Sabtu, 13 Maret 2010

Berteduh di Bawah Sepasang Mata

"…dan saat ini aku melangkah. Bukan untuk esok hari, maupun yang sudah lalu. Tapi, untuk tidak sekedarnya menjalani suatu fase ‘menjadi’". Revolution in everyday life.

Pertama kali kulihat sebuah foto dalam LCD Nikon D-70 temanku. Didalamnya terpampang sebuah wajah perempuan yang cantik dan, menurutku, mempunyai suatu daya tarik. Lama sekali kupandangi foto perempuan itu. Sebelumnya aku tidak begitu ‘ngeh’ dengan kehadirannya. Tapi, setelah kulihat fotonya dalam kamera itu, aku tersadar bahwa ia sebenarnya mempunyai daya tarik. Lama kupandangi wajahnya yang manis itu, kulihat bibirnya yang merah ketika dia tersenyum sambil menyandarkan wajahnya miring ke pintu. Pose yang memikat.

Dari semua bagian wajahnya yang paling menarik perhatianku adalah matanya. Adalah mata, sepasang mata, yang membuatku tidak bergeming ketika melihat wajahnya. Matanya begitu indah, seakan-akan aku terpayungi ditengah-tengah padang pasir yang gersang. Dan suatu waktu, aku mendapat kesempatan untuk bertatap muka dan berbincang-bincang dengannya. Ketika kuajak dia duduk dan mulai berbicara, pelan-pelan kutatap lekat-lekat matanya yang teduh itu. Aku tidak peduli lagi bila ia merasa aku suka kepadanya. Satu-satunya keinginanku adalah melihat matanya, menikmati tatapan matanya yang menentramkan itu. Ya, matanya bagiku memiliki daya tarik tersendiri. Sementara dia berbicara, aku menikmati sepasang mata yang sedang menatap wajahku.

Sekarang, aku berada di sudut kamar yang pengap oleh asap rokok, ditemani oleh sound Telephone Tel Aviv dari mp3 yang ada di komputerku. Di sudut kamar ini aku mengenang kembali mata-mata perempuan yang lewat dalam perjalananku. Dalam satu titik aku mengenang, bagaimana mata-mata yang mempesona itu membuatku tergoda untuk menyelaminya. Layaknya telaga rahasia yang tidak sengaja kutemukan di suatu bukit. 

Rabu, 10 Maret 2010

Q: New Born Fire, A: Siluman Tulen and other NBF Contributors

Berikut ini adalah sebuah obrolan panjang para kontributor Newbornfire zine yang selama ini mereka ikut menyumbangkan/membantu eksisnya dari edisi ke edisi zine ini hingga yang pada saat ini sudah mencapai issue #11. mereka biasanya menjadi kontributor pada artikel, kolom maupun review. simak aja deh ya siapa-siapa saja mereka ini dibalik nama NBF street team...cek id ot !! semoga kalian dapat Pertamax yang baca duluan..heheee (huzzzz...apaan sich, ini bukan kaskus!!!) (By : Ditsgust)

NBF EDITOR : Diawali dengan kata yang paling wajib pada sebuah wawancara. ‘HALO’
Untuk :
@Didit = ‘HALO’ dit, bila berkenan bisakah sedikit perkenalkan identitas kamu dit? mengingat nama kamu sama dgn saya, atau nyama2in? hehee…:D banyak pembaca NBF yang nanyain kalo Didit ini dikira saya sendiri, atau ada juga yang nanya, apa ini adit penulis hit me newsletter itu? (Kamu juga termasuk kontributor NBF yang cukup aktif di NBF)

Didit :
Halo juga dit…sudah lama tidak bersua,hehehe. Ok, perkenalkan nama saya Aditya Rachmat, biasa dipanggil didit di rumah dan sekitar rumah, dan biasa dipanggil adit di sekolah, kuliah dan tempat kerja. Hahahaha ia..ia..saya yang bertanggung jawab karena membuat Hit Me! Mungkin karena HM dan NBF banyak menuliskan artikel tentang musik, jadi dianggap sama orang yang membuatnya…wallahu a’lam.

@Adi = ‘HALO’ di, bila berkenan bisakah sedikit perkenalkan identitas kamu di?…Manggilnya Adi apa Londo nich enaknya? (Kamu juga termasuk kontributor NBF yang terbilang cukup aktif di NBF). Gimana kabar atau kehadiran NBF di kota kamu?

Adi :
Oke, diawali juga dengan jawaban wajib pada sebuah interview hehe..”HALO” juga dit, gimana kabarnya?lagi sibuk apa sekarang..anak mana?hahaha..kaya perkenalan di dunia maya aja . Panggil aja adi biar terkesan imut hehe, saya anak Blitar asli, umur 20 tahun (5 tahun yang lalu) dan statusnya sedang berpacaran wkwkwwk. Sebenarnya saya juga kontributor aktif di Betterday kok dit..ya selama masih ada ide dan uneg-uneg yang perlu ditulis atau di share dengan temen-teman, saya pasti sempatkan untuk menulis kontribusi..meski jarang juga yang kasih feedback, padahal kan tujuan-nya sharing..kan tulisan-tulisan saya hanya opini, tidak sepenuhnya benar. Wah kalo kehadiran NBF di kota ku jujur aja agak kurang signifikan karena emang disini sedikit banget orang yang baca zine dit..mau dipaksa juga susah hehe, tapi masih ada beberapa teman yang sering saya pinjemi NBF dan zine-zine lain kok..ya semoga aja yang “beberapa” ini kelak membawa pengaruh yang penting bagi per-zine-an Indonesia pada umumnya dan Blitar pada khususnya.

@Abo = ‘HALO’ bo, bila berkenan bisakah sedikit perkenalkan identitas kamu bo? (mengingat banyak pembaca NBF yang nanyain kalo Abo itu yang mana sich dan tinggal dimana, dan kamu termasuk kontributor NBF yang paling aktif dari NBF edisi awal).

Abo :
Woii, Dit. Heheh..

Identitas ya? uhmm, bingung uy klo identitas mah...plg yg jelasnya mah identitas kelamin aja lah ya, ...identitas kelamin gua cowo. haha. oya, dan tinggal di Bandung..

NBF EDITOR : Apa yang akhir-akhir ini elu kerjain dit, di sama abo?
@Didit = Lalu, tulisan kamu di brotomidjojo.multiply.com masih aktif gak? Sebenarnya, itu sebuah blog pribadi kamu, media atau webzine personal kamu atau apa? Bisa sedikit perkenalkan atau jelaskan?

Didit :
Akhir-akhir ini saya masih nulis, walaupun hanya di kertas sembarang dan kadang-kadang tulisan itu kebuang begitu aja..hahaha, dan karena kebuang itu membuat saya nulis…nulis...dan nulis lagi. Kalo site multiply.com yang saya buat sebenarnya lebih ke blog, mendokumentasikan pikiran saya secara singkat-singkat, dan sebenarnya di antara 2007 sampai 2008 saya sangat memanfaatkan dengan semaksimal mungkin fitur music download yang ada di multiply. Bahkan perkenalan saya dengan karya musisi-musisi yang sekarang saya sering dengar itu banyaknya hasil download dari multiply (i.e. Django Reinhardt, Fela Kuti, Tragedy, Boris, Bloc Party, Slow Dive, My Bloody Valentine, etc.) yang akhirnya saya review di HM. Tapi seiring surutnya popularitas multiply karena fitur downloadnya dinonaktifkan, saya pun jarang membuka multiply lagi, karena tujuan saya terbesar dari multiply adalah untuk mendownload lagu.

@Adi = Apa yang akhir-akhir ini elu kerjain di? Kamu punya banyak link seperti blog, webzine, blog lagi, atau catatan harian kamu. Bisa sedikit perkenalkan atau jelaskan?

Adi :
Apa ya?banyak sih..tapi gak sibuk hehe, selain kuliah dan kerja untuk urusan label saya sedang konsen menyiapkan rilisan-nya HUS yang ternyata cukup menguji kesabaran saya ya ghus? (Gus, masa sich? bener gitu? RED) hehe..band-band-an juga masih dan punya band baru lagi yang saya usahakan bisa langgeng sampe ke mahligai rilisan dan yang terakhir saya juga sedang menulis sebuah newsletter musik dengan teman saya tapi cakupan-nya mungkin masih Blitar dan sekitarnya dulu..oya nama newsletter-nya PROUDNESS. Yups..saya emang aktif banget bikin kaya blog, webzine dll..kalo kata bang Rahar “eksis” hehe, yaaa..karena fasilitas internet tersedia dengan murah bahkan gratis, jadi kenapa tidak dimanfaatin aja untuk hal-hal yang kita suka, suka dalam artian tidak sampe kecanduan banget lho..hiburan doank, makanya kan saya punya link yang banyak di dunia duo maya , mau dibilang narsis saya juga gak perduli kok..narsis kalo positif juga ada manfaatnya lho hehe..

@Abo : Apa yang akhir-akhir ini elu kerjain bo? Lalu, tulisan kamu di silumantulen.multiply.com juga terus update nich. Sebenarnya, ngomongin ‘silumantulen’ itu sebuah blog pribadi kamu, media atau webzine personal kamu atau apa? Bisa sedikit perkenalkan atau jelaskan?

Abo :
hmm, ya kalau kerjaan mah gitu2 aja...ngurus syarat kelulusan kuliah, nyoba2 bikin musik + ngulik2 lagu, bulak-balik kampus-rumah, sekali-sekali liputan kesenian ato budaya buat portal berita seni gitu, terus sama nongkrong di kosan temen. udah. hahaha, boring amat yak kerjaannya?

klo blog silumantulen itu biasa aja sih sebenernya...sekadar curhatan pendapat personal sama wadah buat belajar nulis aja. soalnya saya ga bisa berenti nulis sih, hahah...dari jaman sd dah dibiasain nulis, jadinya keterusan. kebetulan juga booming blog di internet...lumayan free media gitu kan? beda kalo sekadar nulis di buku harian. Di blog, tulisan kita bisa dibaca sama orang lain. Tulisan kan lebih asik klo udah ada yang ngebaca...bisa ada feedbacknya, ada dukungan atau sanggahan dari orang lain. Jadinya bisa ngerangsang kita juga buat terus nulis. Klo cuman diri sendiri yang ngebaca mah ga seru.

NBF EDITOR ;
@Didit = Ngomong-ngomong, kita pertama kali kenal waktu kamu mau trade bacaan, trus pas liat alamat rumah kita ternyata deket, akhirnya elu datengin rumah gw ya..hehee. Terus pertama kali kamu mengenal HC/Punk maupun relasinya pas kapan dit?

Didit :
Wahahaha..ia bener, waktu itu seteleh tahu alamat kamu dengan naik angkot saya langsung berangkat ke tempat kamu, dan berani-beraninya men-trade 1 zine isi berlembar-lembar dengan 1 newsletter selembar, hahaha. Mengenal HC/Punk ya??mungkin secara visual pas beli album nirvana yang bleach, waktu smu saat saya liburan di semarang dan main ke salah satu toko kaset di seputaran simpang lima…tentu pertama-tamanya saya terpesona dengan cover albumnya yang menurut saya eksplosif sekali dan hitam putih (ya saya suka sekali hitam putih) bukan musiknya, tapi setelah saya dengerin album ini…saya malah melupakan cover dan sleeve kasetnya dan terpesona dengan noise yang saya dengar dari rekaman berbudget murah (standar sana murahnya,hahaha). Kalo secara ide mungkin saat saya dengerin 'The Ultimate' Minor Threat dan membaca interview dari beberapa zine/webzine dengan Ian MacKaye yang membukakan mata saya akan pemikiran-pemikiran tentang kehidupan sehari-hari, dan juga ide-ide yang menurut pemikiran saya patut dicontoh serta dapat saya reka ulang. Selanjutnya, setiap membaca interview lain dari Ian MacKaye semakin kesini dia semakin yakin akan apa yang dia lakukan dan wah ya Tuhan saya berharap dapat yakin seperti MacKaye, tentunya dengan cara saya.

@Adi = Ngomong-ngomong, kita pertama kali kenal waktu kamu mau trade bacaan ya kalo gak salah,  hehee. Terus pertama kali kamu mengenal HC/Punk maupun relasinya pas kapan di?

Adi :
Iya dit..wah udah tahun kapan itu ya?saya sudah lupa haha..waktu itu kamu masih ngeband CRUMs ya..gimana itu band punya kabar?sini biar aku aja yang maen gitar, trus si nanu suruh ngedrum, untuk urusan vocal biar si 'Amin SOV' aja..tuh jadi band straight-edge kan..kapan latian? hahaha. Wahhh..kalo tepatnya sih kagak inget dit, mungkin sekitar tahun 2000an gitu kayaknya, mulai dengerin band-band hardcore kaya Earth Crisis, Minor Threat dll..yang dulu cuma saya nikmati dari segi musiknya doank, tanpa baca lirik-nya sama sekali..trus begitu kuliah di Malang akses buat dapetin literatur kaya hardcore, punk gitu mudah..jadi-nya mulai baca-baca sejarah musik, baca lirik-nya band-band hardcore luar dan local , dan yang paling membuat saya tahu bagaimana “sebenarnya” bisa terjadi sebuah hal yang dinamakan “scene” dengan segala movement di dalamnya adalah dari baca zine..yeah rasanya kurang hardcore kalo gak baca zine hehehehe..pisss men !!

@Abo = Ngomong-ngomong, kita pertama kali kenal waktu di lembaga bahasa LIA ya..tahun berapa ya bo? Tanpa bisa dipungkiri kalau kita kenal dan berteman dari (istilahnya) satu ketertarikan ya.., yaitu : Hardcore/Punk. Hal kecil yang gw inget, elu sering pake kaos Shelter, Napalm Death, dll, sepatu Dr.Marten boot, Oldskool vans, hahaa, trus di luar kelas kita ngobrolin ben-ben yang kita suka atau rekomendasiin. betul gak? Terus pertama kali kamu mengenal HC/Punk pas kapan bo?

Abo :
wah, old skull itu mah, haha. taun brp ya? 2001 gtu? lupa euy...pokonya permulaan milenium dah..pokonya lu wktu itu adalah pemain bas di band teknikal gitu. haha. lupa gua nama bandnya apa, tapi lu ngeri dah dit. tech-metal!!!!! hahahahah.

euhh, kalo pertama kali tau hc/punk tuh kira2 taun 97-an gtu lah. temen sekolah saya dulu tuh ikut semacam geng 'brother hood of punk rockers' gitu. haha, saya ditawarin gitu buat masuk 'geng punk rock'. ya, saya sih mau2 aja waktu itu, soalnya dapet kartu member. hehe...gambarnya kartu membernya keren soalnya, jdi anak punk lagi coli gitu...dengan idung ditindik peniti segede gaban. hahah. Imejnya cocok dengan adrenalin anak muda. terus klo dah jadi member punk rock, saya kudu ngedengerin playlist wajib dari geng punk rock itu. playlist wajib nya tuh The Exploited album Beat the Bastard. pokoknya sebagai member gang punk rock, saya dituntut untuk hapal itu band luar-dalem. hahahah.
terus, disisi lain saudara saya juga ternyata ikut geng 'brotherhood of hardcore lovers' gitu. haha. saya dicekokin mulu tentang hardcore sama dia. "hey, lu tau ga...hardcore itu paling keren  musiknya. geng hardcore juga punya musuh...punk rock sama grindcore musuhnya!" kata saudara saya.

ya, seperti biasa, doktrin dia saya telen aja bulet2. hehehe. saya masih inget, saudara saya itu ngasih kaset Dog Eat Dog yg ada lagu judulnya tuh 'Rocky'. "Ini musik hardcore yang super keren!" kata saudara saya. hahahaha...

tapi, pas denger Dog Eat Dog...itu band emang keren sih. Mereka punya groove.
wah, banyak lah kenangan klo soal perkenalan tentang musik underground mah. Belum lagi ngunjungin tempat nongkrong penggemar black metal di deket rumah waktu itu. Buset, tambah ngeri juga. hahahh. Intinya mah, perkenalan saya dengan hc/punk berawal dari keterikatan  sebagai member gangster hc/punk. heheh.

NBF EDITOR :
@Didit = Sebelumnya, waktu kamu aktif ngeben itu pengaruh terbesar sangat shoegaze atau dreampop dan sedikit alternative ya? Ceritain dikit dong…gimana kamu akhirnya ikut tertarik dengan scene hc/punk? Terus, yang sangat membuat kamu berubah karena kamu dengerin Fugazi ya?

Didit :
Sebenarnya band saya yang sekarang (The Journey Begins) itu no genre. Lebih ke “catch the moment”, dan sekarang kami setiap main atau latihan (ya kami sangat jarang sekali show, mungkin baru 2 kali) berusaha untuk tidak mengulangi apa yang pernah kami mainkan…itu saja. Saya tertarik dengan HC/Punk itu karena budaya dokumentasi mereka yang kuat jadi rekam jejaknya ada dan karena HC/Punk itu menampung dan menajamkan kreativitas dalam berbagai hal yang menurut masyarakat atau sekelompok orang yang di buat-buat adalah tidak berguna, tapi menurut yang menggelutinya itu adalah tujuan hidup mereka, dan selain itu yang membuat saya tertarik adalah karena HC/Punk tidak satu bentuk melainkan banyak rupa…dan kamu bisa memilih apa yang cocok buat kamu selama kamu ngga menyakiti fisik yang lain dengan apa yang kamu pilih, ya itu semua yang sangat membuat saya tertarik akan HC/Punk. FUGAZI, itu yang mengkristalkan pemikiran saya akan semangat, bahwa music dan bahkan hidup itu bukan hanya suara tapi juga gerakan, pemusatan interaksi antar personilnya sangat memesonakan; mulai dari tukar pikiran, cara mereka saling bersiul, berdebat, memunculkan bakat personal, mengajukan pendapat, mempersiapkan acara, bongkar muat equipment, memulai show, menghentikan show di tengah jalan karena ada perkelahian, mengkombinasikan rapi dan acak dalam satu waktu, menjadikan show sebagai menu utama mereka, menjadikan saat ini sebagai focus utama, menyusuri tour dalam kesederhanaan, menangkap dengung sebagai nada, berdansa semau kita, eksplorasi gerak, merangkai kata-kata menjadi cerita, dan menunjukkan betapa fokusnya mereka dalam memprotes keterasingan.


@Adi = kamu aktif ngeben di Blitar. Dan, ada banyak ben yang kamu naungi, terutama ben metal. Sebutin dong ben-ben kamu? Ceritain dikit dong…gimana kamu akhirnya ikut tertarik dengan scene dengan akar ‘hc/punk’? Terus, dari scene hardcore/punk itu apa juga dapat merubah pandangan hidup kamu, atau dapet pacar mungkin? )hahaa…

Adi :
Alhamdulillah saya emang aktiv banget ngeben nih dit dan sukur-nya semuanya masih bisa eksis . Aku maen gitar di I.F.O.B (Hardcore agak Metal), Hellcore Angel (Metalcore), Additional di Distruge (Metalcore juga), Battle For Freedom (Old School Hardcore) dan yang paling baru Sampah Dunia, yang dulu-nya EveryBodiesDown (Newskull Hardcore). Dulu sih tertariknya pertama ya cuma pengen ngeband, mengekspresikan EMOsi diri lewat musik dan band, nah progressnya setalah melakukan itu (band-band-an), kenal yang namanya zine, suka baca, suka trade dengan temen-temen dan akhirnya malah dari baca zine inilah yang dapat merubah pandangan hidup saya, jadi banyak tahu hal-hal yang sebelumnya saya gak tahu..dan akhirnya juga saya nulis zine dari apa yang saya tahu tapi ingin saya bagiin dengan temen-teman yang belum tahu alias sharing info dan apapun..media ini bener-bene kick ass J. Wahh..kalo pacar alhamdulillah dapetnya bukan dari nge-zine aja dit hahahaha..lagian saya yakin kok, yang belum punya pacar dan aktif ngeband atau bikin zine pasti ada misi khusus juga di balik aktifitas-nya itu hehehe..hayoo ngaku, kamu juga gitu kan dit dulu? hehehe..

@Abo = Dulu pertama kali ngeben dari SMP, katanya ‘Street Hardcore’ banget ya? Ceritain dikit dong…gimana kamu memandang scene hc/punk jaman dulu sama sekarang di kota kamu (Bandung)? Trus, gimana juga dengan budaya GOR Saparua yang terlalu hirarkis dalam segi kelas, ada ben lama, ben ben baru serta audiens/penonton?

Abo :
Hahahah...kayanya si street hardcore kalo emg mau dilabelin mah. Sekitar taun 96-97 itu kalo ga salah inget, emg lagi jamannya hardcore2 europe gitu...kaya Backfire, Brightside, Discipline. Terus NYHC kya Warzone, Agnostic Front, Madball, so on, so on. Yah, jaman sekolah dulu emg sering banget bikin band dan terinspirasi dari band2 yg dah saya sebutin...terus ada lagi, saya bkn band yg ngebawain lagu dari Gorilla Biscuit sama Bold. Ini paling mengesankan buat saya. Soalnya waktu itu, kita ngebawa serombongan temen sekolah ke studio latihan, dan kita ngebikin studio show dadakan disitu. 3 band yang maen. Yang jaga studio juga udah cemberut aja, tp mo ngelarang ga berani kayanya, soalnya orang yg dateng banyakan...hahahah.

Hmm, klo jaman sekitar pertengahan 90an sih saya klo bikin band orientasinya tuh manggung di acara pensi atau mana aja. Dan konsekuensinya, ada semacam ketergantungan yg ga sehat gitu yah...jadi biar bisa eksis maka kami harus main sebaik mungkin dihadapan panitia seleksi. Seolah-olah panitia gitu yang jadi penentu hidup sebuah band. Jadi kita ngumpulin duit buat daftar band supaya bisa ikutan audisi. Padahal, kalo dipikir-pikir lagi, sebelumnya pasti udah ada band-band 'titipan' gtu kan? semacam trik antar pertemanan. Seleksi band pada akhirnya hanya jadi sekadar syarat formal agar bisa disebut 'demokratis'. Padahal dibaliknya mah engga. Tetep weh uang ngalir ke kantong panitia, tapi jatah band lolos audisi udah full sama band2 relasinya panitia seleksi. Licik. hahah. Tapi ya itu, keinginan buat diliat sama orang lain tuh gede, sampe trik-trik kaya gitu seringkali ga kepikiran. Jadinya, sistem seleksi pun ditelen bulet-bulet weh..tanpa kritisi. hahah.

Kalau jaman sekarang kan beda ya..sekarang lebih berorientas ke komunitas tertentu. Lebih terpecah dan segmented klo saya ngeliatnya. Dan positifnya, dalam hal bikin acara gitu ga perlu ada ketergantungan kaya hubungan panitia-band audisi kaya gitu. Selain itu juga jadi semacam pemberdayaan komunitas. 

Klo masalah band lama/band baru, tp mksdnya di konteks pertengahan '90an ya? klo konteksnya itu...hmm, kurang ngerti juga sih ya. Klo misalnya lebih ngeliat ke sisi personal, kya saling iri gitu...yaa, ada jugalah kalo yg kaya gitu mah. Tapi percuma sih diobrolin klo nyangkut urusan iri dengki mah...hahah.

Cman yang saya liat tuh, knp bisa sampai ada penggolongan yang tendensius kaya band lama atau band baru sampe dikaitkan ke urusan hirarkis segala...yaa, pendapat saya sih muaranya ada di sistem ekonomi kita sekarang ya. Sistem ekonomi kita kan landasannya itu adalah hak kepemilikian individu yang ekstrim demi perolehan laba sebesar-besarnya ya? konsekuensinya adalah penyebaran kekayaan di masyarakat akan menjadi tidak merata. Semuanya jadi tergantung siapa yang menguasai akses produksi atau sarana produksi. Dia yang bisa menguasai akses produksi, dia yang bakal punya akses ke akumulasi laba yang berlebih diantara yang lainnya.

Pola yang seperti itu juga bisa jadi berdampak ke masalah yang kamu sebut tentang hirarki antara band lama-band baru itu...bisa jadi, ada personil dari band 'anu' punya akses berlebih dalam masalah keuangan sebagai hasil kerja orang tuanya, misalnya. kelebihan akses keuangan itu jadi berpengaruh juga ke akses orang tersebut untuk beli equipment musik yang bakal ngebuat bandnya jadi makin keren dari segi sound atau kualitas rekaman, misalnya. Ditambah lagi kelebihan akses keuangan itu ngebuka akses juga ke jaringan sosial lainnya, seperti relasi 'orang-orang penting' di scene musik underground, misalnya. Dampaknya band yang orang bersangkutan itu jadi semakin termudahkan dalam akses-akses lainnya...dan klo dah gitu ketenaran pun akhirnya ngikutin. Sementara disisi lain, ga setiap individu dalam sebuah band memiliki kelebihan akses seperti keuangan kan?
Intinya sih, menurut saya, selama sistem ekonomi kita masih memungkinkan untuk terciptanya konsentrasi kekayaan di sebagian kecil individu, maka hal-hal seperti 'hirarki band' seperti itu bakal tetep ada.

NBF EDITOR :
@Didit = Ceritain dikit dong tentang ben kamu dulu, saat ini, sama kesibukan kamu sekarang? Apa aktivitas di band dan kegiatan nulis udah mau kamu tinggalin karena kamu sibuk kerja, sabtu minggu aja masuk?

Didit :
Dulu pertama kali bikin band bawain lagunya Sheila On 7 dan itu berantakan karena kami tidak pernah berhasil menemukan perkembangan selanjutnya. Selanjutnya di sekitar tahun 2000 pernah bikin band yang bawain lagu blink 182, itu pun berantakan juga karena kami tidak berkembang. Dan terakhir band saya yang sekarang dibuat bersama teman-teman saya dari kecil yang masih sering latihan karena kami menikmati setiap saatnya dan itu yang membuat kami ketagihan untuk latihan dan latihan lagi. Sekarang saya kerja sebagai buruh dan ternyata itu cukup menyita waktu saya, tapi saya tidak mau menyerah dan berhenti main music selama teman-teman saya dan saya sendiri tidak menyerah, kalau menulis tetap akan saya lakukan karena kebutuhan dokumentasi akan kehidupan saya.

@Adi = Trus, kamu bikin bacaan/zine yang secara nggak langsung juga nambah inspirasi NBF. Ceritain dikit dong tentang zine-zine kamu itu yang selalu berubah-ubah nama tiap edisinya atau memang kamu gak pengen punya edisi yang berkelanjutan ya?  Inspirasinya dari mana?

Adi :
Yoi, dulu pertama hanya membaca, trus akhirnya pengen jadi partisipan aktif dalam per-zine-an, nulis zine juga deh akhirnya meskipun saya punya hambatan yang besar soal LAY OUT baik yang cut paste maupun yang pake computer hehe, tapi bukan berarti trus saya nyerah gitu aja..saya bikin zine dengan lay out se-ada-nya..yang kenyatanya malah banyak yang suka,sadarilah selalu ada kekurangan dan kelebihan..jangan selalu menghajar telak kekurangan terus ggrrrrr . Zine kan emang azaz-nya tuh semau-nya. Semakin kurang ajar semakin keren..jadi bagi yang bilang zine harus begini dan begitu..ah saya gak mau kenalan sama kamu deh mas..wong sekarang udah gak nulis zine aja kok koman-komen..weeekkk . Zine saya ganti-ganti nama tuh sebenarnya juga pengen orang tuh lepas dari bikin zine yang “begitu-begitu saja” maksut saya bukan dari segi nama zine nya aja tapi dari segi isi maupun konten yang disajikan, dengan kaya gini kan nantinya banyak orang yang semangat bikin zine, gak terlalu harus begini begitu,ya gak?!. Inspirasi-nya gak dari mana-mana sih, asal aja..kan saya suka-nya bercanda jadi kepikiran aja buat ngebebasin diri saya aja buat nama zine dan isinya..yaaaa seperti zine si milla yang mengumbar pussy kemana-mana dan menjadikan kata-kata itu menjadi familiar dan tidak tabu di mata pembaca zine, hell yeahh!!!

@Abo = Ceritain dikit dong tentang ben kamu dulu sampai saat ini, dimulai dari ‘Bising’, ‘Repulsive Method’, one man band kamu ‘Reason’ dan ‘Primate’. Kabarnya mau dilanjutin lagi nich, yang Repulsive Method kalo gak salah ya?

Abo :
Klo 'Bising' itu niatnya pengen jadi band semacam power-violence gitu ya. Waktu itu kita terpengaruh sama AparatMati, band power-violence dari Bandung. Tapi ga tau...pas bikin lagu dan didengerin...nyerempet-nyerempet Entombed. Hahahah, jauh dari tipikalitas power-violence yg short & straight to the point. Wktu di 'Bising' dah sempet rekam lagu dan ikut di semacam kompilasi hc/punk gitu...tp lupa euy nama kompilasinya. Bising sendiri dah bubar, kalo ga lupa taun 2003 bubarnya.

Klo 'Repulsive Method'...band itu dimulai taun 2003 smpe 2006. Saya dan temen saya, Madun, wktu itu kepikiran buat ngebuat semacam musik hardcore dengan tempo yang pelan...dgn sound2 yg (pengennya) mendekati Neurosis sama Cult of Luna..udah ada sekitar 4 lagu wktu itu. Cuman saya nya dah keburu ilang moodnya, dan tiap personil jga dah mulai sibuk masing2 wktu itu. Jadinya bubar. Sekarang2 ini saya kontak lagi sama Madun, dan ngobrol2 lgi ttg ngelanjutin proyek 'Repulsive Method'. Sempet beberapa kali jamming dan ngaransemen lagu. Nginget2 lagi lagu2 yg dulu, sambil nambahin disana-sini. Yah, sekarang lagi berjalan sih. Cuman kayany ga akan dijadiin band 'panggung' gitu. Lebih nitik beratin ke rilisan sama produksi lagu aja. Ga tau deh, males juga manggung2 segala macem. Belum ketemu moodnya. 

Klo 'Primate' skrg kayanya dah ga ada lagi...org2nya ga solid, sibuk aktivitas masing2 soalnya. Tapi saya sedang mulai proyekan band lagi, masih dalam proses penggodokan sekarang. Belum ada nama atau apa, masih fokus di latihan aja. Pemanasanlah. Kalo band yang baru ini musiknya ga jauh beda sama Primate, masih di teritori doom, tpi lebih bluesy. Lebih hail ke Electric Wizard. heheh.

Reason? hahah, Reason mah itu cuman tribute buat band2 black metal penikmat alam terbuka yang seneng hidup sendiri hidup di hutan ajah. hehe..

NBF EDITOR :
@Didit = Trus, kamu juga pernah bikin bacaan/newsletter yang secara nggak langsung nambah inspirasi NBF. Ceritain dikit tentang Hit me newsletter dong... Zine lain yang kamu buat apa aja ya? Split zine yang kita buat ngomong2 orang pada tau gak ya?

Didit :
Hit Me itu ada karena saya sangat ingin membuat sesuatu yang saya control secara penuh, walaupun dari issue satu sampai empat saya dibantu oleh teman saya yang melayout, tetap kami melakukan tukar pikiran yang intens, dan setelahnya mulai edisi ke lima sampai sebelas, saya yang membuat tulisan dan layoutnya yang tentunya semuanya sesuai dengan keinginan saya, termasuk menyebarkannya dalam versi pdf via email secara bulk. Zine lain ya Cambodia yang rilis split dengan zine kamu, hahaha. Kalo saya sendiri melihat zine itu saat sudah jadi saja telah menjadi kepuasan tersendiri, karena zine Cambodia itu menjadi pelepas trauma yang ada dalam hidup saya, dan jikalau ada orang yang sampai membaca zine yang saya buat, dan senang membacanya, itu akan membuat saya merasa seperti terbang ke bulan, hahaha.

@Adi = Label kamu gimana kabarnya, Birthdie rekott masih aktif khan? Yang baru dirilis apa nich? Terus, kapan kamu ngedokumentasiin lagi kayak waktu itu, V/A ‘Menebar Opsi Teror’ yang secara gak langsung juga ikut memperkenalkan ben2 berbagai daerah di Indonesia yang mungkin orang belum tau jadi tau, lokasinya juga ada yang jauh disana dan akhirnya mereka bisa dikenal atau punya kontak/teman baru. Apa misi kamu untuk label itu dan kapan bikin kompilasi kayak gitu lagi?

Adi :
Ya jelas masih aktiv donk dit, sedang mempersiapkan mesiu dan bahan peledak buat ngebom per-hace-an tanah air dengan rilisan terbaru dari saya dan teman di Jogja hahaha. Rilisan terakhir mungkin ya “Menebar Opsi Terror” itu, untuk ke depan saya mungkin bikin sekuel lanjutan-nya..siapa tahu nanti saya dapet award hehe, Cuma untuk melanjutkan sekuel itu juga harus melihat keadaan kantong menyan saya (dompet), jadi keinginan untuk itu tetaplah ada..karena tujuan saya yang utama tuh memperkenalkan band-band yang belum dikenal agar bisa dikenal temen-temen, dan tentunya ngebantu mereka juga biar karya mereka terdistribusi dengan baik..karena saya udah bosan dengan band-band yang itu-itu aja, yang kebanyakan dimonopoli band-band dari  kota-kota besar..padahal band luar jawa ataupun luar pulau tuh bagus-bagus lho..malah kadang attitude mereka tuh lebih “Keren” dari band-band yang udah eksis sebelumnya.

@Abo = Trus, kamu juga pernah bikin zine yang secara nggak langsung nginspirasi NBF. Ceritain dikit tentang zine kamu Refleksi. Zine lain yang kamu buat apa aja ya? Iskariot fanzine teh dulu jadi dirilis gak sich?

Abo :
Wew...hehe , dah ga buat lagi zine Refleksi mah. Yah, tpi selain dari Refleksi sempet juga bikin beberapa zine...tpi ga dalam konteks hc/punk. Saya ga terlalu bergaul soalnya kalo di komunitas hc/punk dan ga terlalu ngerti juga tentang hc/punk. Zine yg saya buat konteks nya lebih ke personal dan travelling gitu. Waktu itu bikin dengan teman2 di kampus yang punya ide yang sama...terus sempet bikin zine musik juga, tpi cmn beredar di jatinangor! hahah...biasa, peredaran antar kosan.


NBF EDITOR :
@Didit : Sekarang kamu menggeluti semua varian musik, dari pop ke elektronik, rock ke blues, punk ke new wave, hardcore ke metal, hingga musik yang bisingnya paling ‘klimaks’, ‘bukan pertamaks gan’..:)) apa yang membuat kamu tertarik mendalami semua varian musik, terutama yang non-komersil dan kadang underrated?

Didit :
Saya tidak mau membatasi diri saya dalam mendengarkan musik, bahkan sekarang saya sangat tertarik dengan bunyi saluang, suling khas minang, yang terdengar sangat organik noise yang dihasilkannya. Menurut saya musik itu sangat menarik kalo dilakukan dengan sentuhan personal dari musisinya. Jadi selama music itu terdengar menarik menurut saya dan ada pesan-pesan sosial didalamnya baik secara tersurat atau tersirat, saya akan mendengarkannya, oia apalagi kalo direkam live…wah saya suka sekali…sesuai namanya Live : Hidup.

@Adi = Sekarang kamu menggeluti musik hardcore dan sedikit death metal ya? apa yang membuat kamu tertarik mendalami musik tersebut? Dari filosofinya maupun pesan, segi skill, atau sensasi telinga (cuma enak untuk di dengarkan)?

Adi :
Bukan menggeluti dit..tapi menggulati trus meng……ah jorok ntar pikirannya haha, iya dit agak seneng mencampur hardcore dan metal menuju ke arah deathmetal, yang mendasari sih simple aja..band-band kan banyak ya sekarang, otomatis influence yang kita dengerin juga bertambah..ini yang menjadi mesiu untuk sebuah peluru yang dinamakan eksplorasi hehe..jadinya pengen terus mengimprovisasi output sound dari band-band saya, gitu aja sih. Kalo pesen yang disampaikan dari lirik tetep kok, skill juga tetep tapi tetep disesuaikan dengan porsi yang berimbang tiap aransememn lagu..karena saya sependapat dengan pernyataan kalo skill tidak diaransemen dengan benar skill akan terlihat egois ,kalo urusan sama telinga itu kayaknya udah ke individu ya dit..soalnya kebanyakan emang kurang begitu menyimak lirik, pesan dan filosofi atau propaganda yang disampaikan sebuah band, hanya menikmati dari segi output yang berupa lagu aja..karena memang musik hardcore, metal dkk karakter vokalnya kan tidak jelas intonasi-nya atau apa yang diteriak-kan (growl, scream dan throat), “Teriak apaan sih nihh orang?tapi musiknya metal juga..” ya mungkin begitu kira-kira pikiran kebanyakan orang ketika dengerin lagu-lagu hardcore, metal dkk..

@Abo = Sekarang kamu menggeluti musik-musik berat, gelap, gemuruh..(duh bahasanya.. :D ). Jika review di NBF, spesialis musik dengan sound yang ‘heavy’ dan ‘down tempo’ udah saya percayakan ke kamu dan menurut pembaca review kamu menyenangkan, menambah wawasan juga pastinya. Doom, Drone, Black metal, Stoner, Sludge, Kapan kamu mulai tertarik dengan ini? Trus, musik cepet kayak ben-ben HC/Punk, Grindcore, Thrash, dll, apa masih suka kamu dengerin?

Abo :
Wew, oya? hahah, jadi senang ada yang punya pendapat kaya gitu :D

Klo ketertarikan dengan doom, black metal, dsb...sebenernya bermula dari 'Warhorse' sih. Sebelumnya saya dah familiar sama musik2 down tempo kaya Neurosis. Neurosis itu soalnya kan dah cukup populer ya? dah familiar gitu dgr nama band itu. Tapi 'ngeh' nya dengerin musik down tempo itu, yaa, pas dapet cd Warhorse itu tadi. Buset, sensasinya ga akan ada lagi tuh waktu pertama kali denger Warhorse. Soundnya boiiii....'dalem': harsh, berat, dan pelan. Suatu pengalaman aneh buat saya waktu itu yang terbiasa ngedengerin band-band semacam Converge atau Hellnation. Dari situ jadi ketagihan nyari lagi band yang mirip2 Warhorse. Sampai ketemu Southern Lord, Tee Pee, belum lagi Komunal yang baru lahir saat itu, dll. Ternyata banyak band yang kaya Warhorse, tpi klo masalah sensasi...sayangnya sampe skrg belum ada yang ngalahin Warhorse. Bahkan untuk seukuran Sunn O))) sekalipun. Hehe. Musiknya sederhana, tpi soundnya maha berat...

Klo HC/Punk, Grind, Trash, dll masih didengerin juga sih, cuman ga intens kaya dulu. Sesekali. Paling yang msih didengerin tuh kaya Catharsis, His Hero is Gone, Septic Death, Kid Kilowatt, Cave In, dll. Ga tau juga sih, semenjak seneng musik yang minimalis kaya doom seperti itu, saya jadi ga terlalu antusias dengan band-band yang teknikal dan geber, kaya Necrodeth, Atheist, Cynic, Burgerkill dan apapun yang disebut 'math', 'tech', 'alt', dll. Saya senang yang simpel dan minimalis...tapi tetep raw dan harsh. Hehe. Oya, pengecualian buat Nile.

NBF EDITOR :
@Didit : Bidang yang kamu geluti sekarang apa sich? Kamu khan di Teknik pertanian khan? Apa rencana kamu dengan bekal edukasi tersebut? Kamu juga tertarik di bidang jurnalis, pernah juga ngelamar jadi jurnalis, lalu apa kamu akan tetap di bidang edukasi kamu (pertanian) tersebut yang kata kamu juga pernah banyak merugikan lingkungan (membabat hutan-hutan) untuk kepentingan tertentu? kemudian, kalau kamu disuruh milih, (diurutkan dari tingginya resiko dan gajinya ya..) enakan jadi jurnalis, ahli pertanian atau ngeben aja?

Didit :
Sekarang saya kerja di retail, salah satu usaha yang sering diprotes karena sweatshop policy yang terkadang dilakukan. Ya, saya memang lulusan teknik pertanian IPB, rencana yang berhubungan dengan titel yang saya punya sebenarnya tidak ada, karena menjadi sarjana pertanian adalah cita-cita saya semenjak sd, jadi kalo cita-cita sudah tercapai berarti mission accomplished. Sebelum di retail, saya pernah kerja di salah satu perusahaan terbesar di bidang Hutan Tanaman Industri, yang membuat saya menjadi sedih adalah ternyata keindahan alam Indonesia sudah berubah menjadi ladang monokultur yang misi utamanya adalah keuntungan bukan fungsi, perusahaan-perusahaan itu memanipulasi data, menyembunyikan fakta, bahkan bekerja sama dengan aparat setempat dan berwenang yang korup untuk dapat mencapai keuntungan yang sebesar-besarnya. Ternyata di lapangan pemberian sertifikat standar (ISO dan lain-lain) itu perlu dipertanyakan keabsahannya, eksploitasi tenaga kerja kontrak yang masih di bawah umur, itu semua saya lihat di lapangan, dan atas nama efisiensi semua itu dilakukan. Sebenarnya sekarang yang saya cari adalah kepuasan dalam berkarya, entah itu saya menjadi buruh atau berusaha sendiri, dan sampai saat ini saya masih mencarinya.

@Adi = Bidang yang kamu geluti sekarang apa sich? Masih jadi pegawai bank khan? Kamu khan dari fakultas Ekonomi, lalu apa rencana kamu dengan bekal edukasi tersebut? Selain itu kamu juga tertarik di bidang tulis menulis, enakan jadi jurnalis, bankir, aktivis, pemain ben hardkor atau artis nich? :D

Adi :
Waduh..saya sudah bukan pegawai bank lagi dit,udah lama banget itu haha..saya sekarang hanya karyawan bagian staff keuangan (konsultan) di perusahaan konstruksi di Blitar, karena perusahaan kecil jadi saya nyaman kerja-nya..tidak terlalu banyak tekanan seperti bank dulu, ya tentunya dengan gaji yang beda juga donk..maunya sih kerja nyantai dengan gaji yang besar, gak belajar tapi nilainya bagus..itulah manusia “normal” hehe. Kalo untuk bidang edukasi saya sih saya gak mau menerapkan-nya dengan muluk-muluk, cukup dari lingkup diri sendiri aja deh..dan kebetulan saya juga sedang merintis sebuah usaha kecil dengan teman saya jadi sedikit banyak edukasi yang saya tempuh selama beberapa tahun bisa menjadi referensi dan praktek praktis yang sebenarnya. Anu dit, saya pengen tuh jadi penulis kocak trus bikin novel yang kocak juga..sama kalo band-band-an juga tetep harus itu hehe, kan kata relationshit “Hardcore its not about AGE, but SPIRIT” dan kayaknya semangat saya masih membara deh dit..kaya film horror Indonesia sekarang itu lho haha..ya kali-kali aja saya bisa jadi artis hardcore kan bisa PDKT sama Aura Kasih..ohh dia bikin saya gak tahannn

@Abo : Bidang yang kamu geluti sekarang khan ilmu Jurnalistik di Fakultas Ilmu Komunikasi. Apa rencana kamu dengan bekal edukasi tersebut? Apa kamu akan tetap menjadi jurnalis sampai kapanpun? Lalu, kalau kamu disuruh milih, (diurutkan dari tingginya resiko dan gajinya ya..) enakan jadi jurnalis politik, infotainment atau jurnalis musik?

Abo :
Rencana? hahaha, ga tau. Pastinya sih saya akan terjun di dunia jurnalisme...sayang soalnya, hampir 6 taun belajar jurnalisme kalau harus berakhir menjadi teller sebuah bank. Tapi ga tau juga deh...walaupun usaha, tapi kadang nasib ngebawanya ke arah yang lain.

Klo milih sih kayanya lebih baik jurnalis politik ya...sekalian nambah pengetahuan. Soalnya dunia politik itu kan lumayan bikin stress, banyak yang ga bener di teritori politik dalam konteks politik parlemen seperti itu. Saya pengen tau aja seluk beluk politik di parlemen seperti apa, soalnya berurusan dengan masalah legislasi yang nyangkut orang banyak kan? Orang banyak juga berarti diri saya sendiri sebagai bagian dari masyarakat. Yah, istilahnya sih, saya ga mau dibodohi oleh mereka yang ngaku-ngaku mewakili diri saya di parlemen, makanya saya harus tau apa yang terjadi di parlemen.

Kalau infotainment dan musik mainstream sih saya ga mau. Soalnya terlalu glamour euy! hahah, kehidupannya sama sekali jauh dari keseharian saya. Apalagi jurnalis musik mah...males. Lagipula, lebih baik bikin musik, daripada nulis tentang musik. Heheh.

NBF EDITOR :
@Abo : Menurut kamu, dunia jurnalistik saat ini seperti apa? Apa benar, kenyataan di lapangan berita atau reportase dominannya di manipulasi untuk kepentingantertentu (tentunya kepentingan penguasa) jika kita mau selamat dan eksis? Atau kamu nanti akan terus menjaga kode etik jurnalistik sampai kapanpun dan selalu mempertahankan idealisme, dalam hal ini berani mempertahankan kebenaran?

Abo :
hmm, dunia jurnalistik ya? banyak juga sih yang bisa diobrolin, mulai dari aspek korporasi media, etika, sampe hal2 kaya pemaknaan si wartawannya sendiri ketika bikin berita. Cuman...kaya nya lebih baik bayangin sistem media massa dulu...mulai dari masalah produksi, pemasaran, dan distribusi...pastinya buat ngurus ketiga hal itu diperluin modal yang banyak. Jadi mereka yang niat bikin media massa setidaknya harus punya modal untuk ngurusin ketiga proses itu (produksi, pemasaran, dan distribusi). Ga bisa pake niat 'idealis yang luhur' aja. Dan dilihat dari sisi pemilik modal, mereka pastinya ga mau kalau sekadar nanem modal doang kan? pastinya mereka pengen modal mereka balik lagi. Dan modal yang balik lagi pun tentunya ga pengen sama dengan jumlah modal yang pertama kali mereka tanam, tapi lebih dari itu. Mereka pengen narik keuntungan dari situ biar bisa bertahan hidup dan bisnisnya ga mati. Nah, beberapa cara buat bisa narik keuntungan itu macem-macem, mulai dari narik iklan, konvergensi media kya Kompas (bikin koran dan portal berita, dsb), konglomerasi media kaya Jawa Pos, MNC, Kompas-Gramedia (bikin bermacem2 surat kabar dengan berafiliasi ke satu induk perusahaan), dan juga lewat salah satu instrumennya yg paling vital: yaitu wartawan yg punya tugas buat nyuplai berita.

Jadi, intinya, kalau ditanya tentang seperti apa dunia jurnalistik, berarti membicarakan wartawan...berarti juga nyoba memahami ruang lingkup kerja wartawan dalam sebuah skema besar industri media yang berorientasi untuk akumulasi kapital bagi pemiliknya. Dimana tenaga yang dimiliki wartawan itu menjadi sarana yang penting buat memuluskan keinginan pemilik modal tadi: yaitu produksi berita, dan produksi modal lebih buat si pemilik modal.

Jadi, kalau dipikir-pikir wartawan ga ada bedanya sama pekerja pabrik. Soalnya antara pekerja pabrik sama wartawan itu dipaksa punya takdir yang sama: kedua-duanya ga punya alat produksi dan sama-sama dimanfaatin untuk mendulang profit buat si pemilik modal. Sedangkan wartawan dan pekerja pabrik punya kebutuhan untuk bertahan hidup. Ga kerja, berarti ga makan. Dan kesamaan satu-satunya yang dimiliki oleh wartawan dan pekerja pabrik itu adalah mereka cuman punya tenaganya sendiri buat kerja. Dan tenaga kerja hanya bisa dicurahkan lewat kerja dengan memakai alat produksi. Tapi siapa yang punya alat produksi? Ya, yang punya pabrik sama media massa itu tadi. Jadi wartawan dan pekerja pabrik itu hidup dalam paksaan juga. Mereka perlu menuhin kebutuhan hidup, sedangkan akses untuk menuhin kebutuhan hidup itu juga terbatas, karena alat produksinya ada ditangan segelintir orang. Satu-satunya cara, ya, bekerja buat mereka, yang punya alat produksi itu.

Giliran bekerja buat yang punya alat produksi juga ga lepas dari banyak masalah, seperti masalah itung-itungan laba buat kepentingan pemilik modal, yang berpengaruh ke itung-itungan upah para pekerjanya. Yah, seperti itulah dunia jurnalistik..hehe. Hidup ditengah-tengah persaingan industri yang nuntut efektifitas dan efisiensi untuk perputaran modal. Dan saya pikir, atas nama persaingan dan ga mau rugi itulah, bisa berpengaruh ke banyak hal: mulai dari masalah kesejahteraan wartawan, hingga seperti yang kamu tanyain itu: bagaimana reportase dilakukan sekadar demi kepentingan penguasa agar bisa selamat dan tetap eksis.

Terus kalo pertanyaan tentang berita yang dimanipulasi...hmm, kyanya si jarang terjadi ya, wartawan yang niat untuk manipulasi berita...walaupun ga bisa dibilang wartawan yang 'nakal' itu ga ada juga. Tapi ga tau kalo untuk infotainment, soalnya saya pernah denger suatu isu gimana antara si artis dan wartawan infotainment kongkalikong buat bikin berita yang tujuannya nguntungin kedua pihak, artis sama wartawan infotainment. Cuman ga tau bener ato engga isu itu.

Biasanya didikan wartawan, dasarnya ngedepanin fakta yang akurat dan skeptisisme atas fakta itu tadi. Cuman yang jadi masalahnya itu seringkali adalah pemaknaan wartawan atas suatu peristiwa. Yang namanya berita itu kan semacem rekonstruksi dari peristiwa yang 'sudah terjadi'. Bukan gambaran utuh tentang sebuah peristiwa, tapi lebih kepada pemaknaan peristiwa yang sudah terjadi itu oleh wartawan. Dan hasil pemaknaan itu yang dikategorikan sebagai fakta. Bayangin aja misalnya cerita tiga orang buta yang ngeraba gajah, yang satu megang belalai tapi dianggapnya selang. Satunya lagi megang gading, disangka tombak, terus orang buta terakhir megang telinganya, dan nyangka kalau telinga gajah itu adalah semacam kipas. Jadi pemaknaannya beda-beda.

Nah, dalam proses pemaknaan itu yang penting diperhatiin, soalnya itu berkaitan sama gagasan-gagasan. Dan gagasan itu bisa berpengaruh sama cara berpikir dan mentalitas kita. Ga jarang proses pemaknaan itu jadi sebab dari semakin mapannya ideologi dominan, atau engga beritanya jadi bias oleh kepentingan2, dan prasangka2 seperti rasisme, machoisme, dll. Hal2 kaya gitu tuh biasanya disadari atau ga disadari oleh wartawannya. Rumit sih kalau masalah pemaknaan mah. Bisa panjang lebar. Soalnya dipengaruhi juga sama lingkup sosio-kultural, atau latar belakang wartawan dan pembaca sebagai konsumen berita. Tapi poinnya, antara wartawan dan pembaca berita, kedua-duanya kudu bersikap kritis dalam memandang atau menyikapi sesuatu.

<Question For all>
NBF EDITOR :
Dulu kita begitu sulitnya mencari rilisan-rilisan ben atau video yang kita suka atau kita cari-cari. Dapet rekamannya aja udah syukur yah…modal beli kaset kosong, terus kita rekam di tape double deck :P sekarang ini rasanya tambah mudah sekali untuk kita cari dan dapatkan rilisan/karya/album dari yang klasik, terbaik, terlaris, langka hingga terbaru. Apa pendapat kamu tentang media-media sharing seperti blogspot, mediashare, 4shared, kaskus dan berbagai link-link untuk kita donlod secara gratis? Apa kamu juga masih mengoleksi dan menikmati kemasan album dari musisi/band/tokoh yang tidak kita dapatkan kalo kita nge-donlod?

Didit :
Ya, dulu untuk mendapatkan informasi akan band-band dari luar sangat sulit didapat dan itu sebenarnya terjadi karena yang meminati mereka sangat segmented sehingga secara ekonomi tidak menguntungkan, jadinya tidak ada yang mau mengusahakan album-album mereka dirilis disini, sehingga kita dahulu harus menyiasati dengan memperbanyak album fisik melalui kaset kosong, dan memang sebaiknya begitu, kita harus mengusahakan sendiri untuk mendapatkan apa-apa yang kita suka dan tidak menunggu orang lain untuk mewujudkannya. Tapi keuntungan dari internet telah kita punya sekarang, dengan mudahnya kita dapat mendownload lagu-lagu dari  band yang dahulu sulit kita dapatkan. Untuk media-media sharing sebenarnya bagus untuk mendapatkan informasi dan dapat menjadi media kita mendapatkan album-album maupun tulisan-tulisan yang kita suka, tapi sebaiknya itu sebagai salah satu sarana saja dan jangan dijadikan satu-satunya sarana. Sebenarnya saya lebih suka album dalam bentuk fisik bukan sekedar data digital, walaupun sudah lama sekali saya tidak membeli album fisik, yang terakhir saya beli adalah CD dari Proletar yang saya beli dari Ari Bowkore 'Teriak Record', dan itu merupakan sebuah album yang brutal, awesome!

Adi :
Haha..iya juga ya, dulu sampe kaya gitu juga saya, trus kovernya dipotokopi, trus beberapa bulan aja potokopi-nya udah ngeblur kebanyakan buat singalong sendiri di kamar . Teknologi yang ngebuat sekarang apa-apa menjadi lebih mudah, meski kita juga harus pandai-pandai menghandle itu (tekonologi) agar kita tidak terlalu tergantung aja, saya juga sering banget ngedownload mp3 dan video dari fasilitas macam blogspot dkk..harusnya kalo media-media sharing tersebut bisa dibikin lebih ekslusif gitu bakal lebih keren kali ya..maksud saya seumpama ada band baru merilis Album, jangan serta merta langsung di sharing semua gitu mp3-nya, kasih beberapa aja..jangan semua..ntar kalo system-nya kaya gitu lama-lama semua orang hanya download donk, download Album laris..tapi Album-nya gak ada yang beli, trus dimana penghargaan atas karya mereka hehe..itu kalo saya lho, saya juga sering kirim ke temen-temen mp3 buat dimasukin di blognya..tapi gak semua..dikit aja tapi eksklusif. Saya tetep nikmatin kok album-album band-band yang tidak ada di link download, media-nya kaset dit..banyak banget kaset saya jaman dahulu kala, yang sampe sekarang tetep saya rawat dan simpan dengan baik..meski ada beberapa yang dipinjam dan tidak kembali ke pangkuan imut saya huhuhu..kan ntar bakal langka tuh kaset, karena sekarang jaman-nya mp3

Abo :
Hehe...brutal juga sih media sharing itu ya. Bisa bikin bangkrut usaha orang juga. Di kota saya, toko musik Aquarius udah ga buka lagi. Katanya gara-gara makin banyak format mp3 yang makin mudah diunduh di internet. Bisa-bisa, kalau akses internet udah makin mudah, orang-orang yang jualan cd bajakan juga bisa bangkrut. Apalagi buat yang main band, heheh, pasti pada protes tuh. Mati-matian kampanye atas nama hak cipta, karena sumber profit mereka kepotong. Buat perusahaan2 rekaman sih, menurut saya, fenomena media sharing seperti itu jadi semacam ajang seleksi aja buat mereka. Pada akhirnya, cuman last man standing aja...mereka yang kuat, adalah mereka yang bertahan dan mendominasi

Saya yang memposisikan diri sebagai konsumen sih asik-asik ajah. Hehe, siapa yang ga mau dapet musik yang aksesnya lebih murah ketimbang beli cd yang sampe Rp 80-200ribu, sedangkan bila kita donlod di internet dengan bermodalkan Rp 5000/jam aja udah bisa donlod empat album? Nyari informasi tentang bandnya, kita bisa googling. Ga terpaku sama info yang ada di kemasan cd aja. Sebaliknya, kita bisa dapet berbagai macam perspektif tentang rilisan sebuah band dan albumnya dari berbagai situs.

Cuman ada juga eksesnya sih...yang saya rasain itu, saking mudahnya dapet mp3, jadinya semacem obesitas informasi. Mp3 jadi limpah ruah, tapi ga dibarengin sama kemampuan saya untuk nyerna kelimpahruahan Mp3 itu. Jadinya ngedengerin lagu tuh selintas-selintas. Kurang khusyuk. haha .

Sampe sekarang saya suka beli cd...kalau ada uang lebih tentunya. Hehe. Tujuannya sih untuk koleksi. Nikmatin packagingnya, dsb. Hal-hal yang personal sih, ga perlu terlalu diromantisir juga.

NBF EDITOR :
Apa yang ingin kamu kejar di tahun ini dan apa yang sedang kamu rencanakan untuk 10 tahun ke depan? Lalu, Apa yang membuat hidup kamu berubah selama sepuluh tahun ini? Apa yang lebih kamu dalami saat ini, spiritual atau material?

Didit :
Setiap hari dan tidak hanya tahun ini, saya mengusahakan untuk memfisikkan lagi tulisan-tulisan saya. Wah…yang saya pikirkan hanyalah hari ini, saat ini. Yang merubah hidup saya selama 10 tahun terakhir adalah; kampus, organisasi, Fugazi, PEniti Pink, tidak merokok, pendamping hidup temporer, gitar dan digitech RP3, Paulo Coelho, Moammar Emka, Takehiko Inoue, Eiji Yoshikawa, Ernest Hemingway, Max Webber, Zine, Anarki, dan Islam. Sebenarnya menurut saya material dan spiritual adalah satu, saya mengejar dua-duanya, mempersonalkannya dan berusaha menyaksikan keindahannya.


Adi :

Waaaa..keren dit pertanyaan-nya..jawabnya harus keren gak nih??ntar aku cengengesan kamu marah?? hihi..kayaknya kalo 10 tahun kejauhen deh dit..kan 2010 katanya kiamat kata para SOK normal hehe, saya pengennya cepet lulus kuliah, trus konsen ke kerjaan sama aktivitas hatkor-hatkor-an hehe, dan kemungkinan besar saya juga akan keluar Blitar (pindah kota) untuk melebarkan sayap-sayap saya yang patah dan segera menyunting-NYA agar sayap saya yang patah bisa segera diperbaiki (semoga ngerti maksutnya ya..). Mmmmm..hidupku belum ada yang berubah kok dit, tetep stagnan tapi tidak membosankan karena saya berusaha mengakali aja biar hidup yang “gini-gini aja” itu menjadi tetep nyenengin, begitu juga dengan kehidupan spiritual saya juga gak ada yang berubah dengan signifikan tuh..begitu juga dengan material, pada inti-nya sih fine-fine aja..namanya masalah juga pasti ada lah setiap saat..tapi ya gimana kita-nya aja mengatasi hal tersebut, eh btw..material yang kamu maksut apa nih dit?soalnya kerjaan saya yang sekarang berhubungan terus dengan material lho..AWAS ADA MATERIAL!..

Abo :
Saya mau ngejar perempuan kayanya, Dit. Penasaran. Mohon doa restunya aja, mudah-mudahan ada timbal-balik

...kalau 10 taun kedepan...wah, saya sih berharap pikiran saya masih tetep waras. Masih mampu buat berpikir jernih. he. oya, dan juga berharap masih bisa mengekspresikan kecintaan saya terhadap musik.

...kalau yang ngebuat hidup saya berubah...ya, buat saya sih interaksi sama orang-orang. Orang-orang yang saya cintai dan saya benci. Kedua-duanya ngasih pengaruh yang ga kecil buat perkembangan diri saya.

Kalau hal yang didalamin...hmm, banyak sih...paling ngedalamin skripsi :D

NBF EDITOR :
Siapa aja sahabat di telinga kamu saat ini (resensi audio) ? Dan sahabat mata kamu saat ini apa aja (film, video, buku) ?

Didit :
Yang saya sering dengar akhir-akhir ini adalah Tragedy-Hark!-dan Disclose; kebisingannya saya suka karena lembut sekali, lalu Bloc Party; saya pikir adalah band dengan drummer terbaik saat ini, kemudian Fugazi; saya menyukai semua aspek dari band ini, dan terakhir adalah The Script; karena musik mereka sangat kontemplatif. Untuk Film; My Madonna (Dorama Jepang), Video; God Bless Bloc Party dan $100 and a T-shirt, Buku; The Old Man and The Sea, Musashi, Vagabond, The Zahir, dan Wajah Rasulullah.

Adi :
Bukan lagi sahabat dit, kita udah jadian kok..tapi gak aku publikasiin aja, malu..kan udah gede haha. Kalo audio saya lagi hobi banget sama metal dit..yaa TBDM dkk gitu deh..Cuma kalo deathcore saya kurang suka..ini juga lagi hunting band-band seangkatan At The Gates..sapa tau kamu ada referensi kamu bisa kirim ke saya alias saya minta deh hehe, film udah jarang liat..kecuali “film itu tuh” hehe, video juga lagi hunting video-nya band progresif metal asal Italia “VRA” dan sedang berusaha berkenalan dengan personelnya karena mereka lebih keren dari Dream Theatre, apalagi buku dit..udah gak baca saya..masalah waktu sama mood sih kayaknya, kecuali kalo si Aura Kasih ngeluarin biografi sampe kehidupan-nya yang paling pribadi pasti saya hunting sampe jungkir balik tuh dit haha..kok dari tadi Aura Kasih ya dit? gpp ya dit..namanya juga obsesi hehe..

Abo :
heheh, banyak uy...Black Wreath, Cathedral, Golden Pig Electric Blues Band, Acrimony, Burzum, Darkthrone, Leech, Pelican, Bohren & der Club of Gore...wah banyak...heheh.

kalau sahabat mata sih paling buku ya...saya ga terlalu sering nonton euy. Buku yg lagi di baca sekarang ini:

'Heboh Papua' - karya Amiruddin al Rahab.
Buku ini secara garis besar bercerita tentang dimensi-dimensi konflik yang akut dan berakar jauh dari masa pengambilalihan Irian Barat dari Belanda. Dan diperparah sama kehadiran  PT. Freeport di tahun 60an, sehingga dampaknya makin meluas ke segi sosial, budaya, politik, hingga yang terpenting, ekonomi. Perputaran arus modal bisa disebut kenceng di Papua, dan ngebuat daerah itu jadi semacam arena pertarungan kekuatan antar kelompok yang berkepentingan disana. Mulai dari TNI-Polri (bahkan kelompok militer ini sampai dibiayai oleh Freeport untuk ngelindungin mereka), Pengusaha (lokal & nasional), hingga kelompok kritis Papua sendiri. Wah, kompleks banget. Dan munculnya isu pemisahan dengan RI yang digencarkan oleh kelompok kritis di Papua sana menurut saya memang wajar. Mengingat luasnya pulau Papua, dan kekayaan alam yang ada didalamnya begitu banyak, tapi ga sebanding sama kesejahteraan yang seharusnya bisa dinikmati oleh penduduk asli Papua.

Buku lainnya: 'Manufacturing Consent' karya Noam Chomsky.
Kalau buku ini secara garis besarnya nyeritain tentang bagaimana media massa di Amerika pada akhirnya menjadi alat dari kepentingan negara dan pengusaha. Di buku ini juga diceritakan saluran-saluran yang biasanya rawan menjadi alat propaganda dan sensor bagi kepentingan negara dan pengusaha di dalam media massa, seperti kepemilikan saham terhadap suatu korporasi media, iklan, pemilihan narasumber, teguran langsung atau tidak langsung (flak), sampe sentimen anti-komunis.Karena secara tidak langsung dikuasai oleh negara dan pengusaha itulah, jadinya berita yang nyerempet2 kepentingan penguasa rentan oleh sensor dan propaganda. Cerita yang menarik, dan bagusnya disajikan dengan cara yang ilmiah: terdapat data-data yang bisa dipertanggungjawabkan.

NBF EDITOR :
Biar adil, apa yang ingin kamu tanyakan sesuatu hal ke saya? (tentang apa aja deh), Atau ada yang ingin kamu tambahkan?

Didit :
Wah kesempatan nih, hahaha. Oke, saya melihat kamu sebagai orang yang memiliki toleransi yang tinggi, sebenarnya apa yang membuat dan membentuk kamu menjadi seperti yang sekarang ini?

>>NBF EDITOR :
Heheee, cukup sederhana sebenarnya jawabannya dit. saya memang banyak mendapatkan pelajaran hidup (yang kebanyakan hanya saya dapatkan secara informal) dari keluarga saya yang memang dari multi-background (aneka suku-ras-agama-kepercayaan) yang ternyata dapat membuat saya yakin kalau semua background tersebut hanyalah suatu keharmonisan jika kita juga saling berdampingan dan toleransi, karena hidup itu sejatinya adalah SATU. Dan saya juga mengenal filosofi ANARCHO-PUNK = PEACE PUNK yang mengajarkan arti solidaritas, persamaan/kesetaraan, cinta terhadap semua mahluk hidup dan juga toleransi.


Adi :
Yang mau aku tanya.. Apa yang ingin kamu kejar di tahun ini dan apa yang sedang kamu rencanakan untuk 10 tahun ke depan? Lalu, Apa yang membuat hidup kamu berubah selama sepuluh tahun ini? Apa yang lebih kamu dalami saat ini, spiritual atau material?hehehehe,,

>>NBF EDITOR :
Tahun ini : berkeluarga dan dapat selalu bekerjasama/saling membantu dengan pasangan hidup dan lingkungan sekitar.

10 tahun kedepan : Jika masih ada kesempatan, menyelamatkan bumi dari perubahan iklim dan kerakusan penguasa/pemilik modal/korporat raksasa.

Yang membuat saya berubah selama 1 dekade ini adalah pendidikan informal (pembelajaran hidup) dari siapa saja yang saya temui, termasuk kalian para kontributor NBF  dan dari banyak orang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda.

Yang ingin saya dalami saat ini, sebisa mungkin spiritual saya, walaupun sulit, materiil yang condong ke duniawi banget akan sedikit demi sedikit saya kendalikan, karena semua itu yang menjebak hidup kita jadi terpikat ke hal-hal yang tidak kekal seperti kepemilikan ataupun barang-barang teknologi yang saat ini banyak orang jadi terjebak 'ketergantungan'.

Abo :
Apa pendapat kamu tentang perkawinan? hehe...

>>NBF EDITOR :
Waaah..gw belum kawin bo, baru mau menuju ke arah itu..heheee. kalau pendapat tentang pernikahan khan? kita bedakan dengan perkawinan yah, saya pribadi yang memang ingin memiliki keturunan/penerus, jadi menganggap itu penting walau memang harus melewati fase-fase 'administratif' (yang kata sebagian orang bikin ribet aja) pada lembaga berwenang. tapi yang lebih penting itu justru faktor perbedaan kita dengan pasangan kita, juga perbedaan apa yang dimau keluarga saya maupun pasangan, pasti banyak perbedaan pendapat/pandangan. nah, kita disitu ditantang untuk memulai hidup baru dengan saling terbuka dan mencoba memahami apa yang kita butuhkan, mereka butuhkan sehingga kesabaran dan kebijaksanaanlah yang mungkin jadi jawaban semua masalah yang ada. itu yang saya coba share ya, nanti juga pasti akan datang masalah-masalah berikutnya, tinggal kita siap sabar & bijak apa enggak. selanjutnya, kamu semua pasti akan ditunggu masalah, hadapi aja..yang udah nikah, yang single, yang duda-janda-manula, semua pasti ada momen-momen bombastis. persiapkanlah aja diri kita.   


NBF EDITOR :
Oke, makasih dit atas waktunya buat ngobrol-ngobrol kali ini.. kasih masukan lah buat ‘zine underrated norak maksa’ macam NBF ini?

Didit :
Yo, sama-sama dit. Oia, NBF itu supportnya besar sekali untuk scene zine di Jakarta, sebuah karya yang bagus, period.

Adi :
Oke dit sama-sama, saya seneng kok diinterview gini, sapa tau ntar ada cewe baca trus penasaran sama saya, trus kontak saya habis itu jadi pacar saya..kan secara gak langsung media bikinanmu ada manfaat yang besar banget buat saya hihi.. ‘zine underrated norak maksain bertahan’ jangan merendah gitu dit, kamu kan tinggi..beda sama aku hehe..zinemu udah bagus dit, aku suka kok..kan salah satu zine favoritku..tapi kadang bahasa di review agak serius dit hehe..tambahin emotion smile yang agak banyak..kan review biasanya di belakang..jadi begitu mendekati akhir bagian zine yang baca biar senyum-senyum dit..kan jadi berkesan baca-nya..hehe,itu saran gratis dari saya dit..kalo saran yang bayar ketik reg spasi ustadz addy, saran yang kamu terima langsung dari hape saya yang merk-nya 3315, bisa konsultasi juga status apa yang bakal dapat banyak komen dari facebooker (jiaaahhhhh..facebook bangettzzzzz!!) hahaha..makasih ya dit..sampe ketemu lagi..

Abo :
zine adalah wadah yang potensial untuk menyebarkan berbagai informasi dan gagasan...keep the spirit alive, and be open minded to any form of thought and ideas.


Notes: Feel free to visit NBF sites version here 

Sabtu, 06 Maret 2010

Kehampaan Hidup

Intinya adalah kehampaan hidup. Tetapi rasa-rasanya tidak cukup dengan sekadar menuliskannya secara langsung. Keinginan yang mendesak kuat adalah menjabarkannya, memetaforakannya, menganalogikannya...mendeskripsikannya begitu detail hingga kehampaan itu sendiri sirna. Tetapi, nampaknya mustahil. Kenyataannya, kehampaan itu sendiri seperti bergejolak didalam diri. Semakin menegaskan eksistensinya seiring penolakan yang bertambah masif.

Ada lubang dalam diri manusia, begitu dalam seperti rasa lapar yang tak kunjung kenyang. Kehampaan adalah rasa lapar yang tak sanggup kenyang. Semakin dipenuhi, semakin tak puas. Prosesnya sendiri tak pernah menjadi dinamika yang solutif: semakin mencari, semakin tak berhasil ditemui. Semakin kembali lagi ke titik awal: kehampaan itu sendiri.

Dan apakah yang bisa dicari untuk menghilangkan kehampaan? hubungan asmarakah? kekayaankah? prestisekah? atau apakah Tuhan, sesuatu yang hampa itu sendiri?