Sekelibat aku kerap
mendengar tentang film ini, Contagion. Film yang dibuat tahun 2011 tentang
pandemi virus global. Kata orang-orang, gambaran pandemi virus dalam film yang
disutradarai oleh Steven Soderbergh itu mendekati peristiwa global yang terjadi
akhir-akhir ini tentang pandemi virus corona.
Suatu waktu ketika
tengah membongkar tumpukan dvd bajakan di rumah, ternyata terselip satu kopi
film ini. Tidak banyak pikir, langsung saja kuputar film berdurasi 106 menit
tersebut. Mumpung momentumnya tepat.
Selama menonton film
tersebut, aku cukup terkesima. Memang banyak kemiripan dengan situasi hari ini,
sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang. Bila diperhatikan detail-detail
yang ada di dalam filmnya, kamu seperti tidak percaya bahwa film ini dibuat
delapan tahun lalu. Seolah-olah seperti nubuat bila mengaitkannya dengan
kejadian belakangan ini. Tidak heran bila beberapa orang menduga bila Contagion
seolah seperti konspirasi yang diniatkan. Para pembuat film seolah-olah
mengetahui akan ada pandemi virus corona. Meskipun, penulis naskah Contagion, Scott
Burns menyatakan dalam sebuah wawancara dengan The Washington Post, bila film
tersebut dibuat berdasarkan riset dengan para ahli, utamanya epidemiolog.
Pernyataan Burns itu setidaknya mematahkan anggapan yang menyeret Contagion ke
dalam sebuah teori konspirasi tentang persengkongkolan elit global, seperti
wahyudi (!), untuk menguasai dunia.
Bagiku, melihat film
Contagion ini seperti memperhatikan rentetan berita pandemi virus corona sejak
Januari 2020 hingga pertengahan Mei 2020 ini. Awalnya ada Beth Emhoff (Gwyneth
Paltrow) yang baru saja melakukan perjalanan bisnis dari Hong Kong. Perjalanan Emhoff
dari Hong Kong itu dikisahkan menjadi awal mula pecahnya penyebaran virus di
AS. Bisa dibilang, Emhoff menjadi pasien 01. Emhoff sendiri tidak selamat dalam
film ini. Ia meninggal setelah mengalami kejang-kejang, kemudian mulut berbusa
dan sempat koma. Ini menjadi gejala
utama dari virus yang diceritakan dalam Contagion dengan nama MEV-1. Diagnosis
klinis menyebutkan bila pengidap MEV-1 ini akan mengalami radang otak. Ini
berbeda dengan gejala utama virus corona dimana pengidapnya akan mengalami gejala
pneumonia bila terinfeksi dengan akut.
Setelah identifikasi pertama
kali akan adanya penyebaran virus yang belum diketahui, cerita kemudian
bergulir dengan mengisahkan beberapa tokoh dari latar belakang berbeda
melakukan penanggulangan virus. Ada tokoh dari World Health Organization,
Leonora Orantes (Marion Cotillard), yang melakukan pelacakan sampai ke China
untuk menemukan asal muasal MEV-1. Orantes dikisahkan dalam film ini sebagai
ahli epidemiologi.
Lalu, ada Dr. Erin Mears
(Kate Winslet), sebagai petugas dari Lembaga Intelijen Epidemik/Epidemic
Intelligence Service AS. Ia melakukan sebuah pekerjaan dari apa yang sering
didengar akhir-akhir ini dari berita, yaitu “contact tracing”. Di bawah
supervisi Dr. Ellis Cheever (Laurence Fishburne) dari Lembaga Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit/Center for Disease Control and Prevention, Mears melakukan
penelusuran riwayat para pengidap MEV-1 di beberapa kota di AS. Mears sendiri
dikisahkan mengalami akhir yang cukup tragis karena ia akhirnya terinfeksi
MEV-1 di tengah-tengah pekerjaannya. Mears tidak selamat dan akhirnya harus
dikubur secara massal. Hal yang menarik dari adegan pemakaman Mears adalah
lokasinya mirip-mirip dengan visual berita penguburan massal korban virus
corona di Hart Island, New York. Ratusan jenazah dengan balutan kain berwarna
putih yang dijejerkan di sebuah tanah lapang. Kemudian terdapat gedung tua yang
sudah terbengkalai di sekelilingnya. Sedikit banyak mengingatkan visualisasi
dari Hart Island.
Selain tokoh-tokoh yang
berlatar belakang pegawai pemerintahan, ada warga biasa. Ia adalah Mitch Emhoff
(Matt Damon). Mitch dikisahkan sebagai suami dari Beth Emhoff. Ia diceritakan
mengalami drama yang cukup pahit di sepanjang film. Mitch harus menerima fakta
bahwa istrinya dan anak bungsunya meninggal karena MEV-1. Lalu, yang lebih
pahit, Mitch mendapatkan informasi dari Dr. Mears yang menyebutkan bila Beth
sempat menyimpang dulu ke Chicago sebelum pulang ke rumah dari Hong Kong.
Ternyata, di Chicago ini Beth sempat berhubungan seks dengan mantan kekasihnya
dulu. Dr. Mears sendiri mendapatkan kabar demikian setelah melakukan
penelusuran riwayat Beth ke Lembaga Keimigrasian AS. Di bagian film, Dr. Mears
sempat curhat kepada atasannya, Dr. Ellis, mengenai beban pekerjaannya. “Dalam
penelusuran riwayat ini aku sampai harus memberitahu kepada seseorang mengenai
istrinya yang selingkuh,” kata Dr. Mears.
Lihat, dari latar
belakang tokoh-tokoh itu, ada pola-pola yang familiar dengan kejadian pandemi
virus corona akhir-akhir ini. Ada penyebaran kasus yang bermula dari transmisi
secara impor, ada orang-orang yang melakukan penelusuran riwayat pengidap virus,
ada penguburan massal. Masih ada hal-hal familiar lainnya yang dikisahkan dalam
film ini, seperti bagaimana para peneliti berjibaku meneliti virus dan mencari
vaksinnya di Biological Safety Laboratorium 4 (BSL 4), kemudian bagaimana Dr.
Ellis berbicara kepada rekannya bila pencegahan yang terbaik untuk menangkal
MEV-1 adalah dengan melakukan penjarakkan sosial/social distancing, setiap
orang harus diisolasi dan menjauhi sesamanya. Bahkan ketika dia diwawancara
oleh seorang jurnalis mengenai hal yang harus dilakukan di tengah pandemi
MEV-1, ia mengatakan, “wash your hands”.
Lalu, cara infeksi virus
MEV-1 pun luar biasa familiarnya dengan yang sering kita dengar akhir-akhir ini.
MEV-1 dikisahkan sebagai virus yang menular secara “permukaan”. Ia bisa hinggap
di berbagai benda. Bila benda itu tersentuh oleh bagian tubuh manusia, seperti
tangan, dan kemudian masuk melalui hidung serta mulut, maka virus tersebut bisa
menular. Dalam salah satu adegan, Dr. Mears bahkan mengatakan agar seseorang
menghindari muka disentuh dengan tangan.
Namun, kemiripan yang
paling bikin merinding adalah mengenai asal-muasal MEV-1, yakni dari kelelawar
di daratan China. Lihat, sangat mirip dengan asal muasal virus corona yang selalu
diceritakan akhir-akhir ini bukan? Saat mengisahkan bagaimana kelelawar menyebarkan
virus, sang sutradara menuturkannya dengan cukup politis. Penuturan yang
meninggalkan kesan bagiku. Awalnya dikisahkan tengah ada pembalakan hutan di
suatu tempat di daratan China. Pepohonan digambarkan bertumbangan seiring
dihantam oleh backhoe. Visualisasi kemudian beralih ke sekelompok kelelawar
yang beterbangan, melarikan diri dari sarangnya di salah satu pohon yang tumbang.
Gambar kemudian fokus ke
satu kelelawar yang hinggap di pohon pisang dan memakan buahnya. Kelelawar itu kemudian
terbang kembali sambil membawa potongan buah pisang dan hinggap di sebuah
peternakan babi. Potongan kecil pisang yang sempat dibawa oleh kelelawar
tersebut kemudian jatuh tepat ke kandang babi. Salah satu babi kemudian
memakannya. Adegan kemudian beralih ketika babi tersebut telah diubah menjadi
bahan masakan di sebuah restoran oleh seorang koki. Digambarkan kemudian seseorang
mendekati sang koki yang tengah memegang babi itu dan berbisik kepadanya, memberitahu
bila ada seorang konsumen yang ingin berbicara. Koki tersebut mengiyakan dan
kemudian kamera fokus ke saat dimana sang koki mengusap-usap tangannya ke
celemek yang menempel di tubuhnya. Tidak beberapa lama, ternyata dikisahkan
bila koki tersebut bertemu dengan Beth Emhoff. Beth kemudian bersalaman dengan
sang koki dan mengambil foto bersama dengan telefon pintarnya.
Kronologi itu bagiku
sangat berkesan. Pertama, ada faktor sosial dan politik di dalamnya. Menjadi
sebuah faktor sosial bila kita melihat bila perjalanan virus itu berkaitan
dengan kerja-kerja yang ada di berbagai segi kehidupan masyarakat. Mulai dari
kerja yang ada di dalam industri pembalakan hutan, sampai industri perhotelan.
Di satu sisi hal itu saling berkaitan, tetapi di sisi laitan, kaitan itu
berlangsung dengan cara yang sangat random.
Kemudian menjadi politis
ketika kita memikirkan faktor seperti pembabatan hutan di dalamnya. Kita tahu,
pembabatan hutan bisa menjadi hal yang cukup kotor dan penuh intrik. Proses
pembabatan hutan dengan segala intrik dan kekotorannya itu, terutama bila
dilakukan oleh sebuah industri, berorientasi pada laba yang direpresentasikan
oleh setumpuk uang dan catatan angka dalam sebuah pasar saham. Selama ini,
dorongan atas laba selalu dikisahkan sebagai ekses dari pengelolaan tatanan
sosial yang secara inheren destruktif. Ia juga kerap dilambangkan sebagai
bentuk keegoisan dan keserakahan umat manusia. Sisi negatif manusia sebagai
makhluk sosial.
Dan bila memikirkan
tentang bagaimana asal muasal virus corona, utamanya bila memperhatikan narasi
yang disepakati sejauh ini, yakni dari sebuah pasar hewan liar di Wuhan, China,
faktor keegoisan dan keserakahan yang sangat politis itu juga, sedikit-banyak,
mirip-mirip. Di sini kita berbicara tentang perburuan hewan liar untuk
kepentingan laba. Dan perburuan atas laba, sebagaimana sejarah dunia
menunjukkan kepada kita, selalu bergerak dengan tanpa titik akhir. Ia akan
terus-menerus bergulir tiada habisnya. Terus membesar sepanjang ada ruang yang
memungkinkan untuk perburuan atas laba itu dilakukan.
Namun, kecenderungan perburuan
laba tanpa titik akhir juga berkontradiksi dengan batasnya sendiri, dengan daya
tampungnya sendiri. Di lapangan ekonomi, kita kerap mendengar sebuah krisis,
entah itu di sektor perbankan, perumahan sampai energi. Krisis itu berjalan
dalam pola yang mirip-mirip, dari yang awalnya begitu bernilai sehingga semua
orang menyemut di pusatnya hingga akhirnya ia meletus, pecah dan tidak
meninggalkan nilai apapun. Dari sini, tiba-tiba semua orang panik. Para pialang
saham mulai berpikir bunuh diri, aparatus negara sibuk mencari kambing hitam ke
makelar-makelar investasi dan perbankan (dalam banyak kasus, negara bahkan
menalangi pihak-pihak yang bersalah tersebut dengan pajak rakyat), kemudian para
debitur tiba-tiba terjerembab ke dalam jurang kemiskinan akut. Siklus seperti
itu selalu berulang. Terus berulang sampai semua orang beranggapan memang
begitulah hidup.
Terlepas dari persoalan
ekonomi di atas, sebuah pandemi pun tampaknya tidak terlepas dari faktor
perburuan atas laba ini. Virus corona dari pasar hewan liar sebagaimana telah
ditulis sebelumnya di atas. Kemudian Black Death pada pertengahan abad-14
lampau di daratan Eropa yang bermula dari tikus-tikus yang keluar dari lambung
terdalam kapal para pemburu rempah. Pola perburuan atas laba melekat di dalam
asal muasal sebuah pandemi virus.
Beberapa waktu lalu,
seorang selebgram (entah siapa, lupa namanya), sempat dihujat oleh netizen.
Selebgram itu beranggapan bila virus pecah menjadi pandemi karena manusia telah
begitu merusaknya sebagai makhluk hidup. Menurutku, ada benarnya, tapi juga ada
tidak benarnya. Benar bila mempertimbangkan perburuan atas laba ini dilakukan
oleh manusia dan hanya spesies ini yang bisa berpikir tentang laba seperti itu.
Tapi, manusia, ketika berburu laba, bukan semata-mata karena faktor ia memang
meniatkannya seperti itu saja. Namun ada kondisi lain yang mengharuskan manusia
bertindak demikian dan kondisi lain di sini adalah tatanan sosial yang
melandasi tindakan tersebut. Dari sudut pandang ini, bagiku, menjadi tidak
benar bila menyalahkan sepenuhnya manusia sebagai sumber utama pecahnya pandemi
virus. Ada hal lain yang lebih dalam dari sekadar perhatian kepada manusia
sebagai makhluk yang diisolasi secara individual saja, yakni terkait tatanan
sosial dimana manusia itu berada.
Dan sejauh berpikir
tentang pandemi sebuah virus, bagiku, adalah saatnya memikirkan dengan
sungguh-sungguh tatanan sosial tempat dimana kita berada. Dengan mengambil
suatu cara pernyataan yang sempat dikemukakan oleh selebgram itu, setidaknya sebuah
pertanyaan bisa dikemukakan juga: apakah tatanan sosial kita, tatanan yang
memberikan tempat dan cara bagaimana kita hidup dan menghidupi diri
bersama-sama dengan yang lainnya, telah begitu tidak terkendali dan merusak?
Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?
2 komentar:
Izin promo ya Admin^^
bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
add Whatshapp : +85515373217 ^_~
Posting Komentar