Intinya adalah kehampaan hidup. Tetapi rasa-rasanya tidak cukup dengan sekadar menuliskannya secara langsung. Keinginan yang mendesak kuat adalah menjabarkannya, memetaforakannya, menganalogikannya...mendeskripsikannya begitu detail hingga kehampaan itu sendiri sirna. Tetapi, nampaknya mustahil. Kenyataannya, kehampaan itu sendiri seperti bergejolak didalam diri. Semakin menegaskan eksistensinya seiring penolakan yang bertambah masif.
Ada lubang dalam diri manusia, begitu dalam seperti rasa lapar yang tak kunjung kenyang. Kehampaan adalah rasa lapar yang tak sanggup kenyang. Semakin dipenuhi, semakin tak puas. Prosesnya sendiri tak pernah menjadi dinamika yang solutif: semakin mencari, semakin tak berhasil ditemui. Semakin kembali lagi ke titik awal: kehampaan itu sendiri.
Dan apakah yang bisa dicari untuk menghilangkan kehampaan? hubungan asmarakah? kekayaankah? prestisekah? atau apakah Tuhan, sesuatu yang hampa itu sendiri?
1 komentar:
"semakin mencari, semakin tak berhasil ditemui. Semakin kembali lagi ke titik awal: kehampaan itu sendiri."
sama kaya filsuf kang abo. terlalu lama mencari makna hidup, setelah dapat lalu mati.
nice.
Posting Komentar