Rabu, 27 Februari 2019

Eksil di Arus Utama




Rasanya ingin teriak sekeras-kerasnya. Tapi, hey, kau tahu? Umurku sudah mau beranjak ke angka 35 pada tahun ini. Berteriak sekeras-kerasnya dan membanting benda-benda, seperti gitar misalnya, tampak seperti bocah ingusan yang terlalu banyak teracuni lagu Pearl Jam zaman album Versus. Terlihat tidak pantas. 
                
Tapi, apa itu pantas dan tidak pantas? Siapa yang mendefinisikan itu semua? Ada norma, ada adab, ada tradisi yang menyelimuti masyarakat kita, menentukan apa yang boleh dan tidak, pantas dan tidak. Nilai-nilai itu merepresi keinginanmu, tapi sekaligus nilai-nilai itu yang membuat masyarakat mampu berjalan sampai saat ini. Lalu, pilihan seperti apa yang mau kau ambil? Kebebasan dirimu sendiri atau memikirkan orang-orang di sekitarmu? Silahkan ngalor-ngidul dari sini. 
               
Hanya saja, waktu tidak terasa bergulir sudah sedemikian jauhnya. Pada titik ini, kau masih saja merasa seperti bocah kemarin sore. Bocah yang di kepalanya hanya mengidamkan kaset Madball yang dipajang di toko kaset yang kini sudah bubar dihantam mp3. Kau masih hidup dalam fantasimu sendiri, hidup dalam era sukacita pemberontakan buatan industri videoclip 1979-nya Smashing Pumpkins yang siarannya dimonopoli oleh MTV. Tanpa kau sadari, dunia sudah berubah dengan sangat drastis. Kau hanya tidak merasakan apapun pada awalnya hingga dalam satu titik, kau menyadari dalam kesendirianmu, bahwa hidup ini tidak memiliki makna apapun. 
         
Beban ada didalam benakmu. Tagihan, perencanaan jangka panjang dan pendek, tabungan, keinginan untuk mapan, tanggungan yang kau harus pikul. Semuanya kau terima dan angkut karena kau berpikir itu memang kewajiban yang harus dijalani. Imbalan? Bukan pada tempatnya memperkarakan itu di sini. Tujuan? Tidak ada tujuan, kecuali menjaga orang-orang terdekatmu tetap sehat dan berupaya membalas derma yang telah mereka berikan selama ini. Selebihnya, tidak ada makna apapun.
                                 
Apakah hari-hari seperti ini yang dilewati oleh orang-orang lainnya? Menjalankan suatu keharusan yang memang harus dilaksanakan tanpa mengetahui ada apa di balik langit ketujuh sesungguhnya? Aku mengira-ngira, fantasi liar apa yang melesat sekelebat dalam benak mereka ketika bergumul dengan keseharian tanpa makna ini?
               

Tidak ada komentar: