesantren bagian administrasi dan pengasuhan, Ohan Jauharuddin,
mengaku optimistis terhadap perkembangan seni kaligrafi di Indonesia.
Menurutnya, perkembangan seni tersebut cukup positif bila melihat banyaknya
penyelenggaraan event seperti MTQ, mulai dari tingkat kelurahan hingga
nasional.
"Bahkan,
tak jarang antara murid dan guru dari pesantren ini bertemu dan beradu keahlian
dalam sebuah event. Mereka berkompetisi, dan melaluinya, kader baru yang
berkualitas sebenarnya bisa tercipta," kata Ohan.
Ohan
menambahkan bahwa event-event seperti itu dapat menjadi motivasi bagi para
santri menekuni seni kaligrafi, sehingga berdampak terhadap perkembangan seni
tersebut.
Dia kemudian menceritakan, bahwa biasanya akan terdapat bonus-bonus tertentu dalam sebuah event. Dari bonus tersebut, banyak santri yang menggunakannya untuk membiayai kuliah, atau bahkan, pergi menunaikan haji dan umrah.
Atmosfir
Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang mendorong para santrinya mengikuti
beragam event untuk mencari pengalaman serta mengembangkan keahlian itu
setidaknya terlihat dari MTQ Nasional 2012 kemarin. Menurut Ohan, dari 25
peserta dalam cabang seni kaligrafi, 19 diantaranya berasal dari pesantren
tersebut. Bahkan, juaranya pun berasal dari Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka.
Melihat
perkembangan seni kaligrafi yang dianggap cukup baik, Ohan berpendapat bahwa
seni tersebut sangat menjanjikan pula dari segi ekonomi. "Apalagi bila
memperhatikan ucapan Sayidina Ali yang pernah menyebutkan, bahwa diantara pintu
rezeki, salah satunya berasal dari kaligrafi," ujarnya.
Ohan
menyebutkan contoh kecil bagaimana seni kaligrafi menyimpan potensi ekonomi,
seperti dalam hal dekorasi sebuah masjid atau event-event keagamaan.
"Untuk hal-hal yang berbau dekorasi itu sangat selaras dengan kami, dan
dari situ juga, sebenarnya bisa dijadikan ladang usaha asal dipadukan juga
dengan manajemen yang baik," katanya.
***
***
Faktor
lainnya yang membuat seni kaligrafi dapat berkembang, terletak pada
eksperimentasi dalam berkarya. Celah bereksperimen itu dapat ditemukan dalam gaya
kaligrafi kontemporer. Dalam gaya tersebut, dimungkinkan berkarya dengan
menampilkan motif-motif figural, simbolik, ekspresionis, hingga abstrak.
Motif-motif
itu sekaligus membuat karya kaligrafi berubah menjadi seni lukis. Jadi, tidak sekadar
karya yang tertuang dalam sebuah kertas, namun juga kanvas dan media-media
lainnya. Beberapa pihak kadang menyebutnya dengan seni lukis kaligrafi, selain
gaya kaligrafi kontemporer.
Baik
Muamar maupun Ohan mengakui, bahwa mayoritas santri Pesantren Kaligrafi Alquran
Lemka tertarik mendalami gaya kontemporer ketimbang gaya kaligrafi murni.
Soalnya, gaya kaligrafi kontemporer memungkinkan Khattahath (penulis kaligrafi)
berkarya dengan tidak terikat kaidah-kaidah seperti yang terdapat dalam gaya
kaligrafi murni. "Asal imla’iahnya (tata cara menulis huruf arab)
benar, sebuah karya dapat disebut karya kaligrafi kontemporer. Meskipun secara
kaidah tidak benar, misalnya," ujar Ohan.
Berbeda
dengan gaya kaligrafis kontemporer, jenis kaligrafi murni terikat oleh
kaidah-kaidah yang berlaku di dalamnya. Adapun kaidah yang dimaksud adalah
bagaimana khattat menuangkan bentuk huruf, torehan, atau ketepatan sapuan dalam
sebuah karya dengan sesuai aturan. Gaya kaligrafi murni terdiri dari beberapa
jenis, yakni Khat Naskhi, Sulus, Diwani/Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan
Riq'ah.
Meskipun
kecenderungan santri di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka (dan Indonesia) lebih
condong pada gaya kaligrafi kontemporer, namun kaligrafi gaya murni biasanya
merupakan gaya yang pertama-tama diajarkan, termasuk di pesantren yang diurus
oleh Ohan. “Soalnya, gaya tersebut berguna untuk melatih teknik dasar menulis
huruf arab dengan baik,” kata Ohan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar