Mufti berkata, momen itu harus kau raih. Melewati momen tersebut dengan sia-sia hanya akan berarti lampu merah yang menyala. Melewatinya dengan kesia-siaan hanya berarti suatu pertanda, bahwa kau harus mulai mencemaskan diri mu. Ucapan Mufti itu sudah bertahun-tahun lamanya kudengar. Dan ucapan Mufti suatu waktu itu, yang kuingat saat ini, nampaknya menjadi suatu pengingat tersendiri bagi diriku, bahwa aku sudah melewati momen itu terlalu lama. Dan ya, seperti yang Mufti telah wanti-wanti pada masa itu: kecemasan akan sesuatu yang sebenarnya masih menjadi potensi, ternyata begitu membuat risau saat ini. Betapa menyedihkannya bila kupikir-pikir, bahwa betapa banyak waktu yang saat ini kusadari, ternyata telah tersia-siakan begitu saja.
Kamis, 18 Agustus 2011
Jumat, 12 Agustus 2011
Mengenai Ketidakpastian dan Pikiran-pikiran yang Mengelilinginya
Beberapa minggu kemarin saudaraku pernah mengatakan, bahwa saat ini bukanlah masanya untuk menyepelekan segala sesuatu. Sekecil apapun permasalahan yang dihadapi, kita harus menghadapinya secara serius dan menyelesaikannya hingga tuntas.
Catatan Mengenai Proses Kerja Dalam Kapitalisme
Setiap orang sudah mahfum dan memahami, bahwa dalam dunia kerja saat ini tujuan satu-satunya adalah meraih penghargaan dalam bentuk bayaran. Katakan saja bayaran di sini adalah upah. Satu-satunya yang ingin diraih adalah uang yang didapat di akhir bulan, ketimbang proses dalam aktivitas kerja dalam rentang waktu sebulan. Tentu upah menjadi sesuatu yang esensial, karena upah merupakan perantara bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasarnya: mencari makan, memakai busana yang pantas, dan membayar tagihan-tagihan lainnya yang menyangkut permasalahan “papan”.
Langganan:
Postingan (Atom)