Sabtu, 30 November 2013
Para Pengolah Batu di Cisanggarung
Sejumlah warga terlihat mengolah batu alam di sepanjang jalan utama di Kampung Cisanggarung, Desa Cikadut, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung. Beberapa di antaranya ada yang bernaung di bawah tenda di sisi jalan utama sambil memotong batu alam agar berbentuk persegi. Beberapa di antaranya ada yang melakukan itu di halaman rumahnya. Di sekeliling mereka, bertumpuk-tumpuk batu alam yang masih belum berbentuk tampak menjadi latar belakang.
Tidak jauh dari jalan utama Kampung Cisanggarung, tepatnya di RT 1 RW 11, tampak sebuah bukit yang sebagian besarnya sudah terkikis, karena diekstraksi oleh para penambang batu alam. Sejumlah warga di sana menyebutnya dengan Batu Templek. Bukit itu menyediakan bahan baku bagi para pengolah batu alam tersebut.
Di sekitar bukit, tampak pecahan-pecahan bebatuan berserakan, sedangkan di sisi bukit, terbentang tebing yang membuat pemandangan menjadi sangat indah. Sejumlah kuli di sekitar bukit terlihat memulung bebatuan-bebatuan yang ada untuk diukur besarannya. Setelah diukur, batu alam tersebut kemudian ditawarkan kepada para pengolah bebatuan.
Geliat aktivitas di sekitar tambang itu telah menciptakan rantai produksi yang melibatkan banyak orang, terutama bagi warga Kampung Cisanggarung. Beberapa di antaranya ada yang bekerja mengambil batu dari bukit, ada juga yang memulung batu hasil ekstrasi, dan lainnya ada yang mengolah bebatuan tersebut menjadi bahan yang biasa dipakai untuk tembok rumah.
"Saya sudah hampir 15 tahun memulung bebatuan di sini. Pertamanya, saya ikut Ayah memulung bebatuan. Kebiasaan itu akhirnya berjalan sampai sekarang," ujar Oman (34), warga Kampung Cisanggarung, RT 2 RW 11, saat ditemui di dekat bukit.
Oman mengatakan, tidak hanya dirinya saja yang semenjak remaja sudah masuk ke dunia pertambangan batu alam di bukit tersebut. Namun, banyak warga lainnya yang juga seperti dia; memulung atau mengolah batu di sekitar bukit semenjak remaja.
"Da atuh cep, bisa dicobain bagaimana kalau tiba-tiba warga yang kerja di sini disuruh pindah profesi. Itu akan kerasa susah dan berat. Sama, saya juga seperti itu. Sudah terbiasa mengolah batu alam dengan sangat lama," ujarnya.
Bagi Oman, pekerjaan itu sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya, meski dia mengaku, pendapatan yang dihasilkannya tergolong pas-pasan. Dia menyebutkan, keuntungan dari batu yang diambilnya dari sekitar bukit sebesar Rp 10.000 per meter. Per harinya, dia rata-rata membawa batu setara 50 meter. "Yang 50 meter itu kemudian dibagi lagi sama lima kawan saya," katanya.
Cerita Oman adalah cerita soal kuli pemulung batu, sementara untuk para pengolah batu, akan banyak dijumpai di sisi-sisi jalan utama Kampung Cisanggarung. Soleh (53) warga RT 3 RW 12, misalnya. Dia baru lima tahun mengolah batu. Sebelumnya, dia menjadi sopir truk semenjak 1977.
"Tidak ada kesulitan berarti ketika saya pindah profesi dari supir ke pemotong batu. Soalnya, ini termasuk pekerjaan kasar. Lagipula, saya lelah terus-menerus jadi supir, karena macetnya saat ini tuh minta ampun," katanya.
Dia mengatakan, satu-satunya modal yang dia perlu miliki hanyalah gergaji mesin. Batu alam yang terkumpul itu sebelumnya tidak beraturan bentuknya, oleh orang seperti Soleh, batu-batu itu kemudian dibentuk dan dihaluskan.
"Kalau seperti saya masih kerja borongan. Dari atasan biasanya disuguhin batu alam sekian banyak untuk diolah. Atasan saya itu dapat batunya setelah membeli dari para pemulung di sekitar bukit itu," ujarnya.
Dia menyebutkan, dirinya biasa diupahi berdasarkan panjang batu yang telah diolahnya. Per meternya biasa dihargakan sebesar Rp 7.500. Dalam sehari, Soleh mengaku, mengolah batu sekitar 7-6 meter. "Pendapatan kotornya sekitar Rp 50.000 per hari," tuturnya.
Batu-batu yang telah dihaluskan dan dibentuk oleh Soleh, kemudian dijual oleh atasannya. Menurut Soleh, batu-batu alam itu sudah beredar ke banyak tempat. "Ada yang ke Jakarta, Palembang, atau Bengkulu," katanya.
Bukit yang terletak di Kampung Cisanggarung bukanlah satu-satunya bukit yang memiliki kandungan batu alam. Tidak jauh dari situ, yakni di Kampung Sentakdulang, RT 1 RW 2, juga terdapat bukit yang dijadikan lahan untuk penggalian batu alam. Sama seperti di Cisanggarung, geliat pengolahan batu alam juga tampak di sekitar bukit tersebut. Sejumlah warga, dengan jenis pekerjaannya, menjalani kesehariannya masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar