Sudah sampai di sini rupanya dirimu. Di momen seperti ini, kamu masih berpikir, ada sebuah titik hitam di jarak yang tak terkira jauh di belakang. Kamu tidak mengingat apa itu. Hanya saja, rasa-rasanya seperti yang pernah diutarakan Stephen Hawking; seperti ada sebuah lubang hitam yang menghisap segala sesuatu yang berada di sekitarnya.
Bintang yang mati, mereka menyebutkannya. Sebuah bintang yang
tidak lagi memancarkan cahaya. Panasnya sudah meredup ribuan tahun lamanya.
Bintang mati itu hanya menjadi benda yang dingin tanpa panas cahaya di
tengah-tengah angkasa hitam pekat. Namun demikian, daya gravitasi yang
dikandungnya semakin membesar, dan semakin kuat pula tarikan terhadap
benda-benda yang ada di sekitarnya.
Sebagian ahli fisika menyebutkan, sekali benda masuk ke dalam bintang mati itu, dia tidak akan bisa keluar lagi. Tapi, ada juga sebagian ahli fisika yang berpendapat, jalan keluar dari lubang hitam masih dimungkinkan. Bintang hitam masih bisa menguapkan benda-benda yang sempat dihisapnya, dan itu tergantung pula besar-kecilnya massa bintang tersebut. Semakin kecil massanya, semakin cepat penguapan itu, dan sebaliknya. Konon.
Dan disinilah dirimu. Menoleh ke belakang. Amnesia masih menyelimuti pikiranmu. Ada yang ingin kauingat, dan kau perbaiki di jarak jauh di belakang itu. Namun, kau masih tidak mengetahuinya. Lalu, kau menatap ke depan dengan tidak yakin. Rasa-rasanya masih ada yang menyeret dirimu dari jarak jauh di belakang sana. Kau masih tidak ingat dengan apa yang ada di jarak jauh di belakang. Tapi, di sanalah terdapat sebuah titik hitam, layaknya bintang mati. Kau dapat merasakannya.
Kau kemudian melanjutkan perjalanan dengan membawa sisa-sisa pengalaman yang telah kau lalui dengan sempurna, maupun tidak sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar