Minggu, 05 Mei 2013

Pembangunan.


Seketika lampu hijau menyala di perempatan jalan. Para pengendara motor serentak menarik gas kendaraannya dalam-dalam. Begitu juga dengan diriku. Ada beberapa pekerjaan yang harus kuselesaikan, dan aku butuh menyelesaikannya dengan cepat agar pekerjaan lainnya yang menungguku dapat ku mulai segera.
 
Akan tetapi, orang paruh baya pengayuh becak dari arah yang lain kadung melintang di tengah perempatan jalan. Ayuhannya sangat lambat, dan tak pelak menghambat aliran kendaraan dari jajaranku yang tampak seperti air bah yang baru saja dilepaskan oleh lampu stopan.

Bunyi klakson dari arah belakang mulai terdengar. Mereka tidak ingin terjebak lagi oleh lampu merah, mereka mendesak pengemudi di depan agar segera melaju cepat. Semuanya sedang tergesa-gesa.

Pada dasarnya, aku yakin, sang pengayuh becak lebih memilih becak yang menggunakan mesin agar bisa melaju cepat (bila ada), ketimbang bersusah payah mengayuh becak dengan kaki sendiri. Mengayuh becak dengan kaki sendiri hanya menyisakan pegal dan bau tubuh karena peluh yang deras mengucur. Belum lagi pendapatan menarik becak hanya segitu-segitunya.

Tapi, tidak semuanya di dunia ini seragam. Ada mereka yang sanggup membeli rumah di atas Rp 3 miliar, dan ada mereka yang harus rela menggelandang di bawah jembatan layang. Begitu juga sang pengayuh becak di perempatan itu dengan ratusan pengendara motor, yang beberapa di antaranya menyalakan klakson dengan nada tak sabaran, karena merasa jalannya dihalangi oleh sang pengayuh becak.

Bapak pengayuh becak...dia tergesa-gesa untuk menepi memberikan jalan, sedangkan aku-bersama pengendara motor lainnya-tergesa-gesa untuk melaju...

Bila ada yang namanya akselerasi pembangunan, bapak pengayuh becak itu tampaknya menjadi orang yang termangu di tepian jalan. Melihat bagaimana motor-motor melaju sangat kencang di jalan raya. Melaju dengan kecepatan yang, dia tahu, tidak akan bisa diimbangi oleh becaknya.

Tampaknya dalam pembangunan ekonomi seperti yang selama ini terus didengungkan, akan ada orang-orang tersisih. Bisa diriku, dirimu, dan orang-orang lainnya.

Tidak ada komentar: