Sejauh mana diri kita
mau melakukan sesuatu yang dipaksakan? Sejauh mana kita ingin memikul beban
dari hal-hal yang tidak disukai, namun harus tetap dilakukan, semata-mata agar
kehidupan masih bisa berlanjut esok hari?
Merefleksikan apa yang
kukerjakan saat ini dengan ucapan seorang guru bertahun-tahun lampau ternyata
cukup kompleks. Guruku itu pernah bilang, pekerjaan sebagai wartawan memang
tidak menghasilkan banyak kekayaan material yang berarti. Tetapi, ada kekayaan batiniah
dan kognitif yang berlimpah dari pekerjaan itu.
Katanya.
Kucoba memahami apa
ucapannya itu. Pekerjaan mencari dan mengolah informasi sudah barang tentu
memberikan pengetahuan-pengetahuan tertentu bagi yang mengerjakannya. Dan bagi
guruku itu, pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan menjadi kekayaan yang tidak
ternilai. Pengetahuan setidaknya memberikan pengaruh bagi sebuah sikap, entah
itu membawa diri menjadi lebih arif bijaksana dengan cakrawalanya yang luas,
lebih pandai bersikap pantas, lebih tajam menganalisis dan sebagainya. Dengan
kata lain, sangat berguna bagi pengembangan kepribadian yang lebih berkualitas.
Sesuatu hal yang tidak bisa begitu saja diperoleh melalui kekayaan material
seperti uang.
Seiring waktu berjalan,
kudengar nilai lebih pekerjaan sebagai wartawan bukan sekadar dari kekayaan
kognisi dan mentalnya saja, tapi juga dari aspek sosialnya. Rutinitas
mewawancarai banyak orang menjadi jalan untuk menjalin relasi tertentu dengan
orang lain. Lebih istimewa bila orang lain itu adalah seseorang yang memiliki kuasa
besar; pejabat. Jalinan relasi seperti itu bisa merembet kemana-mana, tapi
utamanya kepada dua hal; kemudahan akses dan...kekayaan material. Dibandingkan
kekayaan kognisi, tampaknya kekayaan relasi seperti ini yang paling digemari
oleh sebagian besar wartawan. Kekayaan kognitif saja tidak terasa langsung
dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan kekayaan yang bisa didulang dari terjalinnya
sebuah relasi. Tidak ada gunanya pengetahuan tentang kondisi politik AS dan
China pada saat pandemi virus corona dibandingkan kemampuan kita lolos dari
tilang polisi karena kita mengenal kapolseknya. Tidak ada gunanya pengetahuan
tentang relasi ekonomi-politik sebuah kebijakan negara dibanding kemampuan kita
melanjutkan sekolah di luar negeri karena kedekatan kita dengan seorang
menteri. Tidak ada gunanya betul bila kita bisa memasuki institusi tertentu
dengan bekal relasi kita dengan petingginya.
Sering kulihat wartawan
menolak permintaan perusahaannya untuk menjadi editor. Mereka yang menolak
kerap mengistilahkan permintaan itu dengan istilah “dikandangin”. Menjadi
editor mengharuskan seseorang berada di dalam kantor sampai 8 jalan per hari.
Ini perbedaan yang besar bila membandingkannya dengan pola kerja harian
wartawan yang sebagian besar waktunya dihabiskan di lapangan. Kebebasan
bergerak menjadi pertaruhan utama seorang wartawan yang menolak permintaan
kantornya menjadi editor seperti itu. Padahal, bila seseorang memperhatikan
jenjang karir, permintaan menjadi editor adalah kunci menapakinya. Ada berbagai
macam alasan dari wartawan untuk penolakan ini; tidak leluasa lagilah, merasa
kakulah, kadung banyak relasi yang sudah terjalinlah. Banyak macamnya. Tapi,
yang pasti, ada kebebasan bergerak yang tengah dipertaruhkan oleh wartawan di
situ.
Kebebasan ini
sebenarnya paradoks. Paradoks bila memikirkan ternyata kebebasan yang dilihat
dari sudut pandang individu dan sudut pandang organisasi bisa berkebalikan. Perusahaan
media massa arus utama adalah organisasi yang kompeks dan digerakan oleh banyak
orang. Pembagian kerja di dalamnya pun rumit. Semakin besar dan kompleks
organisasi, ia cenderung akan tergantung dengan kapital. Pierre Bourdieu
menyebutkan bila media massa sangat lemah sejauh menyangkut independensi atas
pengaruh ekonomi dan politik di luarnya. Ia memang betul. Media massa sangat
mengandalkan iklan sebagai sumber pemasukannya. Perusahaan media tidak bisa
terlepas dari grafik rating, tiras, audiens dan semacamnya. Jadi bisa
dibayangkan bila sebuah program, sebagus apapun ia secara kualitas, tapi
ratingnya ternyata anjlok, ya, program itu tidak bisa dilanjutkan. Sebaik
apapun kualitas sebuah rubrik surat kabar, bila menurut survey jarang dibaca
orang, ya, rubrik itu bisa ditiadakan.
Begitu pula
ketergantungan media massa dengan kekuasaan politik, seperti negara. Perusahaan
media akan sangat tergantung dengan kebijakan negara tempatnya berada.
Perusahaan televisi utamanya yang paling merasakan dampak dari kekuasaan
negara. Biasanya perusahaan televisi akan bergulat dengan isu-isu kapasitas
frekuensi siaran, porsi sebuah tayangan dan semacamnya. Isu-isu seperti ini
yang sedikit banyak bisa menghambat perusahaan media swasta untuk beroperasi.
Namun demikian, surat kabar dan online juga tidak lepas dari kuasa negara yang
koersif. Sejarah negeri ini memiliki catatan kelam mengenai pemberedelan media
massa cetak ketika era Orde Baru dulu. Itu saja sudah menunjukkan adanya
tekanan kuasa negara yang besar terhadap media cetak. Saat ini, tekanan seperti
itu mungkin tidak terlihat secara gamblang. Namun apa yang dinamakan tekanan
melalui telefon pejabat pemerintahan kepada redaksi media kerap terjadi bila
suatu berita tidak memuaskan mereka.
Atau iklan-iklan
instansi pemerintahan. Media massa, utamanya cetak dan online, di satu sisi
sangat tergantung dengan iklan pemerintahan ini. Sebuah paradoks lainnya,
dimana media dituntut untuk menjadi pengawas kekuasaan seperti negara, tetapi
di sisi yang lain, mereka kerap mengharapkan adanya iklan dari pemerintah
daerah. Perhitungan keuangan perusahaan berupa pendapatan iklan pun kerap
mengikuti kalender rutin belanja pemerintah.
Belum lagi bila melihat
kepemilikan media di Indonesia saat ini. Di satu sisi ada pemilik yang jadi
politisi, mencoba peruntungannya menyicip kuasa yang bisa diraih di lingkaran
negara. Di sisi lain ada konglomerat yang berambisi merengkuh pasar dan
menciptakan sebuah paradoks lain dari persaingan bebas; monopoli.
Apa yang terjadi di
level organisasi mungkin bukan sesuatu yang harus dipikirkan oleh kebanyakan
wartawan di lapangan. Ya, ada masalah di level organisasi. Bisa betul juga bila
wartawan, dalam konteks hubungan kerja dengan perusahaannya, tidak ubah seperti
budak korporat. Semacam salah satu bagian dari sekrup mesin pencetak uang.
Tapi, bukan berarti hidup selamanya tunduk kepada dominasi. Tubuh ini
setidaknya masih punya pikiran, punya kehendak.
Perusahaan boleh
memanfaatkan tubuh ini sesuai kehendak para penguasa, tetapi bukan berarti diri
ini tidak bisa bersiasat, memanfaatkan apa saja yang bisa direbut darinya. Kau
mengambil sebagian dari diriku dan akupun mengambil bagian darimu. Mengambil
dengan cara dan untuk kepentinganku sendiri.
Semua bicara dengan
sudut pandang, kepentingan, masing-masing dan semuanya berlangsung dengan tidak
menggoyahkan satu bagian pun dari tatanan dominan yang eksploitatif ini. Selama
semua berlangsung dari sudut pandang masing-masing dan tidak menyentuh
substansi dari tatanan sosial dominan, yakni relasi sosial yang eksploitatif,
kurasa memang semua akan berjalan normal-normal saja.
Atau mungkin, pola yang
terjadi memang pola yang sesuai dengan tatanan dominan yang eksploitatif ini?
Dalam artian, semuanya hanya bertindak secara oportunis seperti yang lumrah
terjadi dalam setiap pertukaran-pertukaran di pasar.
Rasa-rasanya kehidupan
tidak beranjak dari sejarah-sejarah lampau. Sejarah manusia-manusia yang saling
bergulat, merebut kekayaan yang terakumulasi di bawah kuasa sebagian pihak.
Saling bersaing, mengharap merasakan manisnya madu yang terlarang bagi mereka
yang di luar kuasa. Namun kali ini, semua
itu berlangsung dalam prinsip-prinsip, aturan dari sebuah pasar berbasis perekonomian
komoditi untuk laba. Dalam basis perekonomian seperti ini, semua hal harus
dipertukarkan dengan rasionalisasi tambahan berupa hitung-hitungan profit.
Tidak ada pertukaran yang setara. Satu-satunya pertukaran yang sahih hanyalah
bila ada marjin keuntungan tertentu di dalamnya.
2 komentar:
test
Nagaqq Yang Merupakan Agen Bandarq terbaik , Domino 99, Dan Bandar Poker Online Terpercaya di asia hadir untuk anda semua dengan permainan permainan menarik dan bonus menarik untuk anda semua
Bonus yang diberikan NagaQQ :
* Bonus rollingan 0.5%,setiap senin di bagikannya
* Bonus Refferal 10% + 10%,seumur hidup
* Bonus Jackpot, yang dapat anda dapatkan dengan mudah
* Minimal Depo 15.000
* Minimal WD 20.000
* Deposit via Pulsa TELKOMSEL
* 6 JENIS BANK ( BCA , BNI, BRI , MANDIRI , CIMB , DANAMON )
Memegang Gelar atau title sebagai AGEN POKER ONLINE Terbaik di masanya
Games Yang di Hadirkan NagaQQ :
* Poker Online
* BandarQ
* Domino99
* Bandar Poker
* Bandar66
* Sakong
* Capsa Susun
* AduQ
* Perang Bacarrat
* Perang Dadu (New Game)
Info Lebih lanjut Kunjungi :
Website : NAGAQQ
Facebook : NagaQQ official
WHATSAPP : +855977509035
Line : Cs_nagaQQ
TELEGRAM :+855967014811
BACA JUGA BLOGSPORT KAMI YANG LAIN:
Winner NagaQQ
Daftar NagaQQ
nagaqq
Posting Komentar