Sabtu, 05 Januari 2013

Kota Kecil


Kotaku yang kecil, dan begitu-begitu saja. Pada suatu waktu, aku mendapati diriku menekan tombol lantai 2 di lift Bank Indonesia, dan memasuki Aula Pasundan. Beberapa minggu, atau terkadang hari, setelahnya, aku mendapati lagi diriku menekan tombol tersebut. 

Pada suatu waktu, aku juga bisa berada di dinas perdagangan, peternakan, atau bappeda, dengan melalui rute yang sama. Atau, pada suatu waktu, aku mendapatkan informasi tentang sebuah cerita yang hanya ada di tempat tertentu. Untuk menuju ke sana, aku harus melalui jalan tertentu yang namanya baru kudengar. 

Setelah tanya sana-sini, akhirnya kutemui jalan tersebut. Namun demikian, jalan itu ternyata pernah kulewati sebelumnya pada waktu silam, sudah lama sekali. Aku hanya pernah melewatinya tanpa tahu nama persis jalan tersebut.

Kotaku sungguh kecil, memang, dan begitu-begitu saja.

Meski demikian, kemacetan di kota kecilku saat ini sudah terasa parahnya. Panjang kemacetan seringkali hingga sepuluh meter lebih di beberapa perempatan. Penghuni kotaku yang kecil rupanya sudah meningkat pesat. 

Pada pagi hari, penduduk suburban dari arah timur peningkatan volumenya sungguh terasa. Ratusan motor dan mobil bergerak ke arah pusat kota. Beraktivitas. Membuat jalanan menjadi tempat yang hiruk pikuk. Sesuatu yang tidak pernah kurasakan ketika masih ngangkot sambil mengenakan seragam putih merah, dulu. 

Mereka memadati ruas jalan yang selama sepuluh tahun terakhir tidak pernah mengalami pelebaran...kecuali peninggian jalan sebagai solusi meredam kebanjiran yang terjadi di musim penghujan. Untuk peninggian jalan, selama beberapa tahun terakhir selalu terlihat pengerjaannya.

Kotaku yang kecil tampaknya tidak akan meluas, mengingat letak geografisnya yang dilingkupi oleh pegunungan. Meski demikian, tampaknya kota ku akan "meninggi": biasanya banjir di rumahku hanya sampai halaman depan, tahun ini meninggi hingga airnya masuk ke dalam rumah. Begitupun dengan beberapa ruas jalan di kawasan tertentu yang menjadi langganan banjir, sepertinya akan meninggi lagi.

***
Bila sedang menunggu lampu hijau di perempatan jalan, biasanya sering terlihat stiker bertuliskan kata-kata bernada lelucon di spakbor motor. Ada kata-kata luapan kekesalan, seperti "kalau belum mirip monyet, jangan nyalip, monyet!".  Atau menyindir pengguna motor matic, seperti "hari gini ga make gigi? Ompong dong!", dst, dst. 

Kotaku yang kecil dan hiruk pikuk...aku teringat status kawanku di sosial media beberapa waktu silam: Bandung bukan sekadar kota, tapi juga perasaan. 

*uhuk*

Tidak ada komentar: