Suatu waktu datang orang itu. Mathias namanya. Kedatangannya sungguh
seperti pejabat. Dia datang menggunakan mobil sedan bermerk Mercedez
Benz. Entah tipe apa, tapi dilihat dari bentuknya pastilah mobil mahal.
Sedan itu tidak dikendarai sendiri oleh Mathias, tetapi oleh supirnya.
Supir Mathias ini berambut cepak dan memakai baju setelan safari
berwarna biru tua. Tubuh supirnya itu tegap, atletis, dan mirip-mirip
awak Kopassus. Nampaklah betul si Mathias ini seperti pejabat: datang
dengan sedan yang biasa dikendarai oleh petinggi-petinggi dan dikawal
pula.
Kedatangan Mathias waktu itu disambut dengan perasaan segan
oleh para bawahannya. Setiap kali para bawahan itu menyalami Mathias,
mereka membungkuk dengan sangat khidmat. Betapa penting Mathias ini.
Tidak
beberapa lama, Mathias beserta seluruh bawahannya telah berkumpul di
Aula. Saat itu Mathias akan memberikan kata sambutan tentang usaha yang
baru dirintisnya. Sebagai seseorang yang telah mengeluarkan modal yang
begitu banyak, Mathias memang perlu untuk berpidato. Memberi wejangan
kepada para bawahannya yang telah diupah untuk menggerakan bisnis yang
sedang dirintisnya itu. Mewanti-wanti mereka agar bisnisnya itu tidak
dikerjakan dengan asal-asalan.
Cukup lama mata Mathias menyusuri
para bawahannya yang hadir di Aula itu. Seolah-olah dia mencoba
menyusuri isi hati bawahannya hingga lapisan yang paling dalam. Kemudian
dia berbicara.
"Menjalankan usaha ini diperlukan tekad yang kuat
dan kegigihan yang lebih. Namun begitu, dalam menjalankan usaha ini
janganlah hanya sekadar bekerja. Setelah itu sudah. Tetapi diperlukan
juga semangat kebersamaan dan kerja sama yang kuat," katanya.
Oh Mathias, Mathias.
Berbicara
tentang kerja sama kepada karyawan.... Bagaimana bila konsep kerja sama
itu dibicarakan dengan cara begini: laba bersih atau profit yang
terakumulasi pada akhir tahun dibuat terbuka bagi karyawan. Kemudian
diputuskan secara bersama-sama dengan seluruh karyawan mengenai
penggunaan profit itu kedepannya. Selain itu, diputuskan juga dengan
kesepakatan bersama bagaimana sebagian dari profit itu dikembalikan
kepada para karyawan sebagai pihak yang telah menghasilkannya melalui
kerja selama setahun penuh, sehingga akan tercipta kondisi yang seperti
kata pepatah dari bahasa Anglo-Saxon itu: from each according to his
ability, to each according to his need.
Itulah kebersamaan dan kerja sama.
Tetapi
sepertinya Mathias akan tertawa mendengarnya. Dia ingin berbisnis,
bukan membuat semacam koperasi. Buat apa berkorban uang banyak hanya
untuk berbagi-bagi dengan yang lainnya? Dalam hukum bisnis, profit
adalah bagiannya. Hasil atas pengorbanannya menggelontorkan uang dalam
jumlah yang amit-amit banyaknya. Tentu semua orang harus maklum, dia
susah-payah berkorban menggelontorkan uang untuk membeli infrastruktur
dan mengupah bawahannya. Sungguh keterlaluan bila ternyata
pengorbanannya itu tidak menghasilkan apa-apa.
Toh, bila ada
bawahannya yang tetap membandel dan mencoba-coba untuk menuntut
pembagian profit yang lebih adil, mungkin kasus yang terjadi di Freeport
akhir-akhir ini bisa dijadikan contoh oleh Mathias untuk memperingatkan
para bawahannya. Tuntutan para pekerja Freeport untuk mendapatkan
pembagian profit yang lebih adil harus diwarnai aksi kekerasan oleh
aparat keamanan. Hasilnya, satu orang pekerja Freeport tewas ditembus
peluru dan lainnya menderita luka-luka, ketika para pekerja itu mencoba
menduduki terminal Gorong-Gorong di Timika untuk memblokir angkutan
kendaraan yang akan ke Freeport. Setidaknya Mathias dapat memperingati
para bawahannya bila nanti ternyata ada yang membangkang: aparat
keamanan di zaman ini adalah aparatusnya penguasa kapital, bukan bawahan
yang manja dan banyak maunya.
Atas nama kemakluman...dan mitos,
profit tidak perlulah dicari asal-muasalnya dari mana. Cukuplah
dikatakan, itu adalah bagian dari yang empunya modal awal atas
pengorbanan yang telah dilakukannya. Bukanlah bagian karyawan
memusingkan perkara asal-muasal yang asal-asalan seperti itu. Cukuplah
bagi karyawan untuk bekerja tekun, karena kerja itu sendiri adalah
fitrah. Dengan bekerja, manusia dapat berfungsi. Dengan bekerja,
kebudayaan dibangun. Dengan bekerja, kesehatan keluarga di rumah dapat
terjaga. Dengan bekerja, manusia mampu meraih kesejahteraan.
Tidaklah
perlu dipikirkan kerja sebagai fitrah manusia yang selalu berada dalam
konteks ruang dan waktu tertentu. Cukuplah dipahami bahwa kebersamaan
dan kerja sama perlu ditingkatkan ketika dalam kondisi kerja, agar yang
bekerja nyaman, dan pada akhirnya, profit dapat didongkrak dengan lebih
tinggi lagi.
Mathias, Mathias. Kau sungguh orang penting.
1 komentar:
sayangnya, mathias di negeri ini ga cuma satu, ratusan ribu bahkan. sungguh mengerikan.
Posting Komentar