Posted by abo on May 26, '11 10:36 AM for everyone
"...Of the endless trains of the faithless--of cities filled with the
foolish; what good amid these, O me, O life? Answer. That you are here -
that life exists, and identity; that the powerful play goes on and you
may contribute a verse." (John Keating).
***
Mungkin satu-satunya yang akan kukenang dari acara wisuda tadi adalah ketika pengambilan ijazah dari dekan fakultas ( Fakultas Ilmu Komunikasi) dan peresmian dari rektor universitasku (Universitas Padjadjaran). Bagaimana tidak, sesaat setelah nama fakultas kami disebut oleh protokoler, suasana langsung terdengar riuh oleh sorak-sorai wisudawan yang berasal dari fakultasku itu. Sorak-sorainya tergolong tarkam juga bila dibandingkan fakultas lainnya yang ada di dalam ruangan itu. Buatku momen seperti itu lucu dan menyenangkan. Setidaknya fakultas ku menjadi sedikit eksis dan kelakuannya cukup ‘urakan’, kalau tak mau disebut tarkam :DNamun ada hal lain dari peristiwa itu yang cukup membuatku tercenung, yakni peristiwa ketika para wisudawan kemudian mengantri untuk menerima ijazah dari dekan. Antriannya sangat panjang. Tercatat ada sekitar 320 lebih wisudawan Fikom saat itu. Angka yang cukup ‘memukau’ dari segi kuantitas bila dibandingkan dengan jumlah wisudawan dari fakultas lainnya yang ada dalam ruangan wisuda. Apalagi bila saat itu ku melihat ke barisan ‘fakultas tetangga’ (Fakultas Farmasi) disebelah yang hanya terdiri dari empat wisudawan. Benar-benar jomplang perbedaannya.
Seketika aku teringat obrolan dengan teman satu fakultas, Yudi, pada pagi hari sesaat sebelum memasuki ruang wisuda. Waktu itu kami dibariskan dahulu oleh panitia sebelum memasuki ruang sidang. Saat sedang berbaris itulah, Yudi nyeletuk sambil cengar-cengir, “calon-calon tenaga kerja murah, nih.”
Sontak aku tertawa ngakak mendengar celetukan Yudi pagi itu. Aku tertawa puas dan mengamini celetukan Yudi yang sebenarnya sangat ironis. Mengingat bahwa investasi kapital di bidang komunikasi, seperti media massa (tv, majalah, dan terutama media OL), kupikir saat ini sedang meningkat. Mengingat bahwa meningkatnya investasi kapital berarti juga meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja untuk mendongkrak laba yang sebisa mungkin harus terus bertambah tiap tahunnya. Mengingat bahwa untuk mendongkrak laba melalui tenaga kerja, maka kekuatan produktif dan efisiensi perlu digalakan, sehingga pada saat bersamaan malah berdampak kepada tingkat upah yang rendah. Mengingat bahwa di sisi lain universitas akan selalu terhubung dengan dunia industri, maka dunia universitas juga berarti memiliki kecenderungan sebagai tempat untuk mengakomodasi kebutuhan dunia industri lewat transfer ilmu pengetahuan serta keterampilan. Mengingat bahwa saat ini Fikom memiliki jumlah peminat serta mahasiswa yang banyak dan hampir sebanding dengan Fakultas Ekonomi yang dulu merupakan fakultas dengan peminat dan mahasiswa terbanyak. Maka ku pikir klop sudah kebutuhan dunia industri (komunikasi) akan tenaga kerja dengan jumlah peminat serta wisudawan Fikom yang membludak ini. Dengan begini kupikir cadangan angkatan kerja bisa menjadi berlimpah, dan sepertinya dapat membuat tingkat upah agar tetap rendah.
Lantas bila ku kenang kembali saat-saat ku berada dalam ruangan wisuda itu, di satu sisi memang terasa menyenangkan memiliki fakultas dengan jumlah wisudawan terbanyak. Setidaknya acara saat itu terasa sedikit ramai, terutama dengan adanya kelakuan ‘nonformal’ menjurus tarkam dari para wisudawan. Lalu sedikit tersirat semacam perasaan belonging mengingat keberadaan kami selama ini di fakultas yang tergolong ‘ramai’ dan di-‘ favorit’-kan. Namun, di sisi lainnya, ku pikir ramainya kampus oleh mahasiswa dan difavoritkannya suatu kampus bukanlah semata-mata karena pilihan dari calon mahasiswa yang dulu akan memasuki fakultas itu saja. Kupikir ada konteks di sekeliling calon-calon mahasiswa yang akan memilih fakultas itu yang turut memiliki andil besar, yakni konteks kebutuhan masyarakat untuk berproduksi atau kebutuhan dunia industri akan tenaga kerja itu tadi. Atau istilah obrolan warung kopinya; ‘ lulusan Fikom lagi banyak dicari perusahaan-perusahaan’.
Mengingat kembali bahwa dunia komunikasi yang sedang berkembang dalam hal investasi kapital, seperti ditandai oleh munculnya sektor-sektor produksi baru di dunia media massa maupun telekomunikasi, jadinya jumlah wisudawan Fikom yang banyak ini juga membuatku seolah-olah seperti melihat pelepasan suatu angkatan kerja baru yang akan mengisi sektor-sektor tersebut. Seperti melihat suatu unit-unit tenaga kerja yang telah dibentuk lalu sekarang dilepas oleh universitas dan selanjutnya dirotasikan di dunia industri untuk mengganti unit-unit tenaga kerja sebelumnya yang masa produktifnya telah aus atau untuk menempati suatu bidang baru di dunia komunikasi yang sebelumnya telah ditanami kapital oleh para mogul-mogul dunia enterpreneurship dan memerlukan suatu curahan tenaga-kerja berskill khusus atau tinggi. Di sini jadi terbesit juga rasa haru mengingat para wisudawan tersebut mungkin akan ada yang berada dalam suatu posisi pertentangan dengan tendensi kapitalisme akan akumulasi laba melalui perasan kerja yang berakibat pada upah yang rendah. Apapun bentuk pertentangan itu, mulai dari sekadar ngedumel dibelakang, atau bahkan hingga memukul bosnya sendiri. Pada saat bersamaan, sebenarnya muncul juga perasaan waswas dan sedih, terlebih bila mengingat diantara sekian banyak wisudawan itu terdapat diriku sebagai bagian darinya.
Tags: kata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar