Selasa, 01 Januari 2013
Tahun yang Baru dan Kebahagiaan
Di koran The Jakarta Post beberapa waktu lalu terdapat sebuah tulisan bertema besar tahun baru. Dari tema besar itu, The Jakarta Post mengambil sisi resolusi dalam tulisannya. Ada sejumlah tokoh yang menceritakan berbagai resolusi, mulai selebritis, perancang busana, musisi...rata-rata adalah mereka yang bergerak di bidang hiburan.
Belum lama ini, koran tempatku bekerja juga mengulas tema besar tahun baru. Dalam ulasannya tentang tahun baru, koran tempatku bekerja itu beranjak dari satu pertanyaan, "apakah anda sudah berbahagia selama ini?"
Dalam ulasannya, koran ku tersebut mengangkat orang-orang biasa yang tinggal di perkotaan. Bagaimana mereka menghadapi banjir, kemacetan, dan segudang masalah lainnya yang biasa dihadapi oleh warga yang tinggal di kota, terutama Bandung. Satu hal yang disasar dari pemaparan tersebut adalah, bagaimana segala kendala yang ada itu dimaknai oleh orang-orang yang menghadapinya. Apakah mereka memaknai dengan cara yang mempengaruhi kebahagiaan mereka atau sebaliknya?
***
Muncul sedikit perasaan ringan karena terhibur saat ku membaca dua koran yang kusebutkan di atas. Terhibur oleh pemberitaan yang diarahkan oleh kedua media itu, tentang bagaimana memasang optimisme dan kebahagiaan. Sesuatu yang jauh dariku selama ini. Dan selayaknya tulisan yang menghibur, mungkin akan seperti itu seterusnya, sekadar hiburan.
Sudah sekian lama, saya tidak pernah menaruh harapan yang berlebihan terhadap peristiwa tahun baru ini. Sebenarnya aku ingin menaruh harapan yang besar terhadap momen ini. Sama seperti orang-orang lainnya yang berkeinginan ini-itu pada saat menjelang pembukaan tahun yang baru.
Tapi, sebagian besar pikiranku selalu berujar, "pada akhirnya, semua akan menjadi bualan belaka". Dan, dalam kerangka berpikir seperti itu aku menjadi selama ini; apatis, negatif, dan sinikal. Sesuatu yang tidak baik sebenarnya, kuakui.
Dan, menjelang tahun baru ini...mungkin pola berpikirku akan tetap sama, meski di hal-hal lainnya akan ada perbedaan kecil di sana-sini: such as becoming older, grumpier, synical, confused, and pissed off as hell.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar