Selasa, 06 November 2012

Yang Terberi




Ada orang yang berpendapat, realitas itu tidak seperti dongeng di layar kaca. Tidak selalu sebuah akhir cerita menawarkan kebahagiaan, katanya. Realitas…dunia riil…justru berakhir dalam keadaan yang tidak bisa dibilang ‘bagus’, dan malah berakhir dalam sebuah misteri. 

 Di akhir realitas, kita justru disuguhkan dengan hilangnya nyawa, mendinginnya tubuh, dan  - bila mati wajar – tubuh itu akan dikubur di dalam tanah, dengan batu nisan yang dihias seindah mungkin di atasnya. Dan, setelah beberapa lama, tubuh di dalam tanah itu sendiri akan menyisakan tulang-belulang saja, seiring belatung menggerogoti daging hingga ludes.

Sedangkan bila mati tak wajar…banyak kemungkinannya: terombang-ambing di laut, tergantung di atap rumah dengan seutas tali tambang melingkari leher, atau bahkan jasad yang tak diketahui rimbanya. 

Setelah kemungkinan-kemungkinan itu…tidak ada yang diketahui kecuali cerita-cerita yang tercantum di kitab sebuah agama. Dalam kitab-kitab itu, tercantum cerita tentang alam baka, tentang dunia yang memiliki batas jelas: sebuah dunia yang baik (surga) dan sebaliknya (neraka). 

Seringkali muncul gambaran-gambaran dalam benak tentang kedua dunia itu…gambaran yang, disadari atau tidak, turut menyesuaikan dengan kondisinya. Ketika membayangkan surga, yang muncul dalam benak adalah segala sesuatu yang terkesan menyejukkan: sungai, pepohonan yang rindang, awan yang biru, dan sebagainya. 

Berkebalikan dengan neraka, dimana yang tergambar dalam benak adalah api, suasana gua yang pengap dan muram, dimana para pendosa di dalamnya berteriak-merintih memohon pengampunan.
Bayangan-bayangan…

Tidak ada yang bisa diketahui tentang dunia setelah kehidupan, kecuali bayangan-bayangan imaji yang kita dapatkan dari kisah-kisah ‘tua’ di dunia ini…kisah-kisah yang realisasinya bisa saja jauh berbeda. 

Bila realitas bukanlah cerita di layar kaca, lalu bagaimanakah peran manusia ketika harus menghadapi akhir realitas yang ‘biasa-biasa’ seperti itu? Bagaimanakah menjalani realitas yang terberi, yang begitu saja hadir?

Tidak ada komentar: