Jumat, 10 Agustus 2012

Di Sini Khattahath Menempa Ilmu



Nuansa seni terasa ketika masuk pelataran Pesantren Alquran Kaligrafi Lemka (Lembaga Kaligrafi Alquran) di Jalan Bhineka Karya No. 53, Kelurahan Karamat, Kecamatan Gunung Puyuh, Kota Sukabumi. 

Begitu memasuki komplek pesantren itu, terdapat sebuah asrama bagi santri putra di sisi sebelah kanan. Di asrama berwarna jingga itu, gerbang serta bagian tengah bangunannya dihias sedemikian rupa oleh huruf-huruf arab yang diambil dari potongan ayat alquran. Masuk lebih dalam ke komplek pesantren, terlihat bangunan-bangunan yang beberapa bagiannya juga dihias seperti asrama putra. Menandakan bahwa tempat tersebut merupakan wadah bagi mereka yang ingin mendalami seni kaligrafi.

Saat penulis mengunjungi Pesantren Alquran Kaligrafi Lemka, Kamis (2/8), suasana tampak sepi. Terlihat beberapa anak kecil bermain di sebuah sanggar di tengah komplek pesantren. Mereka sedang menunggu waktunya pesantren kilat kaligrafi yang diadakan dalam rangka menyambut bulan ramadan. Sanggar tempat anak-anak itu bermain juga dihias oleh seni kaligrafi yang menarik. Seluruh dindingnya dihiasi oleh tulisan kaligrafi ditambah dekorasi dengan beragam motif.

Menurut penuturan seorang santri, Muamar, pesantren itu sepi karena tahun ajaran 2011/2012 baru saja usai. "Para santri kebanyakannya sudah pulang kampung sekarang," kata pria kelahiran tahun 1981 yang juga juara lomba kaligrafi MTQ Nasional di Ambon Juni 2012 lalu itu. Saat ini, menurutnya, merupakan waktu untuk penerimaan santri baru tahun ajaran 2012/2013. Proses penerimaannya dimulai pada 1-7 Agustus 2012.

Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang penulis kunjungi awal minggu lalu merupakan pesantren yang mengkhususkan pada seni kaligrafi. Sebanyak 70 persen materinya membahas tentang teknik kaligrafi, sedangkan sisanya adalah materi pendukung, seperti pengajian kitab kuning.

"Dalam kegiatan belajar di Lemka, biasanya dalam setahun, santri diajar meniru karya kaligrafi para master, kemudian mereka didorong membuat karya yang menonjolkan karakter sendiri. Lalu, di antara kegiatan itu, ada koreksi terhadap karya yang telah dibuat oleh santri. Sesekali karya mereka juga dipamerkan," kata Muamar.

Kegiatan belajar-mengajar kaligrafi Lemka telah berjalan cukup lama. Gagasan mendirikan pesantren kaligrafi alquran itu pertama kali dilontarkan pada 11 Juli 1996 oleh Didin Sirojuddin AR saat perumusan Sistem Pembinaan Peserta MTQ Jabar. Sementara untuk Lembaga Kaligrafi Alquran sendiri telah berdiri lama, yakni sejak tahun 1985.

Pada awal mula kelahirannya, Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka sempat terkendala penetapan lokasi. Sebelum berada di Sukabumi seperti sekarang, pesantren itu rencananya didirikan di Kota Bogor. Hal itu didasari pertimbangan strategisnya kota itu dalam jaringan kawasan Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi (Jabotabek). Namun, rencana tersebut urung terjadi, karena masalah ijin lokasi.

Masalah ijin lokasi yang mewarnai perjalanan Lemka tak hanya terjadi sekali. Tercatat, hingga enam kali Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka tersandung permasalahan penetapan ijin lokasi yang tak pernah jelas. Barulah pada 26 Januari 1997, pesantren itu menemukan "tempat berlabuh", yakni di Kota Sukabumi. Pada 9 Agustus 1998 barulah proses belajar-mengajar diselenggarakan pertama kalinya.

Di awal peresmiannya pada tahun 1997, Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka berdiri di atas tanah wakaf yang merupakan hibah dari beberapa keluarga. Saat itu, luas tanahnya 1.163 meter persegi. Sementara saat ini, luasnya berkisar 5.000 meter per segi.

Dalam perjalanannya, pesantren itu menyerap santri dari berbagai kawasan di Indonesia. Tahun ajaran 2011/2012 saja, tercatat ada 80 santri yang berasal dari 17 provinsi. Tempat tinggal santri-santri itu tersebar mulai dari pulau Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, hingga Sulawesi.
***
Salah satu pengurus pesantren bagian administrasi dan pengasuhan, Ohan Jauharuddin, mengaku optimistis terhadap perkembangan seni kaligrafi di Indonesia. Menurutnya, perkembangan seni tersebut cukup positif bila melihat banyaknya penyelenggaraan event  seperti MTQ, mulai dari tingkat kelurahan hingga nasional.

"Bahkan, tak jarang antara murid dan guru dari pesantren ini bertemu dan beradu keahlian dalam sebuah event. Mereka berkompetisi, dan melaluinya, kader baru yang berkualitas sebenarnya bisa tercipta," kata Ohan.

Ohan menambahkan bahwa event-event seperti itu dapat menjadi motivasi bagi para santri menekuni seni kaligrafi, sehingga berdampak terhadap perkembangan seni tersebut.

Dia kemudian menceritakan, bahwa biasanya akan terdapat bonus-bonus tertentu dalam sebuah event. Dari bonus tersebut, banyak santri yang menggunakannya untuk membiayai kuliah, atau bahkan, pergi menunaikan haji dan umrah.

Atmosfir Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka yang mendorong para santrinya mengikuti beragam event untuk mencari pengalaman serta mengembangkan keahlian itu setidaknya terlihat dari MTQ Nasional 2012 kemarin. Menurut Ohan, dari 25 peserta dalam cabang seni kaligrafi, 19 diantaranya berasal dari pesantren tersebut. Bahkan, juaranya pun berasal dari Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka.

Melihat perkembangan seni kaligrafi yang dianggap cukup baik, Ohan berpendapat bahwa seni tersebut sangat menjanjikan pula dari segi ekonomi. "Apalagi bila memperhatikan ucapan Sayidina Ali yang pernah menyebutkan, bahwa diantara pintu rezeki, salah satunya berasal dari kaligrafi," ujarnya.

Ohan menyebutkan contoh kecil bagaimana seni kaligrafi menyimpan potensi ekonomi, seperti dalam hal dekorasi sebuah masjid atau event-event keagamaan. "Untuk hal-hal yang berbau dekorasi itu sangat selaras dengan kami, dan dari situ juga, sebenarnya bisa dijadikan ladang usaha asal dipadukan juga dengan manajemen yang baik," katanya.
***
Faktor lainnya yang membuat seni kaligrafi dapat berkembang, terletak pada eksperimentasi dalam berkarya. Celah bereksperimen itu dapat ditemukan dalam gaya kaligrafi  kontemporer. Dalam gaya tersebut, dimungkinkan berkarya dengan menampilkan motif-motif figural, simbolik, ekspresionis, hingga abstrak.

Motif-motif itu sekaligus membuat karya kaligrafi berubah menjadi seni lukis. Jadi, tidak sekadar karya yang tertuang dalam sebuah kertas, namun juga kanvas dan media-media lainnya. Beberapa pihak kadang menyebutnya dengan seni lukis kaligrafi, selain gaya kaligrafi kontemporer.

Baik Muamar maupun Ohan mengakui, bahwa mayoritas santri Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka tertarik mendalami gaya kontemporer ketimbang gaya kaligrafi murni. Soalnya, gaya kaligrafi kontemporer memungkinkan Khattahath (penulis kaligrafi) berkarya dengan tidak terikat kaidah-kaidah seperti yang terdapat dalam gaya kaligrafi murni. "Asal imla’iahnya (tata cara menulis huruf arab) benar, sebuah karya dapat disebut karya kaligrafi kontemporer. Meskipun secara kaidah tidak benar, misalnya," ujar Ohan.

Berbeda dengan gaya kaligrafis kontemporer, jenis kaligrafi murni terikat oleh kaidah-kaidah yang berlaku di dalamnya. Adapun kaidah yang dimaksud adalah bagaimana khattat menuangkan bentuk huruf, torehan, atau ketepatan sapuan dalam sebuah karya dengan sesuai aturan. Gaya kaligrafi murni terdiri dari beberapa jenis, yakni Khat Naskhi, Sulus, Diwani/Diwani Jali, Farisi, Kufi, dan Riq'ah

Meskipun kecenderungan santri di Pesantren Kaligrafi Alquran Lemka (dan Indonesia) lebih condong pada gaya kaligrafi kontemporer, namun kaligrafi gaya murni biasanya merupakan gaya yang pertama-tama diajarkan, termasuk di pesantren yang diurus oleh Ohan. “Soalnya, gaya tersebut berguna untuk melatih teknik dasar menulis huruf arab dengan baik,” kata Ohan.

Tidak ada komentar: