Senin, 01 September 2014
Ingatan Lama
Bandung Sabtu sore. Hujan baru saja turun. Curahnya tidak terlalu besar, namun angin berhembus sedikit lebih kencang. Membuat hawa menjadi lebih dingin dari biasanya.
Hawa dingin sebenarnya masih bisa dinikmati. Namun tidak demikian dengan cipratan air dari genteng ke teras dimana kami nongkrong saat itu. "Masuk aja ke ruang tamu. Ga enakeun di sini mah," kata Ari sambil membereskan cangkir kopi bekas kami minum, "udah kerasa belum? Kita bikin lagi kopinya."
Ari. Orang ini aneh-aneh saja dari dulu. Saat saya dan kawan-kawan lainnya masih sangat hijau ketika di bangku SMP, dia sudah mengenalkan pil dekstro, dan ganja. Bagi kami yang masih cupu, pengalaman pertama mengonsumsi pil dekstro dan ganja tentu jadi pengalaman aneh. Sekarang, dia sudah mengenalkan barang yang aneh lagi: kopi yang bahan dasarnya terbuat dari ekstrak daun ganja. Dalam urusan permabukan, tampaknya dia selalu yang terdepan.
Tidak beberapa lama, Ari datang ke ruang tamu sambil membawa secangkir kopi ganjanya. Ini berarti gelas kopi kedua yang kami minum. Sepintas, kopi ganja hampir sama rasanya dengan meminum kopi Kapal Api. Tapi, akan ada sedikit rasa menyerupai teh jati. Mungkin rasa itu yang berasal daun ganja.
Suasana saat itu mendukung sekali: hujan, hawa dingin, rokok, kopi panas yang terbuat dari ganja, dan Kota Bandung. Kurang apa lagi. Kami menikmati hidup, tanpa khawatir bau asap ganja tercium oleh tetangga atau orang-orang rumah. Kami menghabiskan waktu ngaler-ngidul kesana kemari.
Ari adalah seorang teman lama. Hanya disatukan oleh sebuah fase yang berdurasi tiga tahun. Sekarang, sudah 15 tahun kami menjalani hidup masing-masing. Bertemu hanya sesekali saja, paling hanya setahun sekali. Sangat jarang. Setahun sekali pun bila ada acara buka bersama angkatan sekolah. Namun, semenjak tahun 2011, acara buka bersama sudah tidak ada lagi. Itu berarti, pertemuan dengan Ari terakhir kalinya adalah tiga tahun yang lalu.
Setiap kali bertemu dengannya, topik obrolan tidak jauh soal hari-hari ketika kami masih bersama di bangku SMP. Membicarakan kelakuan jail dan kenakalan remaja. Tiap tahunnya pasti saja selalu ada obrolan itu. Meski sudah diobrolkan berulang-ulang, dan ceritanya pun tetap sama. Di antara yang lainnya, Ari yang paling sering membicarakan masa-masa itu.
Ari punya ingatan kuat tentang waktu-waktu yang telah kami lewati bersama: dia masih ingat detail cerita, terkadang tanggal dan hari kejadian, sampai nama orang. Tidak seperti diriku yang seringkali lupa. Dia masih ingat, dan yang paling terus membicarakannya kembali secara panjang lebar bila saya dan kawan-kawan lainnya berkumpul.
Seperti hari itu, sambil sesekali menyeruput kopi ganja, kami membicarakan kenakalan remaja yang pernah dilakukan dulu. Pembicaraan yang selalu berulang tiap tahunnya. Selalu saja tertawa mengenai hal-hal lucu yang pernah terjadi pada masa lalu, meski hal-hal lucu itu sudah belasan kali diceritakan.
Saat itu pengaruh kopi ganja mulai terasa: tawa kami menjadi lebih nyaring dari biasanya. Cerita-cerita yang sudah berulang kali disampaikan pun serasa menjadi baru kembali, karena suasana. Ambience. Pengaruh herbal cannabis.
"Bukan apa-apa. Saya mah seneng kalau ngobrolin masa-masa itu. Enak diingetnya. Masa-masa itu tuh ga ada beban. Ngenangnya juga jadi enak," kata Ari di tengah-tengah obrolan.
Setelah seringkali bertemu, dan berulang kali menceritakan kisah yang sama--yang itu-itu saja--baru kali ini aku seolah-olah mendapatkan penekanan baru atas kisah-kisah daur ulang tersebut. Penekanan baru yang keluar dari ucapan seorang teman-sepermabukan-lama. Ucapannya itu tiba-tiba saja membuatku tertegun: enak diingat, tidak ada beban.
Pikiranku yang saat itu bermuara ke masa-masa 15 tahun silam, seakan mencoba mengalir lebih jauh lagi. Mencoba memungut gambaran yang selama ini sudah berbentuk kepingan-kepingan dan buram agar sebisa mungkin tersusun utuh dan jelas. Gambaran-gambaran mengenai diriku pada masa lampau...bagaimanapun juga, aku pernah merasakan seperti yang Ari ucapkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
sejak nikah, gw makin sering mengalami fase kyk gini bo. Auk dah ngapa. Hahaha.
Posting Komentar