Dan ada konflik dalam
proses pembentukan realitas. Gesekan-gesekan konflik kemudian menjadi kenyataan
yang tidak bisa dihindari oleh kita, kebanyakan orang. Meskipun setengah mati
kita menghindarinya, menampiknya, meniadakannya, menganggapnya tidak pernah
hadir. Nilai-nilai, doktrin, ideologi, dan semacamnya, yang pada intinya
mencitrakan kehidupan sebagai sebuah keharmonisan tanpa pertentangan, seolah-olah menjadi sebuah narkotik yang
sanggup membuat manusia melupakan segalanya sambil pada saat bersamaan, kanker
menggerogoti seluruh bagian tubuhnya. Ia berjalan ke arah kehancuran dirinya
sendiri. Kehancuran karena akumulasi penyangkalan-penyangkalan.
Namun kenyataannya,
banyak dari kita yang hanya bermodalkan keyakinan memegang hal-hal seperti itu.
Rasa-rasanya berpijak di dunia satu dimensi; kita meyakini, jauh di depan sana,
ada dunia tanpa perang, tanpa kelaparan, tanpa kemiskinan. Mungkin ideal-ideal
seperti itu hadir karena kerinduan kita tentang kehidupan yang paripurna, kehidupan
yang sakral. Kerinduan yang berangkat dari kelelahan hidup di dunia fana yang
penuh cela. Mungkin ideal-ideal seperti itu tidak bisa disepelekan juga karena
ia, bagaimanapun, bisa menggerakkan manusia. Menggugah manusia untuk meraih apa
yang diidealkannya. Dan pada gilirannya, turut membentuk realitas, membawanya
kepada kenyataan.
Kemudian, ada
kekuasaan yang menyelinap ke dunia yang kita pijak dan bersemayam di sana. Banyak ilmuwan yang telah
mencoba menjelaskan kekuasaan. Ada yang menganggapnya sebagai yang bersemayam
secara material, ada yang melihatnya tersebar secara arbitrer, dan tidak
sedikit yang merasakannya sebagai citra ilahi. Namun kekuasaan pun muncul bukan
tanpa sebab-akibat. Di dalamnya ada kontrol yang muncul dari kepemilikan atas sarana
yang berjalinkelindan dengan nasib orang-orang lainnya. Kekuasaan muncul karena
adanya ketimpangan, ada orang yang memiliki yang tidak dimiliki oleh
orang-orang kebanyakan. Karl Marx jauh-jauh hari setidaknya pernah berbicara
tentang sejarah dunia sebagai sejarah pertentangan antar kelas.
Kenyataan memang
turut terbentuk dari perbedaan sudut pandang orang-orang yang menghidupinya.
Dan orang-orang ini larut dalam arus besar dominasi yang saling mematikan.
Lalu, adakah jalan keluar?
*Judul terinspirasi
dari Komunal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar