Rabu, 15 September 2010

H +2

"Ga ada hubungannya lebaran sama pacaran...siapa cepat dia dapat," ujarnya sambil menghembuskan asap rokoknya yang terakhir.

Api rokok yang sudah menyentuh filternya itu lantas buru-buru dia matikan. Kemudian dia merogoh sakunya dan mengeluarkan sebungkus rokok. Sebatang rokok dia ambil lagi, lalu menyalakannya dengan menggunakan korek api batangan.

"Yah, mumpung masih dalam rangka bulan keramat umat muslim," ujarku "kait-kaitkan saja momentum itu dengan peristiwa jadiannya."

"Wasweswos...euweuh. Euweuh hubunganna!" bales dia lagi. Keukeuh.

Sayapun tidak ingin mendebatnya, karena memang dia betul. Tidak ada kaitannya hari raya Idul Fitri dengan seseorang yang disukai tiba-tiba sudah menjalin hubungan dengan orang lain. Kait-mengkaitkan itu hanya pikiran iseng saya saja. Pikir saya saat itu, mungkin yang sudah jadi pacarnya saat ini bisa menganggap momen ini sebagai berkah Ramadhan. Seperti di iklan-iklan itu, yang mengaitkan berkah Ramadhan dengan kuis berhadiah jutaan rupiah. Namun bedanya kali ini, hadiahnya lebih menarik dari doorprize berupa uang. Hadiahnya seseorang yang kamu sukai. Tidak ada yang lebih menyenangkan, ketika seorang individu bebas, yang memiliki pikiran dan hidupnya sendiri, mau masuk menuju kehidupanmu, dan berbagi kehidupannya denganmu. Membuka rahasia hidupnya kepadamu, tidak kepada orang lain.

Tapi, Iya tak tertarik melihat hal-hal sentimentil semacam itu. Pikiran dia simpel dan memiliki batas: tak ada hubungan antara perayaan Idul Fitri dan cerita bagaimana seseorang yang disukai tiba-tiba sudah memiliki hubungan dengan orang lain. Semua hanya masalah kecepatan. Perasaan sentimentil tak perlu dilebih-lebihkan melampaui beberapa "hukum pokok" yang ada di dunia ini, seperti hukum "kecepatan" itu, misalnya.

Namun, sebagai seseorang yang sedang sentimentil mengetahui bagaimana seseorang yang disukainya sudah bersama dengan orang lain, saya hanya ingin berbicara apa saja. Termasuk kait-mengaitkan masalah berkah Ramadhan ini. Walaupun memang omong kosong juga. Tetapi sebagai pelipur lara mungkin bisa berguna. Setidaknya sebagai bahan lelucon.

Sebagai hiburan bagi diri sendiri, hukum "kecepatan" yang dilontarkan Iya juga kuterima-terima saja. Tanpa beban, tanpa sesuatu apapun. Toh, bila dipikir-pikir, saya juga memang baru saja memulai. Kurang lebih dua minggu sebelum lebaran, aku baru saja bisa kenal. Namun setelah perkenalan itu, tidak ada tatap muka. Hanya sebatas melalui omong kosong "pesan elektronik".

Baru saja kenal, mungkin mulai perlahan dulu. Jangan langsung mengajak keluar, pikirku saat itu. Toh, akupun tidak bisa memulai bila aku merasa belum siap.

Tetapi, kadang semuanya selalu berjalan rancak. Ada saja kejutan disana-sini. Seperti yang kualami hari ini. Semuanya tiba-tiba lepas tak menentu.

"Hikmahnya...untung belum terlalu jauh," ujarku pada Iya.

"Tah eta pisan...untung belum terlalu jauh!" balasnya. Akhirnya sepakat dengan pikiranku.

Tentu saja Iya sepakat dengan pikiranku. Setelah menjalani hubungan selama empat tahun, sang pacar memutuskan secara sepihak hubungannya dengan Iya. Tentu saja Iya uring-uringan. Tentu saja Iya paham betul, ketika berkata, "tah eta pisan...untung belum terlalu jauh!"

Aku baru mengetahui Iya sudah putus minggu-minggu ini. Sedangkan kejadiannya sendiri sudah lewat dua bulan. Selama hampir sebulan penuh dia galau tak menentu. Malamnya selalu dihabiskan dengan berjam-jam mengeluh kepada Arya, seorang teman lainnya. Kubayangkan bagaimana keluhan Iya itu menjadi keluhan yang panjang. Terbayang bagaimana raut wajah Iya yang terlihat bolon, ketika dia duduk berhadap-hadapan dengan Arya. Terbayang suasana kamar Arya menjadi serius, sembari kepulan asap rokok mengepul disana-sini. Pasti akan menjadi keluhan yang tidak ada habisnya, kalau boleh disebut. Dan selama keluhan itu tidak ada habisnya, makin tidak berguna jadinya, karena terus-menerus diulang.

"Sekarang mah sudah rada mendinganlah. Ga kaya kemarin-kemarin," kata Iya, ketika kutanya keadaannya.

Hmm, masalah hubungan-hubungan semacam ini sebenarnya masalah yang cukup mengesalkan juga buatku. Walaupun selama ini aku mencoba menyederhanakan semuanya, namun, ketika gilirannya, ada saja hal yang membuatnya terlihat rumit. Mungkin, sebenarnya semuanya bisa berjalan dengan sederhana, namun kesederhanaan itu seringkali tertutupi oleh pikiran-pikiran tertentu yang tumbuh di dalam kepala. Membuatnya terlihat rumit. Sehingga membuatku kesal sendiri.

"Sabar ajalah," kata Iya, "lain kali, kalau ketemu seseorang lagi, langsung hajar aja. Ga usah nyari tetek bengek semacam timing-timing segala," katanya.

Aku hanya tersenyum. Tidak tahu harus berbicara apa lagi.

Dalam hati aku tak sependapat dengannya. Bagaimanapun, bila aku yang memulai...aku harus merasa yakin. Dengan begitu, aku bisa mantap memulai. Sehingga pada waktunya nanti, tak ada kebimbangan-kebimbangan yang tak perlu. Aku dapat menjalani keyakinanku.

Namun, tampaknya, seperti semua hal yang berjalan di dunia ini, konsekuensi-konsekuensi selalu ada bagi setiap pilihan dan tindakan. Seperti hari ini, ketika cuaca mendung, ketika waktu berputar sedemikian cepatnya, ketika sebuah niat tak lagi terealisasikan, ketika rasa cemas menggelayuti hati, ketika ada ruang kosong yang eksis dalam harapan yang menguap, ketika dia pada akhirnya pergi bersama orang lain.

18 komentar:

Praga Utama mengatakan...

Anjis urang asa bercermin mang..... Kasusna si Iya eta mirip pisan jeung urang lebaran ieu, urang ge meunang kabar nu sarua. Hahaha...

Tapi aya pepatah mang, obat keur hate mah, hate deui..

efi sparrow mengatakan...

Oh bung Abo..
Suasana hati kita tampaknya hampir serupa dan sebangun. :D.
Seru ih baca ini, baru kali ini lihat perasaan semacam di atas dari sudut pandang cowok.

shintaro - mengatakan...

aw, aw, aw, hahaha.. katanya whenever we make decisions for ourselves, whenever we take responsibility for our own actions rather than deferring to some higher power, we are putting anarchy into action.. yuk ah bertindak anarkis..

abo si eta tea mengatakan...

O nya? baturan bobogohan geus lila dipegatkeun?

abo si eta tea mengatakan...

cumuhun, mang. he. bade milarian deui ieu mah...milarian landong kanggo manah. coba tresspasing mun kira2 aya :D

abo si eta tea mengatakan...

huhu, menyedihkan ya fi.

abo si eta tea mengatakan...

ahaha...hayukk. he.
*sebenernya terinspirasi mario teguh :D*

abo si eta tea mengatakan...

terus, klo pandangan cewe gmn tuh? :b

Praga Utama mengatakan...

lain baturan mang, urang sorangan ieu mah.. :P nya sok atuh sing geuran meunang landong nu anyar. haha.

efi sparrow mengatakan...

kalau cewek (baca: efi di posisi cewek yang lo ceritain): eh,,,sapa suruh nunggu timing.

kalau cewek (baca: efi diposisi cowok yang lo ceritain): I am better than her!

hahaha.. ngaco! :P

abo si eta tea mengatakan...

haha. siip :)

abo si eta tea mengatakan...

kmh, urg rada teu nangkep...nte pegat lur?

Praga Utama mengatakan...

hehe nteu.. ke we lah meh leuwih jelasna.

abo si eta tea mengatakan...

ok.

Yurivito Nugroho mengatakan...

rumit nyak bo sesuatu yang namanya "hubungan" ntu?

abo si eta tea mengatakan...

iye ni to...kadang ribet juga :(

situ kapan ke pelaminan ni? :D

astri arsita mengatakan...

kirain kalau cowok enggak begini.

abo si eta tea mengatakan...

suka ada keluhan mah :)