Semua Orang Berbohong

Davidowitz melihat fakta bahwa penetrasi internet ke dalam kehidupan bisnis dan sosial memunculkan kemungkinan baru dalam mengamati perilaku manusia. Kesan yang muncul dari tulisannya mengenai perilaku manusia sebelum era internet adalah bahwa manusia itu sumber segala bias. Manusia cenderung berbohong kepada orang lain, bahkan kepada dirinya sendiri. 

Penelitian seperti survey konvensional pra-internet, dengan metode-metodenya yang ketat, belum tentu mengungkapkan perilaku manusia dengan jujur. Namun setelah era internet dan segala macam bawaannya muncul, Davidowitz menegaskan bahwa perilaku manusia tidak lagi terselimuti bias...dan kebohongan. Hasil-hasil survey di zaman setelah internet dianggapnya akan lebih presisi dan juga jujur.  

Bagaimana bisa begitu? Jejak digital. Davidowitz memaparkan bagaimana jejak digital, misalnya hasil penggunaan mesin pencarian di internet, bisa mengungkapkan hasrat terpendam manusia, mulai dari yang paling cabul sampai yang paling serial killer. Terasa benar apa yang dikatakan Davidowitz mengenai perilaku manusia setelah internet: yang terpenting bukan apa yang dikatakannya, tapi apa yang dilakukannya. Tidak begitu penting ketika kamu bersikukuh tidak suka bokep, tapi jejak digitalmu nyatanya mengarah kepada pornhub atau xhamster. 

Paparan Davidowitz cukup membuka wawasan, meskipun rada-rada mengerikan. Siapa yang tidak risih ketika membayangkan suatu kinky voyeurism dan pengintaian Kakak Besar ala George Orwell dalam novel 1984? Kemudian, kengerian lainnya adalah soal kebohongan. Cukup ngeri juga membayangkan ketika manusia tidak sepenuhnya terbuka kepada sesamanya dan juga kepada dirinya sendiri, namun merasa tidak masalah mengungkapkan segalanya kepada mesin pencarian. Apakah itu artinya internet sudah kita anggap sebagai wilayah privat yang tertutup dari relasi-relasi sosial dan kuasa yang melandasinya?