Untuk seukuran anak SMP, kendala fisik seperti itu pasti-sedikit banyak-meninggalkan luka mental juga. SMP itu masa-masanya ‘beger’,
Walaupun gitu, ada juga kelebihan yang dia miliki. Kelebihannya juga sangat menyolok di antara kawan-kawan yang lainnya, khususnya kawan-kawan sekelas (termasuk saya, berarti). Untuk urusan nilai, Rizky selalu berada di peringkat tertinggi. Itu berarti selalu rangking pertama untuk urusan Rapor dan Ia selalu konstan dalam masalah rangking pertama itu: dari kelas 1 sampai lulus tidak pernah beranjak sedikitpun. Untuk masalah kepintaran, jelas Rizky punya kelebihan.
Kepintaran tanpa semangat sama aja bohong. Orang hanya pintar saja, tanpa punya semangat, buat saya pasti ga akan kepake nantinya. Nah, untuk urusan semangat ini juga, Rizky punya kelebihan tersendiri dan unik. Khususnya dalam hal militansi semangat belajarnya yang tinggi. Contohnya, seperti dalam proses belajar mengajar di kelas. Orang-orang yang tidak mempunyai kendala fisik seperti Rizky, hanya cukup mencatat apa-apa yang diberikan oleh guru di kelas. Tapi Rizky ga begitu caranya. Setiap hari dia selalu bawa recorder ke sekolah. Jadi, ia merekam apa-apa yang dibicarakan oleh guru di kelas. Ngeliat papan tulis tidak memungkinkan baginya. Pulangnya ia akan memutar kembali di rumah. Mendengar ulang recorder-nya buat nge-review pelajaran yang diterima di sekolah. Begitulah caranya belajar. Kebayang ga, dalam hal belajar, kalo dia bakal ngelakuin hal itu selama 3 tahun…atau mungkin seterusnya? Harus ngehabisin berapa kaset coba kalau kaya gitu terus? Maka dari itu, kenapa saya sebut si Rizky ini punya militansi semangat belajar yang tinggi. Kalo misalnya lagi ujian, si Rizky ini metodenya juga ga ngisi soal-soal kaya yang laen. Tapi, selalu tanya jawab. Biasanya untuk Rizky, ujian selalu ada waktu khususnya.
Saat SMA, kebetulan Rizky satu sekolah lagi dengan saya di SMA 19, dan untuk setahun masa SMA kelas 3, Rizky sekelas lagi dengan saya. Polanya si Rizky juga masih ga berubah, gitu-gitu aja: tetep bawa recorder dan ga pernah keluar ketika waktu istirahat tiba. Dalam hati pernah terbesit pikiran, sebenernya. Coba, gimana caranya dia bisa bertahan di masa-masa SMA seperti itu. Masa-masa, yang konon, penuh dengan kesan yang mendalam (walaupun buat saya sama sekali tidak!). Masa-masa, yang katanya, dimana lelaki mengajak kencan seorang perempuan untuk yang pertama kalinya, masa-masa dimana kamu mabok di wese, ketauan ngerokok di kantin, mabal sekolah, berantem dengan orang lain…hell, gimana caranya dia bisa bertahan tanpa mengalami masa-masa SMA seperti itu, coba? Masa-masa ketika gelora jiwa muda sedang berada di tingkat maksimum. Pengen nyoba macem-macem. Dalam hati, saya berani taruhan, dia juga pasti ada keinginan menjadi seperti “teman-teman yang lainnya”…menjadi “pada umumnya”. Gimana coba ngehadepin pikiran-pikiran kaya gitu?
Semenjak masuk kuliah di tahun 2002, terakhir kali saya bertemu dengannya, kalo ga salah, adalah pada tahun tahun 2003. Di saat teman-teman kelas SMP dulu ngadain acara buka puasa bareng. Setelah itu, saya hilang kontak. Nah, kemaren-kemaren (Kamis, 24 Juli ’08), saya baca Kompas suplemen Jabar. Di rubrik Forum saya terkejut juga pas ngeliat ada artikel Rizky yang mengangkat tentang masalah SMS premium. Entahlah, saya ga ngerti masalah yang ditulisnya apa. Pokoknya dikait-kaitkan dengan bidang hukumlah. Cuman, waktu ngeliat artikelnya, saya semakin kagum sama orang ini. Edan, ni orang jadi melek hukum, pikir saya. semakin kagetnya lagi pas saya ngeliat catatan akhir penulis di artikelnya itu. Di situ tertulis: “Rizky Harta Cipta, Praktisi Hukum; Lulusan Hukum Pidana dan Master Hukum Bisnis Universitas Padjadjaran Bandung”. Haha, gila. Ni orang militan. Dengan segala keterbatasan fisiknya, ia masih terus melesat.
Tiba-tiba juga saya jadi inget Tuhan. God is Awesome. Dalam setiap keterbatasan atau kegagalan pasti ada hikmah. Itu yang terbesit pertama kali setelah saya ingat Tuhan. Ga percuma Tuhan nyiptain sesuatu di alam ini. Walaupun, seringkali sesuatu itu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menyisakan kesusahan atau penderitaan yang seringkali terasa menyengsarakan, tapi selalu saja ada hal baik yang menyertai di dalamnya. Memberi karunia tersendiri. Walaupun, memang tidak sedikit juga orang-orang yang ga sabaran ngehadepinnya, sehingga jatuh-jatuhnya jadi ‘aral sendiri’. Like me, for example. Hehe.
Ah, hal yang baik sepertinya memang ada di setiap sudut kehidupan. Segelap apapun sudut itu. God is fukkin awesome, indeed.