Minggu, 07 Juni 2015

Di Luarnya Sih Tenang, Di Dalam Bergejolak


"Di luarnya sih tenang, tapi di dalamnya bergejolak," ujarnya sambil lalu. Di balkon kala itu, merokok, ngalor ngidul ala kadarnya sambil menunggu waktu pulang. Kami bertiga yang berumur rata-rata 30 ke atas. Dua lainnya sudah berkeluarga, hanya aku yang belum.

Dia kemudian menyatakan dirinya masih sanggup bertingkah muda yang energik. "Tapi," ujarnya kemudian, "seiring umur bertambah, fisik memang tidak pernah bohong. Jadi cepat masuk angin."

Tawa tanggung terdengar di balkon malam itu. Suara tawa kecil, dan serba canggung. Tapi, karena suasana di balkon sedang sunyi, tawa lemas itu jadi terdengar jelas.

Masa mudanya memang cukup beringas. Ibarat intisari puisi Dead Poets Society yang sempat kubaca lama lampau; masa muda dijalani ibarat mereguk saripati kehidupan hingga ke sumsumnya. Kapten O' kapten, meskipun kapal oleng, peduli setan, hajar terus bleh. Narkotika, keluar masuk panti rehabilitasi, main perempuan, drop out sekolah, tidak tamat kuliah, semua dilakoninya.

Kini, di umur yang ke 33, dia baru saja menyambut anak yang kedua. Berbekal ijazah pesanan setara sarjana, pekerjaan di sebuah perusahaan leasing selama beberapa tahun terakhir, sebuah keluarga telah dibina seperti layaknya sebuah keluarga pada umumnya. Ayah bekerja, Ibu mengurus persoalan rumah tangga, anak-anak sedang gemetz-gemetznya menjadi pelipur lara ayah dan ibu--di tengah-tengah tekanan cicilan, rutinitas kerja, adaptasi kelakuan suami-istri yang tak berkesudahan.     

Si Ayah sudah pasti kompromi. Tegukkan saripati kehidupan Dead Poets Society ditinggalkan. Memang tampaknya harus begitu.

"Hheuuh, pusing-pusing," di tengah-tengah obrolan balkon lainnya kemudian dia berkelakar tentang kehidupan rumah tangga, "di rumah sekarang mah ada absensi; dateng jam berapa, keperluan apa, terus tanda tangan. Begitu juga kalau keluar."

Tawa lemas lagi. Membayangkan urusan rumah tangga disamakan mau kunjungan ke pabrik Kahatex lewat resepsionis.

Jadi, ada lawakan yang dia presentasikan sebenarnya. Sebenarnya, gejolak muda masih ada. Tapi, umur yang ke 33 tidak menutup fakta bahwa dia sekarang rentan masuk angin. Kemudian, kehidupan berkeluarga sudah harus mengubahnya untuk menjadi lebih kompromistis, karena memang tanggungjawab yang ada itu sungguh-sungguh dan tidak segampang membaca puisi pemberontakan jiwa seperti Dead Poets Society.

Pikiran manusia dianugerahi kemampuan untuk terbang bebas kesana kemari. Namun pikiran itu sumbernya ada di otak manusia. Sementara manusia sendiri memiliki kondisi fisik yang memiliki batas-batas tertentu. Keberadaan manusia juga dipengaruhi oleh pola hubungannya dengan orang-orang lain, manusia sebagai makhluk sosial. Saat manusia menjadi makhluk sosial, seperti ada sebuah sistem yang mengikatnya, sehingga dia tidak bisa menjadi individu yang utuh karena berbagi dengan yang lainnya.

Ada banyak lawakan tentang pikiran manusia dan kondisi fisik, sosial, manusia yang mengkungkungnya. Ada lawakan itu yang berbuah tragedi, ada yang menghasilkan cerita sukses inspiratif. Tapi, di atas semua itu, cukup menyesakkan mengetahui lawakan lainnya tentang asal mula kehidupan ini sebenarnya hanya kebetulan semata. Kebetulan meteor menghantam bumi, dinosaurus punah, dan sejalan dengan rantai evolusi, manusia kemudian berkembang.

Dan dalam perkembangan evolusinya, manusia dipaksa melawak saat pikirannya berkembang sedemikian rupa sehingga bisa terbang bebas dalam ruang dan maju (berimajinasi)-mundur (mengenang) dalam waktu, namun tidak demikian halnya dengan kondisi fisik yang berjalan linier menurun. itu semua berawal dari kebetulan, dan bisa saja kebetulan itu kebawa-bawa sampai akhir hayat.

Sesudah nongkrong di balkon, dan sampai ke rumah. Seorang teman mengabarkan sudah resign dari tempat kerjanya. Tapi, tampaknya masalah yang dirundungnya selama 3 tahun terakhir tidak terpecahkan. Dia masih berkutat antara keinginan sama kenyataan. Aku tidak tahu harus merespon apa, karena bukankah semuanya begitu. Aku pun begitu.

"i've been told not that road. i've been flatlined. My life's goes cold. Come first light i'll be gone. A cold colored blue just for you. Life goes cold."
-Flatlined, Bloodsimple-

Tidak ada komentar: