Senin, 22 November 2010

Si Tangan Tak Terlihat

Saya teringat beberapa perbicangan tentang pasar bebas beberapa waktu lalu. Tentang bagaimana doktrin yang ada di dalam term pasar bebas itu terus-menerus dikumandangkan, dan secara perlahan kita mengamininya. Salah satu doktrinnya adalah mengenai keharmonisan.
Bagaimana setiap pertentangan-pertentangan yang ada dalam sebuah 'pasar' akan terselesaikan begitu 'sang tangan tak terlihat' turun dari khayangan dan mengambil tindakan. Oleh sebab itu, mereka-mereka yang berpartisipasi didalam pasar tidak perlu dikekang. Sebaliknya mereka haruslah dibebaskan, karena dengan begitu, setiap orang dapat memuaskan hasratnya. Bila sekiranya hasrat itu terlampau destruktif, maka otomatis 'tangan tak terlihat' itu akan mengoreksinya. Membersihkannya dengan krisis, menyeleksi mereka-mereka yang mengalami destruktif akut, dan memulainya lagi dengan mereka yang lolos dari seleksi 'tangan tak terlihat'. Setelah itu, segalanya akan kembali "harmonis".


Aku ingat seseorang berkata, "tetapi siapakah pasar itu?"

Pertanyaan orang itu membuatku juga bertanya-tanya, terdiri dari apakah gerangan dibalik sesuatu bernama pasar bebas itu? Pastinya, 'gerangan' yang ada didalam pasar itu bukanlah hantu-hantu yang tidak terlihat, seperti si 'tangan tak terlihat' itu. Mereka seperti para sekumpulan pemegang saham, para spekulan finansial, para ceo korporasi multi industri, dan sepertinya, penjual sorabi eceran kembali dikecualikan dalam urusan ini.

Tidak ada yang harmonis bila melihat komposisi partisipan pasar bebas seperti itu. Sebagai pemilik yang mengantongi sarana produksi terkuat, mereka bisa menghajar siapapun yang menghalanginya meningkatkan laba. 'Proses seleksi alam' tidaklah senatural anugerah alam itu sendiri. Si Tangan Tak Terlihat itu tidaklah netral seperti didalam angan-angan. Dia tidaklah seadil seperti khayalan ratu adil yang dicita-citakan para patriot nasionalis yang putus asa. Tetapi dia mengerlingkan mata kepada pemberi kredit terkuat, dan memberi tatapan Medusa kepada mereka-mereka yang gagal bayar.

Pasar bebas bukan masalah suatu keadaan yang harmonis karena ada Tangan Tak Terlihat. Tetapi tentang adanya logika yang mengharuskan yang lain tumbang, sementara yang terkuat terus melaju. Dan munculnya logika ini terletak dalam hubungan sosial masyarakat itu sendiri. Hubungan sosial yang melalui perjalanan sejarah mendasarkan dirinya pada kepemilikan individual atas sarana produksi untuk akumulasi kapital. Hubungan sosial yang mengharuskan adanya kerja paksa orang lain yang diperhalus melalui bentuk upah agar proses akumulasi kapital terus berlangsung dengan skala yang meningkat.

Tidak ada doktrin hukum besi yang eksis diluar hubungan sosial manusia seperti Tangan Tak Terlihat. Interaksi dan pertentangan diantara merekalah yang memoles hukum-hukum yang dilihat sebagai keniscayaan itu. Tidak ada yang sakral. Semuanya hanyalah hasil proses sejarah yang ditulis oleh darah dan api. Dan manusia-manusia yang tersebar di jalanan yang paling kumuh, manusia-manusia yang kepuasan batinnya berkarat oleh desakan reproduksi hidupnya, dan cemas akan jaminan hari esok yang tidak secerah iklan asuransi, menjadi saksi atas peradaban pasar bebas yang mengharuskan penundukkan sejumlah besar massa manusia dari jenis-jenis mereka, ketimbang partisipasi dari mereka. Tidak ada yang harmonis dalam kebajikan pasar bebas.

3 komentar:

Just_rie mengatakan...

Laik this Bung. Cuma pertanyaannya: dalam ketidakharmonisan pasar bebas ini adakah cara kita bisa melawan?

Soalna Bung...orang-orang macam kita mah sudah terbelenggu sistem ekonomi negara (yang memang lebih dulu takluk atau berselingkuh sama itu kapitalisme)

Lieur euy :)whewwww

siluman mengatakan...

ceuk urg mah cara perlawanan ada bung...cm masalah kondisi masing2 orang atw komunitas dmn ybs hidup. contoh kecil, kondisi tasik jeung bandung...pasti beda pan? atau lebih gedena, indonesia sama malaysia?

jeung hiji deui: hukum pasar bebas. ti jaman abad XVIII nepi ayna, pasti nyieun pola nu sama: pemiskinan org2 (miskin dlm arti luasnya). nah, ceuk urg mah, didieu oge koncina, kmh ngebangun solidaritas (duduluran) jeung org2 nu dimiskinkeun ieu..

siluman mengatakan...

onya hiji deui, pasar bebas bisa dominan stlh sebelumna berjuang selama berabad-abad...trs, bisa jadi oge perubahan sistem ngambil waktu berabad-abad, da ieu mah masalah sistemik.

Nu pasti mah, urg emg terbelenggu sistem ekonomi negara, tpi asal aya nu 'aware' keneh, mudah-mudahan, pasti bisa aya hasilna...walaupun dipetikna bsa berabad-abad kahareup...(ikhlas beribadah we berarti ieu mah. hehehe).

Salam :)